Saya mendapatkan Sebuah artikel yang dibuat oleh Ustadz Abu Umar Abdillah berjudul "Testimoni dari Jin". Ada beberapa syubhat yang beliau hembuskan yang harus saya luruskan dan ada beberapa hal yang saya setujui dari beliau.
Sebelum saya mengkritisi beberapa penjelasan beliau ada baiknya kita baca tulisan beliau dibawah ini :
Testimoni dari Jin
Oleh: Abu Umar Abdillah
Banyak pertanyaan muncul seputar ruqyah syar’iyah yang berkembang akhir-akhir ini. Makin banyak teknik dan cara-cara baru yang dilakukan para peruqyah, seperti teknik menyembelih jin, memenjara jin, memutilasi jin, mencengkeram jin, meracuni dan jurus-jurus yang semisalnya.
Ini berbeda dengan riwayat-riwayat para salaf yang melakukan ruqyah syar’iyyah utuk kesembuhan atau mengusir jin, tanpa mengklaim bahwa mereka bisa melukai jin dengan jenis luka tertentu. Cukup mereka tahu bahwa pengaruh jin itu hilang setelah diruqyah dengan ijin Allah tanpa menyebutkan apa yang terjadi atas jin yang mengganggu dalam tubuh manusia.
Sebagian orang awam pun hingga ada yang menangkap kesan, bahwa teknik-teknik tersebut dianggap sebagai ilmu ruqyah tingkat lanjut, sedangkan ruqyah syar’iyyah yang standar dari Nabi shallallahu alaihi wasallam maupun yang dilakukan para salaf seakan dianggap sebagai ruqyah tingkat dasar. Ini jelas merupakan kekeliruan yang fatal.
Teknik-teknik yang dilakukan dan kemudian diklaim sebagai cara-cara memperdayai jin tersebut perlu dikritisi, bagaimana klaim itu terjadi. Karena sebab yang ditempuh untuk sebuah solusi mestinya tak keluar dari dua hal; apakah itu sesuatu yang ma’qul atau logis, atau jika bukan merupakan hal yang logis maka harus sebagai sesuatu yang masyru’, yakni ada ketetapan syariatnya. Butuh dalil untuk sebuah klaim bahwa teknik tertentu bisa berakibat tertentu pada jin. Apalagi tentang perkara gaib yang kita tidak boleh mengira-ira atau menduga-duga. Jin bisa melihat kita dan kita tidak melihat mereka.
Bisa jadi awalnya peruqyah melakukan teknik tertentu dalam meruqyah, lalu pada satu sesi ruqyah ada pengakuan jin, bahwa dirinya terbakar, terpotong tangan, terpenjara dan lain-lain, namun pengakuan jin itu tidak sah dijadikan sebagai sandaran untuk sebuah klaim. Kenapa?
Karena pengakuan jin di hadapan manusia meskipun jin muslim itu dihukumi lemah, karena tidak bisa dikonfirmasi atau dilacak kebenaran pengakuannya. Terhadap berita yang datang dari orang fasik kita harus tabayun dan mengecek kebenarannya, namun berita yang datang dari jin fasik yang telah mengganggu manusia, bagaimana bisa kita tabayun dan melacak kebenarannya? Dia berkata telah terpotong tangannya, apa buktinya? Tidak ada cara untuk mengkonfirmasinya. Apalagi jin kafir (setan) yang secara secara asal bersifat ‘kadzuub’, pendusta, bagaimana kita mempercayai ucapan pendusta.
Seperti pengakuan setan kepada Abu Hurairah yang dikomentari oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam,
صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ
“Kali ini dia jujur kepadamu (wahai Abu Hurairah), padahal dia adalah pendusta.” (HR Bukhari)
Artinya bahwa tabiat setan itu menipu dan inilah karakter asalnya. Jika pada waktu-waktu tertentu ada saatnya ia jujur, masalahnya kita tidak tahu kapan saat jin atau setan itu berdusta dan kapan jujurnya, sementara tidak ada cara untuk mengkonfirmasi dan mengecek kebenarannya. Maka tidak semestinya kita membenarkan kesaksian jin maupun setan, apalagi djadikan sebagai dasar sebuah klaim.
Bisa saja dia berkata sedang terpenjara, padahal dia dusta. Atau mengaku teman-temannya yang berada dalam tubuh yang sama telah terbakar setelah diruqyah dengan cara tertentu. Tapi kita tidak bisa memastikannya, dan tidak ada kewajiban untuk memastikannya selain bahwa pengaruh jin itu telah hilang dari pasien.
Para praktisi ruqyah tentu sering mengalami kejadian di mana mereka sering dibohongi oleh jin dalam pengakuannya. Ada kasus fenomenal yang bisa dijadikan contoh. Mungkin pembaca masih ingat dengan buku yang sempat fenomenal berjudul “Dialog dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud. Di buku tersebut disebutkan kesaksian dari jin muslim pengarang buku tersebut yang juga seorang wartawan.
Dalam pengakuan jin tersebut, bahwa pesulap dunia David Copperfield melakukan tatkala melakukan trik sulap bisa melayang di udara karena bantuan dari ribuan jin. Dan bahwa pesulpa itu telah elakukan perjanjian dengan jin Ifrit dari Segitiga Bermuda.
Akan tetapi pengakuan tersebut terbantah oleh pernyataan John Gaughan yang merancang alat terbang yang dipakai oleh David dan ternyata telah memiliki hak paten. Artinya, kesaksian jin yang mengaku muslim itu ternyata dusta.
Maka tidak sepantasnya bagi peruqyah memakai rekomendasi, pengakuan maupun kesaksian dari jin merasuki tubuh manusia, karena karena karakter mereka yang suka berdusta dan tidak ada jalan untuk melakukan konfirmasi. Di samping ada madharat lain ketika menggunakan kesaksian jin. Misalnya jin mengaku bahwa dia mengganggu ppasien karena disuruh oleh seseorang yang ternyata dekat dengan pasien. Baik saudaranya, iparnya atau bahkan suami atau istrinya sendiri. Jin pun memberikan alasan-alasan yang tampak logis, hingga kemudian terjadilah perpecahan antar saudara, dan inilah yang diinginkan oleh setan.
Kesaksian jin tentang kehebatan pengaruh ruqyah seperti kasus-kasus di atas juga bisa menimbulkan sifat ujub pada diri peruqyah hingga merasa dirinya hebat. Dan sifat ujub maupun sombong sangat disukai oleh setan, fahdzaruuhu, waspadalah!
Maka alangkah baiknya peruqyah mengambil langkah-langkah yang aman dengan menggunakan ruqyah asy-syar’iyyah al-manshuhah, yakni ruqyah yang telah disebutkan dalilnya secara shahih baik tentang bacaan maupun kaifiyah (caranya), atau ruqyah yang dilakukan para sahabat karena apa yang mereka lakukan sebagian besar telah diperlihatkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagaimana arahan dari beliau, “I’ridhu ‘alayya ruqaaku…!” perlihatkan kepadaku seperti apa ruqyah kalian!” Atau dengan ruqyah para salaf dan para mujtahid terdahulu. Berkreasi terlalu jauh dengan “waham”, kira-kira yang bersifat dugaan dan meraba-raba berpotensi menjauhkan dari karakter ruqyah dan mendekat kepada perdukunan, wallahu a’lam bishawab. (Abu Umar Abdillah)
TANGGAPAN :
Ustadz Abu Umar Abdillah mengatakan :
Banyak pertanyaan muncul seputar ruqyah syar’iyah yang berkembang akhir-akhir ini. Makin banyak teknik dan cara-cara baru yang dilakukan para peruqyah, seperti teknik menyembelih jin, memenjara jin, memutilasi jin, mencengkeram jin, meracuni dan jurus-jurus yang semisalnya.
Jawab :
Tehnik itu adalah satu metoda yang diberi nama agar mudah mempelajarinya. mau dinamakan apa jika menepuk dada atau punggung? tentu akan diberi nama tehnik tepukan dada atau punggung. Ustadz Abu Umar abdillah mengkritisi tehnik mencengkram jin adalah cara baru yang tidak ada tuntunannya. Saya akan klarifikasi bahwa ketika jin ngamuk lalu kita mencengkram leher pasien agar pasien yg kesurupan diam ini butuh diberi nama agar mudah mempelajarinya maka dinamakan tehnik cengkraman leher dll.
Meracun jin ? Ustadz Abu Umar Abdillah mengkritisi tehnik meracun jin yang katanya cara baru, seorang peruqyah tentu akan memahami bahwa jika kita membacakan ayat ruqyah di air yang dicampur daun bidara atau garam akan sangat menyakiti jin, dampaknya dahsyat jin biasanya meraung-raung kesakitan atau kepanasan dan muntah-muntah, hal ini sama saja kita sudah meracun jin dengan herbal + ruqyah.
Memenjara Jin ??? Mungkin maksudnya membuat jin tidak dapat menyakiti manusia walau berada dalam tubuh, seorang peruqyah biasanya menganjurkan pasien membaca doa-doa pembentengan dan perlindungan maka walau jin berada ditubuh tidak dapat melakukan apapun yang sifatnya negative inilah yang dimaksud “memenjara jin”
Memutilasi jin ?? Mungkin yang dimaksud adalah memotong tubuh jin , ini berhubungan Tehnik menyembelih jin dipelajari dalam pelatihan ruqyah yang dikritisi Ustadz Abu Umar Abdillah, tehniknya simple yaitu mengusapkan/menggesekkan tangan keleher pasien dengan niat menyakiti leher jinnya. Menggesekkan atau mengusapkan tangan jelas ada dalilnya dari Rasulullah dan TIDAK ada larangan untuk menggesekkannya keleher pasien. Dan jika jinnya seperti tergorok kesakitan itu masalah ghoib yang penting kita berdoa pada Allah menyakiti leher jinnya.
Kenapa memberikan nama “tehnik” untuk setiap cara meruqyah
---------------------------------------------------------------------------------
Rasulullah mengajarkan cara menepuk dalam terapi ruqyah, maka untuk memudahkan mempelajari ruqyah dinamakannya tehnik tepukan. Sunan Ibnu Majah (no. 3548) tentang sahabat Usman ibn al-Ash dan juga dalamMu'jam Kabir ath-Thabrani (no. 5313) tentang anak gila yang diruqyah Nabi Muhammad SAW menjelaskan cara Rasulullah menepuk. Dhawabit (kaidah) menepuk juga tidak sembarangan maka tehnik tepukan juga memiliki banyak metode dan syarat.
Rasulullah mengajarkan cara mengusap dalam terapi ruqyah, maka untuk memudahkan mempelajari ruqyah dinamakannya dengan tehnik usapan. Dari Aisyah ra berkata : “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah peniup untuk dirinya dalam keadaan sakit menjelang wafatnya dengan bacaan surat Al Ikhlash dan Al Mu’awwidzatain. Maka ketika beliau kritis, akulah yang meniupkan bacaan itu dan aku usapkan kedua tangannya ke tubuhnya karena keberkahan tangannya.” (HR. Bukhari, Muslim). Tehnik usapan ini juga memiliki kaidah dan syarat tidak asal mengusap, contohnya jika luka bakar, borok, gatal tidak boleh diusap dan ini dipelajari dalam training ruqyah.
Rasulullah mengajarkan cara meniup dalam terapi ruqyah, maka untuk memudahkan mempelajari ruqyah dinamakannya dengan tehnik tiupan. Tehnik tiupan ini bukan asal meniup tentunya ada kaidah yang harus dijalankan. Lihat Video syaikh Arifi mengajarkan tehnik tiupan di
https://www.youtube.com/watch?v=4wcqLiBPKVEMemberikan nama cara meruqyah sebagai tehnik hanya pengklasifikasian metode yang dilakukan oleh rasulullah, melalui berbagai kesempatan yang tertuang dalam hadis2 yang tersebar. Yah... miriplah dengan metode-metode pengajaran tahsin qur'an. Dulu kan nabi gak pernah mengajarkan istilah mad, sifat huruf dan sebagainya. Beliau cuma mencontohkan cara baca dan mengkoreksi langsung bacaan sahabat (talaqqi). Nah sekarang kitab tajwid saja bisa berjilid-jilid.
Ustadz Abu Umar Abdillah mengatakan :
Ini berbeda dengan riwayat-riwayat para salaf yang melakukan ruqyah syar’iyyah utuk kesembuhan atau mengusir jin, tanpa mengklaim bahwa mereka bisa melukai jin dengan jenis luka tertentu. Cukup mereka tahu bahwa pengaruh jin itu hilang setelah diruqyah dengan ijin Allah tanpa menyebutkan apa yang terjadi atas jin yang mengganggu dalam tubuh manusia.
Bisa jadi awalnya peruqyah melakukan teknik tertentu dalam meruqyah, lalu pada satu sesi ruqyah ada pengakuan jin, bahwa dirinya terbakar, terpotong tangan, terpenjara dan lain-lain, namun pengakuan jin itu tidak sah dijadikan sebagai sandaran untuk sebuah klaim. Kenapa?
Karena pengakuan jin di hadapan manusia meskipun jin muslim itu dihukumi lemah, karena tidak bisa dikonfirmasi atau dilacak kebenaran pengakuannya. Terhadap berita yang datang dari orang fasik kita harus tabayun dan mengecek kebenarannya, namun berita yang datang dari jin fasik yang telah mengganggu manusia, bagaimana bisa kita tabayun dan melacak kebenarannya? Dia berkata telah terpotong tangannya, apa buktinya? Tidak ada cara untuk mengkonfirmasinya. Apalagi jin kafir (setan) yang secara secara asal bersifat ‘kadzuub’, pendusta, bagaimana kita mempercayai ucapan pendusta.
Jawab :
Bukalah Buku syaikh Wahid Abdus salam baly beliau menjelaskan ciri-ciri jin tersiksa dan terbakar dan ini adalah ilmu diagnose fisik sebab kita ga bisa melihat jin.
Syaikh Wahid Abdul Salam Baali menjelaskan reaksi keras pembacaan ruqyah pada orang yang semula sadar menjadi tidak sadar (kesurupan) sebagai akibat jin yang berada dalam tubuhnya menampakkan eksistensinya karena fadhilah bacaan ruqyah syar’iyyah. Beliau menjelaskan : “ Setelah membaca ayat-ayat ruqyah di telinganya dengan suara yang kuat, maka akan terjadilah satu dari tiga hal berikut ini. (Lihat buku yang berjudul “Membentengi Diri Melawan Ilmu Hitam” Penerbit Lintas Pustaka Publisher. Halaman 77-81)
1. Korban sihir itu akan meraung-raung dan jin yang merasukinya akan berbicara dengan perantaraan si korban…..
2. Sekiranya korban sihir merasakan penderitaan ketika dibaca seperti kepalanya amat pening atau dadanya sesak, tetapi tidak menjerit, maka ulangi membaca ayat tadi sebanyak 3 kali…..
3. Jika korban sihir tidak merasakan penderitaan ketika dibacakan ayat-ayat tadi, maka ajukanlah pertanyaan kepadanya sekiranya terdapat tanda-tanda penderitaan sekali lagi…….”
Syaikh Wahid menjelaskan : “ Bacakan ayat-ayat seperti biasanya, jika dia menjerit, teruslah membacakan ayat-ayat itu. Jeritan itu pertanda telah terjadi respon dari jin yang merasuki tubuh wanita” (Lihat buku yang berjudul “Membentengi Diri Melawan Ilmu Hitam” Penerbit Lintas Pustaka Publisher. Halaman 126,)Syaikh Wahid Abdul Salam Baali juga menjelaskan bahwa “Jampi-jampi (ruqyah) ini berpengaruh pada jin sehingga akan mengusir dan menjauhkannya atau menarik dan menghadirkannya. Mengusir dan menjauhkan, yakni mengusir jin dari jasad sebelum dia berbicara (melalui perantara orang yang dimasukinya) sehingga Allah telah menghindarkan anda dari kejahatannya. Menarik dan menghadirkan, yakni mengguncang jin dalam jasad (penderita) dan memaksanya untuk berbicara dengan anda” (Lihat buku yang berjudul “Dialog dengan Jin Muslim” yang diterjemahkan oleh Abu Maulana Hakim Al-Ghifari) halaman 81-82)Pada berbagai contoh kasus pengobatan yang dilakukan Syaikh Wahid yang telah ditulis dalam bukunya bisa kita lihat bahwa ketika para pasien mendatangi syaikh Wahid dalam keadaan sadar dan terlihat sehat secara fisik. Namun ketika dibacakan baru mereka menjadi tidak sadar seperti menjerit, menangis, berguling-guling sebab jin yang menguasai tubuh pasien (baik sudah disadari atau tidak disadari) terbakar dengan ayat-ayat Ruqyah.
Mendeteksi kondisi jin itu melalui pengamatan fisik, syaikh wahid mendeteksi sihir pada seseorang jika ketika diruqyah menangis, mendeteksi jin mendapatkan azab dari reaksi yang ditimbulkan dalam bacaan.
Mengatakan jin cuma berakting sama saja hendak mengatakan sakitnya jin ketika dipukuli ibnu taimiyah bisa jadi cuka akting juga?? keluarnya jin ketika diancam imam ahmad cuma nipu saja. jika semuanya dikatakan nipu maka untuk apa ada pelajaran ilmu diagnosa??/
Ustadz Abu Umar Abdillah mengatakan :
“Tidak ada cara untuk mengkonfirmasinya. Apalagi jin kafir (setan) yang secara secara asal bersifat ‘kadzuub’, pendusta, bagaimana kita mempercayai ucapan pendusta.”
Jawab : maka butuh ilmu diagnose dan tidak tergantung atau mempercayai perkataan jin. Jin juga walau pendusta kadang berkata benar seberti riwayat Abu Hurairah yang menjaga makanan yang menginformasikan bahwa ayat kursi bisa membentengi dari gangguan jin dan perkataan setan itu dibenarkan Rasulullah, maka kita timbang dengan pengalaman juga tentunya dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Ustadz Abu Umar Abdillah mengatakan :
Sebagian orang awam pun hingga ada yang menangkap kesan, bahwa teknik-teknik tersebut dianggap sebagai ilmu ruqyah tingkat lanjut, sedangkan ruqyah syar’iyyah yang standar dari Nabi shallallahu alaihi wasallam maupun yang dilakukan para salaf seakan dianggap sebagai ruqyah tingkat dasar. Ini jelas merupakan kekeliruan yang fatal.
Jawab :
Adapun ada tingkatan pelajaran ruqyah bukanlah menganggap ruqyah standar itu dari nabi sedangkan ruqyah tingkat lanjut dari tehnik baru ini adalah fitnah keji.
Dalam pelajaran ruqyah level 1 diajarkan tauhid, tehnik ruqyah mandiri, ruqyah berpasangan, ruqyah berkelompok. level 2 diajarkan mengkombinasikan ruqyah dan herbal, mengenal sihir dll.
bertahap belajar ilmu ruqyah, ga semuanya bisa dipelajari dalam 1 waktu. maka ada level pengetahuan.
Ustadz abu Umar Abdillah mengatakan :
Teknik-teknik yang dilakukan dan kemudian diklaim sebagai cara-cara memperdayai jin tersebut perlu dikritisi, bagaimana klaim itu terjadi. Karena sebab yang ditempuh untuk sebuah solusi mestinya tak keluar dari dua hal; apakah itu sesuatu yang ma’qul atau logis, atau jika bukan merupakan hal yang logis maka harus sebagai sesuatu yang masyru’, yakni ada ketetapan syariatnya. Butuh dalil untuk sebuah klaim bahwa teknik tertentu bisa berakibat tertentu pada jin. Apalagi tentang perkara gaib yang kita tidak boleh mengira-ira atau menduga-duga. Jin bisa melihat kita dan kita tidak melihat mereka.
Juga mengatakan :” Maka alangkah baiknya peruqyah mengambil langkah-langkah yang aman dengan menggunakan ruqyah asy-syar’iyyah al-manshuhah, yakni ruqyah yang telah disebutkan dalilnya secara shahih baik tentang bacaan maupun kaifiyah (caranya), atau ruqyah yang dilakukan para sahabat karena apa yang mereka lakukan sebagian besar telah diperlihatkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagaimana arahan dari beliau, “I’ridhu ‘alayya ruqaaku…!” perlihatkan kepadaku seperti apa ruqyah kalian!” Atau dengan ruqyah para salaf dan para mujtahid terdahulu. Berkreasi terlalu jauh dengan “waham”, kira-kira yang bersifat dugaan dan meraba-raba berpotensi menjauhkan dari karakter ruqyah dan mendekat kepada perdukunan, wallahu a’lam bishawab. (Abu Umar Abdillah)
Jawab :
Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah melakukan tehnik pukulan dengan kayu dan jinnya menjerit kesakitan, jika berbicara logis atau tidak maka tidak akan logis sebab apa hubungannya tubuh pasien dengan kesakitan jin? Cara Ibnu taimiyah ini adalah tajribah dalam ruqyah sebab tidak ada tuntunan dari Rasul memukul dengan kayu.
Saya belum menemukan tehnik pencetan atau tusukan dalam hadits namun tehnik ini efektif dan peruqyah sudah pasti menggunakan tehnik ini, jika ditusukkan tangan kebagian tubuh tertentu jin akan menjerit kesakitan dan ini tajribah dalam ruqyah sebab tidak ada tuntunan dari Rasul mencet mencet.
Belum lagi bicara dalil meruqyah menggunakan daun bidara ini tidak ada dalilnya namun direkomendasikan oleh Wahab bin Muhabbih, darimana sihir jin bisa tawar dengan daun bidara sebab ini perkara ghoib namun Wahab bin Muhabbih tentu sudah melakukan tajaarub hingga bisa merekomendasikan daun bidara untuk gangguan sihir.
Ruqyah itu ada dua bentuk yaitu taufiqiyah dan tajribah yang saling seiring sejalan, Syaikh Jibrin mengatakan : Bahwasannya tajaarub (trial/percobaan/experiman) dalam ruqyah ini mufiid dan naafi' (bermanfaat dan berguna) dengan ijin Allah, dan tidak harus setiap ruqyah itu selalu dari yang manqul. Lihat di
https://www.facebook.com/perdana.akhmad/posts/10203186789332576Ustadz Abu Umar Abdillah mengatakan : “Para praktisi ruqyah tentu sering mengalami kejadian di mana mereka sering dibohongi oleh jin dalam pengakuannya. Ada kasus fenomenal yang bisa dijadikan contoh. Mungkin pembaca masih ingat dengan buku yang sempat fenomenal berjudul “Dialog dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud. Di buku tersebut disebutkan kesaksian dari jin muslim pengarang buku tersebut yang juga seorang wartawan.
Dalam pengakuan jin tersebut, bahwa pesulap dunia David Copperfield melakukan tatkala melakukan trik sulap bisa melayang di udara karena bantuan dari ribuan jin. Dan bahwa pesulpa itu telah elakukan perjanjian dengan jin Ifrit dari Segitiga Bermuda.
Akan tetapi pengakuan tersebut terbantah oleh pernyataan John Gaughan yang merancang alat terbang yang dipakai oleh David dan ternyata telah memiliki hak paten. Artinya, kesaksian jin yang mengaku muslim itu ternyata dusta.”
Jawab :“banyak pesulap di Negara barat menggunakan jin atau kekuatan setan lihat di
https://www.youtube.com/watch?v=mI7uHI1x09A dan tidak akan ada pesulap yang mau mengaku bahwa dia bekerjasama dengan jin. Bisa saja David Copperfield bekerjasama dengan jin dan juga menggunakan trik sulap belaka.
Sekian jawaban dari saya semoga kita semua bisa berbaik sangka …. Alangkah Indahnya ya... jika perbedaan yang ada diawali dengan sikap khusnuzhon kemudian diikuti dengan tabayyun dan tawadhu.