Kalau dalam dunia supranatural, teknik Jin Catcher, prinsipnya sama dengan Teknik Mediumisasi yang biasa kita saksikan di salah satu acara di televisi.
Saya tidak akan membahas dari sisi hukumnya, tetapi dari teknis, sudut pandang terapis yang ingin saya pakai untuk membahas ini.
Beberapa tahun silam, saya sudah menggunakan teknik ini, sebelum video tersebut marak di internet. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak menggunakannya karena ada beberapa catatan penting dalam teknik ini.
Sebenarnya secara teknis memang mudah, hanya butuh seorang mediator. Kadang mediator tersebut tidak harus seorang jin Cathcer, yang bukan pasien, tapi bisa juga dengan tubuh si pasien sendiri, atau salah satu keluarganya. Setiap kondisi tentu berbeda, tingkat keberhasilannya. Kadang memang perlu menggunakan ayat – ayat al quran untuk “ memindahkan” si jin pengganggu, tapi kadang juga bisa tanpa ayat apapun jika kondisi benar-benar pas.
Secara teknis memang mudah, tetapi cara menguji akurasi teknik ini, saat proses ruqyah berjalan, bukanlah perkara sederhana. Terlebih lagi jika peruqyah lupa untuk mengujinya, maka teknik ini hanya akan menjadi seperti ‘permainan’ bangsa jin. Peruqyah akan mengikuti arus permainan jin. Mudah-mudahan tidak ditertawakan oleh mereka.
Sifat dasar jin adalah tersembunyi dan pembohong maka menguji menjadi keharusan bagi peruqyah saat teknik apapun termasuk ini dilakukan.
Simak contoh berikut :
Suatu saat, ada seorang ibu dari Jakarta menghubungi saya,beliau cerita bahwa telah diruqyah oleh peruqyah sya’iyyah di Jakarta.
Beliau bilang, “ Ustadnya tidak sendirian Pak, berdua sama temannya. Alhamdulillah, saya seneng Pak, Ustadnya pinter, jin itu dipindahkan ke tubuh temannya, terus dihajar ditubuh temennya tersebut , Jin itu cerita panjang lebar tentang sakit yang saya alami, masa lalu saya, dan semuanya persis dengan apa yang saya alami. Jin itu didakwahi dan disuruh tobat tapi ga mau, akhirnya dibunuh, Pak.” Ujar beliau dengan penuh semangat.
“Apa keluhan ibu?” Tanya saya.
“Saya sering pusing, badan lemah, toko saya sepi, bla..bla..bla….” panjang lebar beliau sampaikan keluhanya.
“Bu, beberapa saat sebelum ruqyah belum dimulai apa yang ibu rasakan ?” Tanya saya.
“Pusing, pegal-pegal dan ngilu-ngilu?” Jawab beliau
“ Bu, maaf, waktu jin pengganggu tersebut, pindah ke tubuh temannya Ustad, apa yang ibu rasakan di badan ibu? Ibu merasa tenang, badan terasa segar dan ringan, pusing dan pegalnya hilang seketika? “ Tanya saya.
Ibu itu menjawab,” tidak, tetap pusing, bahkan setelah ruqyah badan saya juga masih pegal-pegal.”
Hmmm..terus yang tadi dipindah dan dibunuh itu siapa Bu? Tanya saya
“iya ya…”jawab beliau……..
Beberapa pekan kemudaian, beliau menghubungi saya, dengan keluhan yang sama..
Cukup deh ceritanya..:)
Kembali ke pembahasan..
Jadi, teknik apapun, tidak bisa diterapkan tanpa dites. Karena memang sifat dasar jin adalah pembohong. Persoalannya tinggal bagaimana cara mengujinya.
Selain persoalan cara menguji, ada beberapa hal yang saya catat dari teknik Jin Catcher :
- Perlu kejelian untuk membedakan jenis gangguan dan siapa yang hadir saat jin tsb muncul
- Bagi pasien, cara ini kadang justru menjadi pembenar terhadap prasangka yang ada dalam hati si pasien, padahal prasangka tersebut belum tentu benar. Dan kewajiban peruqyah seharusnya memahamkan cara bersikap terhadap prasangka karena sebagian prasangka adalah dosa dan menjadi pintu syetan
- Bagi mediator. ini yang sering lupa dibicarakan, ada beberapa hal yang biasa terjadi pada mediator :
- Jin selalu meninggalkan jejak dalam tubuh orang yang pernah ditempatinya. Jejak tersebut dikenali oleh bangsa jin dan dikenali oleh si jin itu sendiri dan gerombolannya. Dengan jejak inilah si jin bisa kembali di lain waktu. Jika dalam kasus sihir akan lebih rumit, jika jin tersebut terbunuh misalnya dan ternyata ‘lapisan’ jin dibelakangnya masih banyak, maka si mediator juga akan mejadi sasaran pengaruh sihirnya meski dengan tingkat yang berbeda dengan si pasien. Hal ini kadang terjadi pada mediator.
- Saat jin pengganggu ‘dipindah’, pada saat proses pemindahan tersebut kadang jin yang ‘terpindahkan’ tidak hanya jin pengganggu tetapi ada jin yang lain ikut terbawa, atau menyelinap masuk. Sehingga, kadang setelah ruqyah selesai, dan jin yang mengaku dari tubuh pasien itu telah “terbunuh”, si mediator masih merasa pusing, pegal, lemas, badan berat, kelelahan luar biasa. Atau rasa itu muncul setelah si mediator ada di rumah.
- Jika si mediator punya riwayat jin nasab..maka akan lebih rumit, karena dengan mediumisasi tadi sama halnya dengan telah membukakan jalan bagi jin tersebut untuk intervensi dalam keluarganya.
- Dan lain-lain
Jadi, jika ingin menggunakan teknik ini, peruqyah wajib memahami kondisi si pasien dan memahami kondisi si mediator, dan yang lebih penting harus mengerti resiko yang mungkin akan terjadi dan cara mengantisipasinya.
Dunia jin tidak sesederhana yang kita bayangkan, karenanya Nabi mensifati mereka sebagai pembohong dan pembuat tipu daya.
Dengan beberapa pertimbangan diatas maka saya tidak lagi menggunakan teknik ini.
Tapi sebagai sebuah pengetahuan, teknik ini boleh dan perlu untuk diketahui agar tidak terjebak pada tipu daya jin.
Lebih jauh tentang pembahasan teknik ini, akan dibahas di pelatihan, tgl 6-7 desember InsyaAlloh.
0 comments:
Post a Comment