Berburu Tali Pocong
Ahad, 2 Rajab 1437 H - 10 April 2016
Namanya "Cahaya" (bukan nama sebenarnya). Dia dilahirkan sebagai laki-laki normal dan tampan. Meskipun tubuhnya tidak begitu atletis seperti bintang film.
Dia hidup dilingkungan yang memang kurang memahami agama dengan baik, mulai lingkungan tempat tinggal sampai lingkungan sekolah.. Akibat pergaulan, dia merasa perlu ada suatu "kelebihan" agar dapat diakui oleh lingkungan....
Dia pun mulai melanglang dunia kesaktian, mulai dari orang yang diyakininya sebagai manusia sakti sampai buku-buku yang dijadikannya sebagai bahan belajar secara otodidak..
Hingga akhirnya, bertemulah dia dengan seseorang yang dianggap "hebat" untuk dijadikan guru. Ilmu demi ilmu pun dipelajari hingga suatu ketika sang guru meminta syarat sebagai kelengkapan untuk mendapatkan ilmu pamungkas.
Dia terhenyak dan tidak menyangka sejauh itu syarat yang diminta. Dia gelisah, berputar-putar dan hilir mudik di dalam rumahnya, mulai dari Maghrib sampai menjelang tengah malam.
Sang ibu merasa ada sesuatu yang menjadi beban pikiran pada anaknya. Sang Ibu bertanya dan terus bertanya, padahal si Cahaya sangat berat untuk berterus terang karena ini menyangkut janjinya pada sang guru.
Tapi sang ibu memang pandai meluluhkan perasaan anaknya sehingga Cahaya pun mengakui. Pada malam ini, dia harus menggali kuburan untuk mengambil kain pengikat mayat sebagai syarat mendapatkan ilmu kesaktian.
Untung saja, sang ibu bukan tipe ibu yang tertarik dengan ilmu-ilmu seperti itu. Dengan mukena yang masih menutupi tubuhnya setelah sholat, sang ibu marah besar kepada Cahaya...
"Jangan nak, itu syirik. Itu menyesatkan. Urungkan niatmu, nak. Ibu tidak izinkan kamu melakukan niatmu itu"....
Berurai air mata, sang ibu berusaha meyakinkan anaknya. Akhirnya Cahaya pun mulai kendor semangatnya untuk melaksanakan niatnya.
Pada saat itulah, terjadi hal aneh. Diatas atap rumahnya ada benda besar berjalan menginjak-injak rumah mereka. Berpindah dari satu bagian atap rumah ke bagian yang lain. Itu terjadi sampai menjelang jam 4 shubuh.
Sejak itu, Cahaya mengalami penurunan daya nalar seperti orang yang tidak menentu pikirannya. Orang-orang mengatakan bahwa dirinya bukan gila tapi "bocor halus". Terlihat bodoh tapi seakan-akan punya kemampuan luar biasa seperti dapat meramal, bahkan orang-orang pun banyak datang berobat.
Cahaya menjadi terkenal sebagai dukun. Semakin hari, semakin banyak tuntunan untuk menambah wawasan dan keilmuan karena banyaknya orang datang berkonsultasi...
Dia pun mulai berlangganan dengan Majalah Misteri, membeli buku-buku Mujarrobat bahkan belajar kepada praktisi-praktisi perdukunan di majalah tersebut melalui surat menyurat, pengiriman paket buku, jimat dan sebagainya….
Rumahnya penuh dengan benda-benda yang dianggap sakti sebagai pendukung praktik perdukunan yang dia lakukan.
Sampai akhirnya, dia pun sakit dan tidak mampu mengobati dirinya sendiri. Disinilah awal pertemuan saya dengan Cahaya.
Oleh keluarganya, beliau harus diruqyah dan diberi pencerahan. Pertama, datang ke Rumah Sehat Al-Iman dan kemudian saya datang ke rumah, melihat secara langsung kondisi rumah Cahaya.
Saat mengunjungi beliau, sudah ada beberapa orang datang ingin berobat. Kata keluarganya “Hari ini libur….”. Mereka pun pulang.
Ruqyah rumah pun dilaksanakan. Semua benda-benda perdukunan saya sita dan dibawa ke Rumah Sehat....
Alhamdulillah, Cahaya mengalami perbaikan kondisi fisik dan kejiwaan. Dia mulai rutin melaksanakan ibadah sholat. Setelah itu, saya pun tidak lagi berkomunikasi dengan beliau.
***
Beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan salah seorang keluarganya. Darinya saya mendapat berita bahwa Cahaya sudah meninggal dunia setelah beberapa bulan melaksanakan pernikahan.
Ya Allah, ampunilah dosanya dan terimalah taubatnya…Berikan dia tempat terbaik disisi-Mu, ya Rabb....
Dia kembali pd Rabb-Nya setelah bertaubat dan setelah melaksanakan sunnah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam yaitu menikah....
Ustadz Musdar Bustamam Tambusai
0 comments:
Post a Comment