Dua hari yang lalu saya meruqyah seorang mahasiswi yang mengeluhkan rasa sakit dan panas di dadanya. Dan dia nampak depresi dan sangat ketakutan sekali. Sebelum saya ruqyah saya tanyakan apa sudah shalat atau belum. Dia menjawab belum. Lalu saya suruh dia shalat dulu tapi nampak keengganannya untuk shalat. Saya katakan, "Kalau tidak mau shalat maka saya ga mau meruqyahmu !" Akhirnya dia mau shalat dan dengan cueknya membuka jilbabnya yang saya tahu dia sebenarnya tidak pernah memakai jilbab selama ini. Karena penampilannya tomboy seperti laki-laki.
Setelah shalat, saat konseling langsung saya todong dia dengan pertanyaan, "Kamu suka sesama perempuan ya ?" Dia agak kaget, lalu dengan jujur dan raut wajah ketakutan dia menjawab, "Iya Pak." Lalu saya lanjutkan pertanyaan saya, "Apa yang kamu takutkan, takut mati ya ?" Dia jawab, "Iya Pak..Dada saya sakit dan sesak sekali Pak..Tolong saya Pak.."
Saya nasehati dia dan saya suruh dia bertaubat dan bersujud kepada Allah atas perbuatan terkutuknya tersebut dan juga atas kelalaiannya yang tidak mau shalat selama ini. Serta merta dia bersujud dan menangis meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosanya. Dan saya biarkan dia larut dalam penyesalannya tersebut.
Ketika saya ruqyah, baru saja saya bacakan ayat-ayat Ruqyah, dia makin gelisah dan berdiri mau pulang, tidak mau diruqyah. Sampai Bapaknya memaksanya untuk kembali duduk keposisinya semula. Saya kembali melanjutkan terapinya sampai selesai. Dan tidak banyak reaksi yang dia perlihatkan. Namun ketika akan pulang, dia tidak mau meninggalkan tempat ruqyah karena rasa takutnya masih ada. Setelah dibujuk-bujuk sama bapaknya akhirnya mereka pulang.
Pagi tadi bapaknya kembali menelpon saya untuk meruqyahnya di rumahnya dan mengabarkan dia sudah shalat bahkan saat ini sedang membaca Al Qur'an.
Sampai di rumahnya saya perhatikan dia sudah agak mendingan. Kembali saya berikan nasehat tentang kabar gembira dari Allah tentang ampunan Allah dan gembiranya Allah ketika hambaNya yang pendosa bertaubat dan memohon ampub kepadaNya. Dia kembali menangis dan mengucapkan istighfar terus menerus. Setelah ruqyah semakin nampak ketenangannya dan dia mau memakai jilbab dan tidak akan meninggalkan shalat lagi. Dan akan mau ikut kepengajian lagi. Walhamdulillah.
Semoga Allah berikan hidayah dan keistiqamahan untuknya.
Saya nasehati dia dan saya suruh dia bertaubat dan bersujud kepada Allah atas perbuatan terkutuknya tersebut dan juga atas kelalaiannya yang tidak mau shalat selama ini. Serta merta dia bersujud dan menangis meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosanya. Dan saya biarkan dia larut dalam penyesalannya tersebut.
Ketika saya ruqyah, baru saja saya bacakan ayat-ayat Ruqyah, dia makin gelisah dan berdiri mau pulang, tidak mau diruqyah. Sampai Bapaknya memaksanya untuk kembali duduk keposisinya semula. Saya kembali melanjutkan terapinya sampai selesai. Dan tidak banyak reaksi yang dia perlihatkan. Namun ketika akan pulang, dia tidak mau meninggalkan tempat ruqyah karena rasa takutnya masih ada. Setelah dibujuk-bujuk sama bapaknya akhirnya mereka pulang.
Pagi tadi bapaknya kembali menelpon saya untuk meruqyahnya di rumahnya dan mengabarkan dia sudah shalat bahkan saat ini sedang membaca Al Qur'an.
Sampai di rumahnya saya perhatikan dia sudah agak mendingan. Kembali saya berikan nasehat tentang kabar gembira dari Allah tentang ampunan Allah dan gembiranya Allah ketika hambaNya yang pendosa bertaubat dan memohon ampub kepadaNya. Dia kembali menangis dan mengucapkan istighfar terus menerus. Setelah ruqyah semakin nampak ketenangannya dan dia mau memakai jilbab dan tidak akan meninggalkan shalat lagi. Dan akan mau ikut kepengajian lagi. Walhamdulillah.
Semoga Allah berikan hidayah dan keistiqamahan untuknya.
0 comments:
Post a Comment