Tuesday, May 3, 2016

Memberi Makanan Pada Jin, Bolehkah?


Rabu, 26 Rajab 1437 - 05 Mei 2016

 

Ada pertanyaan dari Yadi SurYahdil seperti judul diatas, tapi lebih khusus pada tulang...

Tulang disebut-sebut sebagai makanan jin, tapi tentu bukan zat tulangnya seperti kucing makan tulang ikan langsung ludes tak bersisa. Bukan begitu. 

Jin memakan sesuatu melalui aromanya, bukan bendanya. Termasuk wewangian kemenyan yang dibakar atau wewangian jeruk purut yang disajikan oleh dukun.

Tulang yang menjadi makanan jin muslim adalah tulang hewan yang halal dimakan dan disembelih dengan menyebut nama Allah.

Sedangkan tulang yang menjadi makanan jin kafir adalah tulang binatang yang haram dimakan atau tulang binatang yang mati tanpa disembelih dengan nama Allah.

Pertanyaan saudara Yadi SurYahdil, bolehkah menawarkan makanan tulang hewan kurban pada jin Muslim, misalnya ?

Jawaban saya ada dua :

1. Pak Yadi kayak nggak ada kerjaan aja ah. Mendingan dagingnya tawarin sama saya atau orang yang memerlukan. Lebih jelas manfaatnya. 

2. Jika niatnya ingin bersedekah pada jin Muslim, tujuannya apa? Karena tulang sisa makanan kita tanpa ditawarin juga akan disantap jin. 

Jika ada upaya untuk memanggil jin Muslim dengan mengumpulkan tulang sebanyak mungkin, khawatirnya kita akan tertipu. Perbuatan ini dapat menimbulkan mudharat, khususnya dalam aspek akidah. 

Yang namanya jin, tidak dipanggil aja datang, apalagi diundang. Terus, kita tahu darimana yang datang itu jin Muslim yang taat dan shalih ?

Suatu ketika, bisa saja ada jin yang datang tanpa diundang menawarkan jasa untuk membantu anda. Alasannya anda orangnya baik dan perhatian, maka saat anda kesusahan dia datang tawarin jasa, kuat nggak ? 

Saat itu anda akan menjadi korban sebagaimana dukun-dukun yang dulunya adalah mereka yang telah merasa dibantu jin melalui berbagai bentuk tipu daya hingga akhirnya menjadi sahabat abadi sampai anda bersujud dihadapannya. Na'udzubillah min dzalik !

Oleh karena itu, berbuatlah dengan sesuatu yang jelas bermanfaat bagi alam nyata, bukan untuk alam ghaib. Kebutuhan kedua alam ini jelas berbeda dan kita tidak dituntut untuk sesuatu yang berada diluar kemampuan kita. Wallahu a'lam.

Ustadz Musdar Bustamam Tambusai

0 comments:

Post a Comment