Kisah ruqyah: temanku terkena mahabah (pelet)
Oleh: Arini
Peristiwa ini terjadi tiga hari yang lalu tepatnya tanggal 9 Desemer 2017. Waktu itu ba"da Isya.
Dengan langkah tergopoh-gopoh, salah seorang temanku datan menemuiku. Dia memintaku untuk meruqyah temannya yang sedang sakit. Akupun segera turun karena kamarnya berada di bawah. Maasyaa Allah! Kutemukan temannya itu tergolek lemas di lantai dengan wajah pucat dan badannya panas.
Sebelum kuruqyah, terlebih dulu kusuruh untuk mengambil air wudhu didampingi oleh temanku. Setelah itu, kutanyakan awal mula peristiwatersebut. Menurut temanku, kepalanya terasa berputar-putar, pusing dan akhirnya jatuh sambil memanggil-manggil nama seorang pria yang dulu menembaknya namun dia menolak. Akupun segera meruqyahnya. Di tengah-tengah pembacaan ayat-ayat ruqyah, kurasakan badannya bergetar lalu dia muntah-muntah. Namun muntahannya hanya sedikit. Agar tubuhnya steril, aku buatkan air ruqyah. Setelah itu, kusuruh dia untuk meminumnya. Dia muntah-muntah lagi.. lalu dia mengeluh ujung kakki kanannya sakit. Lalu akupun meruqyahnya. Proses ruqyahpun selesai
Itulah pengalaman pertamaku meruqyah pasien.
Aku bersyukur karena pengaruh mahabah itu lenyap. Aku juga bersyukur ternyata orang tunanetra diberi kesempatan oleh Allah untuk mengobati orang lain.
Dengan langkah tergopoh-gopoh, salah seorang temanku datan menemuiku. Dia memintaku untuk meruqyah temannya yang sedang sakit. Akupun segera turun karena kamarnya berada di bawah. Maasyaa Allah! Kutemukan temannya itu tergolek lemas di lantai dengan wajah pucat dan badannya panas.
Sebelum kuruqyah, terlebih dulu kusuruh untuk mengambil air wudhu didampingi oleh temanku. Setelah itu, kutanyakan awal mula peristiwatersebut. Menurut temanku, kepalanya terasa berputar-putar, pusing dan akhirnya jatuh sambil memanggil-manggil nama seorang pria yang dulu menembaknya namun dia menolak. Akupun segera meruqyahnya. Di tengah-tengah pembacaan ayat-ayat ruqyah, kurasakan badannya bergetar lalu dia muntah-muntah. Namun muntahannya hanya sedikit. Agar tubuhnya steril, aku buatkan air ruqyah. Setelah itu, kusuruh dia untuk meminumnya. Dia muntah-muntah lagi.. lalu dia mengeluh ujung kakki kanannya sakit. Lalu akupun meruqyahnya. Proses ruqyahpun selesai
Itulah pengalaman pertamaku meruqyah pasien.
Aku bersyukur karena pengaruh mahabah itu lenyap. Aku juga bersyukur ternyata orang tunanetra diberi kesempatan oleh Allah untuk mengobati orang lain.
penulis di atas adalah seorang tuna netra yang ikut pelatihan ruqyah di jogja , alhamdulillah beliau langsung dapat mempraktekan materi yang kami sampaikan saat pelatihan ruqyah KCRT di jogja , masyaa Allah
0 comments:
Post a Comment