MUHAMMAD RASULULLAH BUKAN INDIGO
Disusun Oleh : Otong Darsa
Beliau mengetahui hal ghaib adalah 'kekhususan' yang diberikan olehNya terhadap rasul pilihanNya.
dalam surah Al An’aam: 59 allah berfirman :
“Dan hanya di sisi-Nya lah kunci-kunci ilmu gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia”
namun dalam surat Jin: 26,27 Allah memberi kekhususan dengan berfirman :
yang artinya, “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”
dengan idzinNya rasulullah mengetahui UWAIS AL QARNI tanpa pernah melihatnya :
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu :
“Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah !”
maka Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji :
“Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni ?”
“Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya ?”
Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais :
“Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka :
“Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah !”
akhirnya setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya.
Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya :
“Siapa namamu ?”
“Uwais,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana ?’
Dia menjawab, “Dari Qarn.”
“Tepatnya dari kabilah mana ?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.
Dia menjawab, “Dari kabilah Murad !”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu ?”
“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku !” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu ?’
Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya !”
“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya ?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.
“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan !”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut ?”
Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham !” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu.
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata :
“Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku !”
Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin ?”
Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya !”
Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.
Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji.
Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak !”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu ?”
Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang !”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
0 comments:
Post a Comment