Copas dari Ust.A.Rosyid.
Dosa-dosa yang Sering Dilakukan:
(5) Menyesali Masa Lalu dan Panjang Angan untuk Masa Depan
Dosa-dosa yang Sering Dilakukan:
(5) Menyesali Masa Lalu dan Panjang Angan untuk Masa Depan
Setan tidak henti-hentinya menggoda hati manusia agar jauh dari kesyukuran dan senantiasa ingkar terhadap nikmat-nikmat-Nya. Maka setan menggunakan trik-trik jitu, diantaranya menanamkan penyesalan di dalam hati manusia tentang masa-masa yang sudah lewat, mengapa kok begini dan begitu dan tidak begini dan begitu. Penyesalan itu dimunculkan ketika seseorang melihat kawannya yang dahulunya senasib, namun setelah perpisahan sekian tahun, dia menjumpai kawannya telah mencapai kesuksesan jauh melebihi dirinya. Maka setan mengajaknya menyesali pilihannya yang telah lewat dan kadang mengajaknya tenggelam dalam lamunan dan khayalan, jika dirinya dahulu melakukan ini dan itu, niscaya ia akan mendapatkan kesuksesan ini dan itu.
Sesungguhnya ini adalah perbuatan yang diumpamakan dengan menegakkan benang basah. Sesuatu yang sudah lewat tidak akan bisa kembali. Sebagaimana orang bijak berkata:
لن ترجع الأيّام التي مضت / Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu. Rasulullah saw. pun mengingatkan kita dengan sabda beliau:
لن ترجع الأيّام التي مضت / Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu. Rasulullah saw. pun mengingatkan kita dengan sabda beliau:
إن أصابك شيء فلا تقل: لو أني فعلت كان كذا وكذا. ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل؛ فإن لو تفتح عمل الشيطان -رواه مسلم-
Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah kamu katakan: “Seandainya aku kemarin melakukan demikian, niscaya akan demikian dan demikian”. Tetapi katakanlah: “Allah telah mentakdirkan demikian, dan apa yang Dia kehendaki niscaya Dia lakukan”. Sesungguhnya perkatakan “jikalau” itu, membuka perbuatan setan”. –Hadits riwayat Muslim-
Menyesali yang sudah terjadi dengan bersedih adalah bentuk kesia-siaan. Mengkhayalkan jika dahulu begini dan begitu, serta tenggelam dalam khayalan kemustahilan masa lalu adalah kelucuan yang tidak lucu dan sangat sia-sia. Melakukan berbagai bentuk kesia-siaan adalah kemaksiatan yang harus dihindari, karena hal ini menunjukkan kerugian seorang mukmin.
Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah kamu katakan: “Seandainya aku kemarin melakukan demikian, niscaya akan demikian dan demikian”. Tetapi katakanlah: “Allah telah mentakdirkan demikian, dan apa yang Dia kehendaki niscaya Dia lakukan”. Sesungguhnya perkatakan “jikalau” itu, membuka perbuatan setan”. –Hadits riwayat Muslim-
Menyesali yang sudah terjadi dengan bersedih adalah bentuk kesia-siaan. Mengkhayalkan jika dahulu begini dan begitu, serta tenggelam dalam khayalan kemustahilan masa lalu adalah kelucuan yang tidak lucu dan sangat sia-sia. Melakukan berbagai bentuk kesia-siaan adalah kemaksiatan yang harus dihindari, karena hal ini menunjukkan kerugian seorang mukmin.
Demikian pula manusia yang suka berpanjang angan untuk masa depan, juga telah melakukan bentuk kemaksiatan lain. Memiliki panjang angan tidaklah sama dengan cita-cita. Cita-cita selalu realistis dan sesuai dengan kesungguhan upaya dan kapasitasnya. Sedangkan panjang angan adalah lamunan sia-sia seseorang yang tidak bisa berbuat maksimal dalam tindakan nyata dan sering tidak sesuai dengan upaya yang ia lakukan. Contoh ekstrim dari panjang angan adalah sesuatu yang diangan-angankan oleh orang kafir, sebagaimana firman Allah ‘Azzaa wa Jalla di dalam surat Al Hijr
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim, Biarkan mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (QS. Al Hijr: 2-3)
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim, Biarkan mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (QS. Al Hijr: 2-3)
Orang-orang kafir cenderung hanya memperhatikan materi duniawi dan sering tenggelam ke dalam berbagai syahwat dan kesenangan-kesenangan. Pada waktu yang sama, mereka lalai akan kehidupan akhirat dan tidak pernah menyiapkan diri untuk hal tersebut. Perilaku semacam ini tidak layak dilakukan oleh kaum mukminin. Rasulullah saw. pun mengingatkan dalam sabda beliau sebagaimana tersebut di dalam Musnad Al Bazzar dari sahabat Anas r.a.:أربعة من الشقاء: جمود العين، وقساوة القلب، وطول الأمل، والحرص على الدنيا
“Empat macam termasuk kesengsaran: Pandangan yang jumud, kerasnya hati, panjang angan, dan rakus terhadap dunia”.
“Empat macam termasuk kesengsaran: Pandangan yang jumud, kerasnya hati, panjang angan, dan rakus terhadap dunia”.
Semakna dengan ini, ImamAhmad, Tabrani dan Baihaqi, meriwayatkan dari Amru bin Syuaib secara marfu’: “Kejayaan ummat ini pada masa awal-awalnya, karena zuhud dan yakin. Dan sifat bakhil serta panjang angan yang menghancurkannya”.
0 comments:
Post a Comment