Kain Untuk Melindungi Dari Musuh
Rabu, 01 Mei 2013 / 20 Jumadil Akhir 1434 H Seorang bapak mendatangi kantor Ghoib Ruqyah Syar'iyyah di daerah Cililitan, Jakarta Timur. Maksud kedatangannya ingin menyerahkan sebuah jimat tua warisan dari kakeknya.
Dalam sebuah wawancara lewat telepon, bapak tersebut mengatakan bahwa jimat itu sudah sejak lama berada di rumahnya. Pada awalnya, bapaknyalah yang membawa jimat itu dari tanah seberang, Aceh. Sebenarnya ada beberapa jimat-jimat lainnya yang dibawanya bersamaan dengan jimat ini. Seperti rencong, golok dan berberapa jimat lainnya.
Tapi, lanjutnya, jimat yang berbentuk golok itu kini hanya digunakan untuk memotong kayu saja. Tidak diurus atau diruwat sebagaimana lazimnya jimat. Dahulu kakeknya adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Berawal dari situlah, sehingga sang kakek mencari jimat-jimat yang diharapkan bisa melindungi diri dari musuh. Setelah kakeknya meninggal, maka giliran jimat itu diwariskan kepada bapaknya. Ketika keluarganya berpindah tempat dari Aceh menuju Jakarta, tidak lupa jimat itu juga ikut dibawa.
Bapaknya pun menjaga barang peninggalan kakek dengan baik. Barang itu dirawat sebagaimana mestinya. Dan ketika bapaknya masih hidup, banyak dukun-dukun yang berdatangan ke rumahnya. Entah apa tujuan kedatangan dukun-dukun itu dirinya kurang tahu dengan pasti.
Namun yang jelas, ketika sebagian dari dukun-dukun itu hendak berbuat tidak baik kepada bapaknya, maka ibunya yang juga mengerti dunia klenik ikut andil dalam membantunya.
Bapak itu mengaku bahwa dirinya dan ibunya sering melihat makhluk ghaib, baik lewat mimpi maupun di alam nyata. Katanya ada yang menyerupai pocong. Bahkan setelah jimat ini diserahkan kepada tim ruqyah, makhluk halus itu masih beberapa kali hadir dalam mimpinya.
"Mungkin karena kami belum menjalani terapi ruqyah, karena waktu itu saya cuma menyerahkan jimat itu saja." Katanya menanggapi beberapa kejadian aneh yang masih dialaminya pasca menyerahkan jimat.
Selain melihat kehadiran makhluk halus, dirinya juga mengaku kalau selama ini sering terjaga dari tidur malamnya. Tapi anehnya ketika terjaga dirinya merasa seperti orang yang kebingungan. Tak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus diperbuat.
Dengan niat ingin membersihkan diri dari dosa-dosa kesyirikan akhirnya bapak itu memutuskan untuk menyerahkan sebuah jimat yang ada di rumahnya.
"Ustadz, saya hanya berharap agar Allah mau maafin dosa kami, rumah kami bersih dari kesyirikan, dan keadaan semakin membaik. Sebenarnya masih ada beberapa jimat di rumah. Nanti kami ingin menyerahkannya lagi ke kantor ruqyah."
Kami tunggu jimat-jimatnya ya pak.
Bentuk Jimat
Jimat dari kain berwarna kuning, seperti sapu tangan. Ukuranya sekitar 40 x 40 cm. Di atas kain itu ada tulisan-tulisan yang sebagian berbahasa Arab, dibentuk seperti gambar kaligrafi burung Garuda yang sedang mencengkeram sebilah pedang.
Ada tulisan Asma Allah, Nabi Muhammad dan nama empat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) dan beberapa bacaan doa. Namun ada juga huruf-huruf yang mirip dengan huruf Arab ditulis di sana.
Kesaktian Jimat
Bapak itu mengaku tidak tahu persis kegunaan jimat ini. Namun dari keterangan sejarah jimat itu kepada Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, jimat itu dulunya digunakan oleh kakeknya sewaktu berperang melawan penjajah.
Dirinya juga mengaku tidak mengetahui ritual apa yang dipakai untuk meruwat jimat tersebut. Dia menambahkan, semenjak ayahnya meninggal, dan jimat itu dia bawa, dirinya tidak pernah memakai dan merawat jimat itu lagi. Kain itu memang sudah terlihat lusuh. Namun bau wewangian masih tercium kuat darinya.
Bongkar Jimat
Banyak orang mengira bahwa dengan memakai jimat dirinya bisa mendapatkan apa yang diharapkannya sesuai dengan kegunaan jimat tersebut. Misalnya ingin dagangannya laris, maka ia memakai jimat penglaris. Ingin kuat dan selamat dari gangguan lawan, lantas mencari sesuatu yang bisa melindungi dirinya.
Ingin disukai dan ditakuti banyak orang, lalu memakai barang-barang tertentu yang diyakini bisa memberinya apa yang diharapkan. Benarkah cara seperti itu? Kalau bicara benar atau salah, jelas sekali cara seperti itu salah. Bahkan sesat.
Lantaran itu termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Dan itu adalah sebuah dosa dan kezaliman yang besar.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."(QS. Luqman; 13)
Tapi sebenarnya jika kita mau mengajak akal sehat kita untuk berpikir jauh tentang hidup ini, tentu saja 'jalan instan' dalam mendapatkan apa yang diinginkan itu tidaklah mungkin kita lakukan. Allah Maha Perkasa.
Tidak ada satu makhlukpun yang bisa menandingi keperkasaan dan kekuatan-Nya. Maka seharusnya kepada-Nya kita memohon perlindungan diri. Bukan pada benda yang sebenarnya hanya dijadikan alat atau kendaraan saja oleh setan untuk mengangkut para pengikutnya memasuki lorong neraka.
Ya, karena hidup ini bukan hanya di dunia saja, melainkan setelah kehidupan dunia habis masih ada lagi kehidupan setelahnya. Dan pada saat itu, jimat-jimat yang digunakan selama di dunia tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun kepada pemiliknya.
Bahkan setan yang menunggangi jimat itu juga akan berlepas diri dari orang-orang yang ketika di dunia meminta bantuan kepadanya. Lihatlah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar. Dengan jumlah yang sepertiga lebih sedikit dari jumlah musuhnya ternyata mereka bisa mengalahkan orang-orang kafir Quraisy. Bukan lantaran mereka semua memakai jimat, tapi lantaran kekuatan iman yang ada dalam jiwa mereka.
Percayalah, bahwasanya kekuatan yang diberikan oleh jimat bukanlah segalanya. Tanpa izin dari Allah SWT, tentu tidaklah berguna. Lantas kenapa sebagian manusia tidak langsung saja meminta penjagaan dan perlindungan diri kepada Dzat Yang Maha Kuat, yang tidak ada kekuatan lain yang bisa menandingi-Nya?.
Dalam sebuah wawancara lewat telepon, bapak tersebut mengatakan bahwa jimat itu sudah sejak lama berada di rumahnya. Pada awalnya, bapaknyalah yang membawa jimat itu dari tanah seberang, Aceh. Sebenarnya ada beberapa jimat-jimat lainnya yang dibawanya bersamaan dengan jimat ini. Seperti rencong, golok dan berberapa jimat lainnya.
Tapi, lanjutnya, jimat yang berbentuk golok itu kini hanya digunakan untuk memotong kayu saja. Tidak diurus atau diruwat sebagaimana lazimnya jimat. Dahulu kakeknya adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Berawal dari situlah, sehingga sang kakek mencari jimat-jimat yang diharapkan bisa melindungi diri dari musuh. Setelah kakeknya meninggal, maka giliran jimat itu diwariskan kepada bapaknya. Ketika keluarganya berpindah tempat dari Aceh menuju Jakarta, tidak lupa jimat itu juga ikut dibawa.
Bapaknya pun menjaga barang peninggalan kakek dengan baik. Barang itu dirawat sebagaimana mestinya. Dan ketika bapaknya masih hidup, banyak dukun-dukun yang berdatangan ke rumahnya. Entah apa tujuan kedatangan dukun-dukun itu dirinya kurang tahu dengan pasti.
Namun yang jelas, ketika sebagian dari dukun-dukun itu hendak berbuat tidak baik kepada bapaknya, maka ibunya yang juga mengerti dunia klenik ikut andil dalam membantunya.
Bapak itu mengaku bahwa dirinya dan ibunya sering melihat makhluk ghaib, baik lewat mimpi maupun di alam nyata. Katanya ada yang menyerupai pocong. Bahkan setelah jimat ini diserahkan kepada tim ruqyah, makhluk halus itu masih beberapa kali hadir dalam mimpinya.
"Mungkin karena kami belum menjalani terapi ruqyah, karena waktu itu saya cuma menyerahkan jimat itu saja." Katanya menanggapi beberapa kejadian aneh yang masih dialaminya pasca menyerahkan jimat.
Selain melihat kehadiran makhluk halus, dirinya juga mengaku kalau selama ini sering terjaga dari tidur malamnya. Tapi anehnya ketika terjaga dirinya merasa seperti orang yang kebingungan. Tak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus diperbuat.
Dengan niat ingin membersihkan diri dari dosa-dosa kesyirikan akhirnya bapak itu memutuskan untuk menyerahkan sebuah jimat yang ada di rumahnya.
"Ustadz, saya hanya berharap agar Allah mau maafin dosa kami, rumah kami bersih dari kesyirikan, dan keadaan semakin membaik. Sebenarnya masih ada beberapa jimat di rumah. Nanti kami ingin menyerahkannya lagi ke kantor ruqyah."
Kami tunggu jimat-jimatnya ya pak.
Bentuk Jimat
Jimat dari kain berwarna kuning, seperti sapu tangan. Ukuranya sekitar 40 x 40 cm. Di atas kain itu ada tulisan-tulisan yang sebagian berbahasa Arab, dibentuk seperti gambar kaligrafi burung Garuda yang sedang mencengkeram sebilah pedang.
Ada tulisan Asma Allah, Nabi Muhammad dan nama empat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) dan beberapa bacaan doa. Namun ada juga huruf-huruf yang mirip dengan huruf Arab ditulis di sana.
Kesaktian Jimat
Bapak itu mengaku tidak tahu persis kegunaan jimat ini. Namun dari keterangan sejarah jimat itu kepada Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, jimat itu dulunya digunakan oleh kakeknya sewaktu berperang melawan penjajah.
Dirinya juga mengaku tidak mengetahui ritual apa yang dipakai untuk meruwat jimat tersebut. Dia menambahkan, semenjak ayahnya meninggal, dan jimat itu dia bawa, dirinya tidak pernah memakai dan merawat jimat itu lagi. Kain itu memang sudah terlihat lusuh. Namun bau wewangian masih tercium kuat darinya.
Bongkar Jimat
Banyak orang mengira bahwa dengan memakai jimat dirinya bisa mendapatkan apa yang diharapkannya sesuai dengan kegunaan jimat tersebut. Misalnya ingin dagangannya laris, maka ia memakai jimat penglaris. Ingin kuat dan selamat dari gangguan lawan, lantas mencari sesuatu yang bisa melindungi dirinya.
Ingin disukai dan ditakuti banyak orang, lalu memakai barang-barang tertentu yang diyakini bisa memberinya apa yang diharapkan. Benarkah cara seperti itu? Kalau bicara benar atau salah, jelas sekali cara seperti itu salah. Bahkan sesat.
Lantaran itu termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Dan itu adalah sebuah dosa dan kezaliman yang besar.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."(QS. Luqman; 13)
Tapi sebenarnya jika kita mau mengajak akal sehat kita untuk berpikir jauh tentang hidup ini, tentu saja 'jalan instan' dalam mendapatkan apa yang diinginkan itu tidaklah mungkin kita lakukan. Allah Maha Perkasa.
Tidak ada satu makhlukpun yang bisa menandingi keperkasaan dan kekuatan-Nya. Maka seharusnya kepada-Nya kita memohon perlindungan diri. Bukan pada benda yang sebenarnya hanya dijadikan alat atau kendaraan saja oleh setan untuk mengangkut para pengikutnya memasuki lorong neraka.
Ya, karena hidup ini bukan hanya di dunia saja, melainkan setelah kehidupan dunia habis masih ada lagi kehidupan setelahnya. Dan pada saat itu, jimat-jimat yang digunakan selama di dunia tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun kepada pemiliknya.
Bahkan setan yang menunggangi jimat itu juga akan berlepas diri dari orang-orang yang ketika di dunia meminta bantuan kepadanya. Lihatlah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar. Dengan jumlah yang sepertiga lebih sedikit dari jumlah musuhnya ternyata mereka bisa mengalahkan orang-orang kafir Quraisy. Bukan lantaran mereka semua memakai jimat, tapi lantaran kekuatan iman yang ada dalam jiwa mereka.
Percayalah, bahwasanya kekuatan yang diberikan oleh jimat bukanlah segalanya. Tanpa izin dari Allah SWT, tentu tidaklah berguna. Lantas kenapa sebagian manusia tidak langsung saja meminta penjagaan dan perlindungan diri kepada Dzat Yang Maha Kuat, yang tidak ada kekuatan lain yang bisa menandingi-Nya?.









![JAGALAH TAUHID DAN JANGAN RENDAHKAN DERAJAT MANUSIA YANG MULIA DENGAN KESYIRIKAN Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dibandingkan makhluk yang lain, baik dari segi fisiknya maupun anugerah yang begitu berharga yang membedakan dengan makhluk lainnya, yaitu akal. وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa’ [17]: 70) Subhanallah walhamdulillah wallahu akbar…. Saudara2Qyu seiman karena Allah, tidakkah ayat tersebut di atas menjadikan kita semakin bersyukur kepada Allah SWT? Bersyukur atas kemuliaan yang diberikan-Nya kepada kita sebagai manusia dibandingkan makhluk yang lain. Allah SWT memuliakan manusia sehingga dengan idzin-Nya dapat berjalan mengarungi daratan, lautan, bahkan angkasa. Memang manusia dengan tubuh/fisiknya yang tanpa sayap tentunya tidak akan bisa terbang ke udara maupun luar angkasa, tidak seperti burung atau sebagian golongan jin maupun para malaikat yang bersayap. Namun, Allah SWT menganugerahi manusia akal yang dengan idzin Allah SWT (bi idznillah), manusia menggunakan akal pikirannya serta memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada sehingga bisa terbang melayang di angkasa dengan mengendarai pesawat yang melesat dengan kecepatan suara, bahkan mereka mampu terbang ke luar angkasa. Hal ini tentunya mungkin terjadi jikalau manusia memanfaatkan akal dan segala sumber daya alam yang Allah SWT karuniakan kepada mereka, sebagaimana firman Allah SWT: يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan [55]: 33-34) Memang manusia dengan tubuh/fisiknya yang tanpa insang, sirip, dan ekor tentunya tidak akan bisa menyelam ke dasar laut, tidak seperti ikan atau sebagian golongan jin. Namun, Allah SWT menganugerahi manusia akal yang bi idznillah, manusia menggunakan akal pikirannya serta memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada sehingga bisa menyelam ke dasar laut dengan menggunakan peralatan menyelam atau mengendarai kapal selam yang mampu bertahan dengan waktu yang lama dan bergerak dengan cepat, bahkan bukan hanya membawa satu atau dua orang tapi mampu mengangkut banyak orang dan barang. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahmaan [55]) Memang manusia dengan jasad dan kemampuan panca inderanya yang terbatas tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan dibatasi tempat yang jauh, tidak seperti jin jahat dan syetan yang bisa saling berkomunikasi sekalipun dengan jarak yang berjauhan serta mencuri dengar berita dari langit. Namun, Allah SWT menganugerahi manusia akal yang bi idznillah, manusia menggunakan akal pikirannya serta memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada sehingga bisa membuat alat komunikasi yang canggih seperti HP, televisi, internet, dll. Adalah pelajaran bagi semua umat manusia bahwa kita adalah Makhluk yang Mulia, bahkan Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk semuanya bersujud kepada manusia pertama, yaitu Nabi Adam as. Allah SWT berfirman: وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 34) Namun, ada makhluk yang begitu sombong, yaitu iblis yang tidak mau mentaati perintah Allah tersebut dengan tidak mau sujud kepada Adam as. Sehingga ini menjadi pelajaran kedua bahwa Musuh yang Nyata bagi umat manusia adalah iblis laknatullah dan bala tentaranya, syetan baik dari golongan jin maupun manusia. Sehingga haram hukumnya seorang muslim mengikuti langkah-langkah syetan, apalagi bersekutu dengan syetan dengan melakukan perbuatan-perbuatan syirik. Allah SWT berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah [2]: 208) Subhanallah walhamdulillah wallahu akbar…. Saudara2Qyu seiman karena Allah, tidakkah ayat tersebut di atas (Al-Israa’ [17]: 70) menjadikan kita semakin bersyukur kepada Allah SWT? Bersyukur atas kemuliaan yang diberikan-Nya kepada kita sebagai manusia dibandingkan makhluk yang lain. Allah SWT memuliakan manusia sehingga diberikan rezeki dari yang baik-baik dan dilebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang lain. Subhanallah, coba bayangkan manusia diberikan rezeki dari dalam tanah (padi, gandum, buah-buahan, umbi-umbian, dll yang tumbuh dari tanah), di daratan (binatang ternak), dari laut (ikan, kepiting, dll), serta dari udara (burung). Coba bandingkan pula dengan apa yang di makan oleh syetan atau jin? Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, syetan ikut makan apa yang kita makan (alias nebeng), jika kita tidak membaca do’a makan yang dicontohkan Rasulullah atau makan dengan tangan kiri. Demikian pula halnya, makanan yang manusia makan adalah lebih baik dan jauh lebih sempurna baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dibandingkan apa yang dimakan oleh jin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, أَنَّهُ كَانَ يَحْمِلُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِدَاوَةً لِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَتْبَعُهُ بِهَا فَقَالَ « مَنْ هَذَا » . فَقَالَ أَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ . فَقَالَ « ابْغِنِى أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا ، وَلاَ تَأْتِنِى بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ » . فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمِلُهَا فِى طَرَفِ ثَوْبِى حَتَّى وَضَعْتُ إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ ، حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ ، فَقُلْتُ مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ قَالَ « هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ ، وَإِنَّهُ أَتَانِى وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ وَنِعْمَ الْجِنُّ ، فَسَأَلُونِى الزَّادَ ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا » Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika ia membawanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya, Abu Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran (telek).” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran?” Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan”. (HR. Bukhari No. 3860) Oleh karena itu, jangan pernah merendahkan kemuliaan yang Allah SWT karuniakan kepada kita sebagai manusia dengan berbuat kesyirikan. Namun sayangnya, di zaman modern ini masih banyak orang yang primitif, melakukan praktik-praktik kesyirikan yang sudah jelas-jelas merendahkan kemuliaannya sebagai manusia di bawah derajat jin/syetan. Mereka bersekutu dan minta bantuan kepada syetan dan jin jahat, pergi dan minta bantuan ke dukun, bangga memiliki ilmu-ilmu tenaga dalam, kebatinan, terawangan, dll. Masih banyak pula orang yang menganggap adalah suatu kehebatan bisa telepati (komunikasi jarak jauh dengan orang lain), menerawang atau melihat sesuatu/orang lain dengan bantuan seorang dukun melalui media air di baskom misalnya. Padahal bukankah Allah SWT telah mengaruniakan akal yang dengannya manusia mampu berkomunikasi dengan orang lain yang berada di Arab Saudi atau Amerika, misalnya, pada saat itu juga dengan menggunakan HP? Bukankah Allah SWT telah mengaruniakan akal yang dengannya manusia mampu melihat suatu kejadian/berita atau keadaan orang lain dengan menggunakan Telivisi atau internet, yang tentunya dengan banyak channel/website yang bisa diakses/dilihat dibandingkan melihat air di baskom? Bukankah manusia bisa terbang dan menyelam dengan teknologi canggihnya dibandingkan takjub/bangga bahkan apalagi minta bantuan jin hanya untuk bisa terbang? Bukankah Allah SWT memberikan kemuliaan kepada manusia sehingga mereka bisa makan apa yang Allah sediakan dari apa-apa yang dihalakan darat/tanah, laut, maupun udara dibandingkan jin yang makan tulang dan kotoran? Bukankah syetan/jin jahat akan takut dan terbakar kepanasan tatkala diperdengarkan adzan atau dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Do’a-do’a Ruqyah Syar’iyah yang dicontohkan Rasulullah SAW? Kenapa harus meminta kekuatan atau kekebalan dari makhluk yang amat lemah seperti mereka? Bukankah ada Ruqyah Syar’iyah, Hijamah, atau Thibbun Nabawy lainnya sebagai solusi islami untuk berikhtiar mengobati penyakit medis maupun non medis, dibandingkan pergi berobat ke dukun, ”orang pinter”, paranormal yang hanya menguras uang dan menambah kesulitan dan dosa? Wahai saudara2Qyu seiman karena Allah, jauhilah kesyirikan dan jadilah manusia yang mulia, yaitu yang bertauhid, hanya menyembah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maaidah [5]: 72). Islam adalah ajaran yang mengharamkan perbuatan syirik, membebaskan manusia dari penghambaan atau perbudakan kepada makhluk lain, padahal kita sebagai manusia adalah makhluk mulia dibandingkan makhluk yang lain. Islam mengajarkan manusia agar menjadi makhluk mulia sesuai derajat dan karunia yang Allah SWT berikan dengan jalan senantiasa menyembah hanya kepada Allah SWT dalam setiap ucapan dan perbuatan kita. Karena inilah tujuan hidup kita, hanya menyembah Allah semata. Tauhid yang murni akan membuat kita sukses dalam hidup di dunia dan akhirat. Ini juga yang akan mengantarkan kita memperoleh ridho dan cinta-Nya, serta pahala yang besar, Jannatun Na’iim, tempat segala kenikmatan. Amiin....](http://m.ak.fbcdn.net/sphotos-a.ak/hphotos-ak-ash4/s480x480/229722_544180852287180_1929960920_n.jpg)





