Aby Qisthy
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lima tahun yang lalu aku pernah meruqyah istrinya seorang Ustad dari Tasik Selatan. Adapun yang menjadi keluhan pasien adalah perutnya yg buncit seperti orang yang sedang hamil tua.
Sebelum kuruqyah, ia pernah diobati ke para kiai setempat. Namun setiap diobati ke beberapa orang kiai, perut tersebut hanya bisa kempes sehari, lalu buncit lagi.
Ketika ia kuruqyah reaksinya langsung keras dan beringas. Bahasanyapun kasar. Dalam dialog, si jin lewat mulut si pasien mengaku bahwa ia diperintah oleh dukun dari Padaherang Pangandaran untuk menyakiti si pasien. Namun ia tak mau cerita tentang siapa dukunnya dan siapa orang yg memerintahkan itu dukun.
Aku meruqyah istri si pasien hanya cukup tiga kali. Menurut keterangan nya, setelah dua kali di ruqyah ada semacam benda keluar dari kemaluannya saat ia kencing. Dan setelah itu, gangguan yang berupa mimpi buruk pun tak pernah muncul lagi.
Pada proses ruqyah yg ke tiga kalinya, ada sesuatu yang aneh. Pada saat aku membacakan surat Al Hasyr, ada suara menggema mengikutiku. Lalu akupun menghentikan bacaan untuk memastikan tentang suara berat tersebut. Kemudian aku bertanya kepada keluarga si pasien tentang suara aneh tersebut, dan ternyata merekapun sama-sama mendengarkannya. Semua yang hadir menjadi heran dan takut. Setelah itu akupun melanjutkan kembali bacaan-bacaan ruqyah. Lalu, pada ahirnya si jin yang mengganggu si pasien muncul lagi. Ia memberi tahu tentang siapa yg menyuruhnya. Namun aku tak percaya, karena bisa saja pengakuan simakhluq tersebut hanya untuk memfitnah. Singkat cerita, si jin tersebut pada ahirnya menyerah dan masuk Islam.
Setelah proses ruqyah kuahiri, sang suami si pasien menjelaskan bahwa dirinya merasa mual-mual tiap mendampingi istrinya. Lalu aku katakan bahwa itu menandakan bahwa dirinya tak mustahil mengalami gangguan yang sama seperti istrinya. Kemudian ia pun memintaku untuk mencoba meruqyahnya. Dan aku pun menyaggupinya, tapi keesokan harinya.
Lima tahun kemudian secara tak sengaja aku bertemu di Pasar Cikurubuk. Merekapun menghampiriku dan mengenalkan anaknya yang telah lahir. " Nah mang, inilah anak yang sebelumnya pernah diruqyah!" lalu anak tersebut kupeluk dan kugendong.
Saudaraku, pertemuan itulah yg mengingatkanku untuk menulis qisahnya. Untuk itu mohon dimaklumi jika pemaparan kisahnya tak cukup detail, mengingat jarak waktu yg lumayan susah lama. Sekalipun demikian, aku berharap semoga saja bisa bermanpa'at, aamiin
0 comments:
Post a Comment