Friday, April 1, 2016

Taubatnya Seorang TKW dari Praktik Perdukunan


Taubatnya Seorang TKW dari Praktik Perdukunan
Jum'at, 23 Jumadil Akhir 1437 H - 1 April 2016


  Namanya Masita (Nama samaran), seorang ibu muda yang pandai bicara dan banyak bergaul. Dia sedang mengandung anak pertamanya. Suatu malam dia bermimpi didatangi oleh seorang "syaikh" berjenggot putih dengan pakaian serba putih, mulai jubah putih sampai sorban putih.

    Syaikh itu berkata "Wahai anakku, sesungguhnya engkau adalah wanita beruntung yang akan dikaruniai anak hebat. Anak yang engkau kandung ini akan diberi ilmu yang luar biasa. Akan tetapi, selama ia masih dalam kandungan bahkan sampai dia baligh, ilmu itu akan aku titipkan padamu.....".

  Singkat cerita, hari berlalu dan tidak ada tanda istimewa yang terlihat dalam perjalanan hidupnya. Anak itu kemudian lahir, kehidupan Masita pun belum merasa ada yang hebat. Hingga suatu hari, di salah satu rumah sakit di Medan, Masita dan anak bayi dalam gendongannya mengunjungi orang sakit.

   Dalam satu ruangan yang dipenuhi pasien, Masita melintasi seorang anak berusia lebih kurang 8 tahun, terbaring dalam keadaan lumpuh. Anak bayinya meronta-ronta dan Masita menatap ke wajah bayinya. Disitu ia merasakan sesuatu keanehan, dia merasa memahami bahasa bayinya!

   Bayi itu seakan berkata padanya "Ibu tolonglah kakak itu, dia sakit". Masita pun seperti terhipnotis dan mendekati anak yang lumpuh tersebut. Tanpa meminta izin kepada orangtuanya, Masita mengusap kaki anak itu sambil merafal sesuatu.

   Muncul keajaiban, sang anak lumpuh itu bangun dari tempat tidurnya sambil berjingkrak girang "Ayaaaaaah, aku bisa berdiri....". Senang luar biasa keluarga itu dan berterima kasih kepada Masita dan bayinya.

   Nama Masita pun mulai disebut dari mulut ke mulut hingga orang datang berduyun-duyun untuk menyelesaikan masalahnya.

   Anak Masita yang diberi nama "Hakiki"(nama samaran) pun mulai tumbuh besar dan berusia 8 tahun. Tapi, Hakiki tumbuh tidak seperti anak seusianya yang lucu, lembut dan suka berteman. 

   Hakiki justru menjadi anak yang suka mengganggu temannya, bahkan tidak jarang anak-anak seusianya dicakar, dipukul dsb hingga meresahkan orangtua lain.

   Kemampuan berbahasa pun tidak muncul, dia belum bisa berbicara. Seringkali, Hakiki terjatuh tiba-tiba dan mengalami pendarahan dibagian kepala hingga mengalami banyak jahitan.

  Masita kasihan sama anaknya, tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa. Beberapa kali dibawa ke orang pintar dan sejenisnya, mereka malah takut dan menolak untuk menangani Hakiki. Sebagian mereka berkata "Ibu punya pendamping yang lebih hebat dari yang saya punya".

  Sang anak pun diobati sekedarnya saja karena untuk mengobatinya perlu biaya lebih banyak. Singkat cerita, Masita berangkat ke Malaysia mengadu nasib demi mendapatkan uang untuk keperluan keluarganya.

   Di Malaysia waktu itu, ada semacam undian berhadiah yang sangat diminati, termasuk para pekerja (TKI / TKW). Masita ikut memasang nomer dan selalu berhasil sehingga teman-temanya bertanya "apa resepnya"?

   Masita pun pasang tariff. Nama Masita pun dikenal dikalangan kelas menengah ke atas untuk menyelesaikan problematika kehidupan mereka. Kehidupan Masita sudah tidak lagi seperti layaknya TKW lain. 

   Dia hanya duduk, duit pun datang. Bahkan ada yang hendak membawa Masita ke Jepang untuk menangani salah satu keluarga warga Malaysia yang sakit disana. Tapi, tiada disangka Masita gagal berangkat karena surat dari suaminya di Medan menyuruh dia pulang karena kondisi Hakiki semakin gawat.

   Pulang ke Medan menjalani kehidupan layaknya ibu-ibu yang bekerja dirumahnya, memasak dan mencuci. Termasuk melayani suami. Sang suami sudah sangat rindu akan curahan kasih sayang dan minta untuk dilayani sebagai suami.

    Apa yang terjadi? Masita menolak melayani suaminya! Setelah menolak permintaan suaminya, dia berpindah ke kemar sebelah. Disana dia didatangi seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul entah dari mana. 

   Dikamar itu, mereka berdua melakukan hubungan suami isteri. Sementara suami dikamar sebelahnya, kesepian.

   Malam itu juga, dia merasa dirinya aneh dan menyesal hingga tidak dapat tidur. Akhirnya, dia menonton tv dan saat itu di TPI ada tayangan ulangan ruqyah.

   Dari awal mendengar bacaan ruqyah, Masita mengalami hal yang tidak wajar. Badan berkeringat, bergetar, mual dan pusing.

   Saat itulah dia bergumam "Ya Allah, pertemukan aku dengann ruqyah di Medan ini...". Besoknya, Masita dan anaknya melintas di depan klinik ruqyah kami dan bertanya hingga kemudian melakukan ruqyah bersama keluarganya.

   Saat diruqyah, reaksinya luar biasa. Sampai lebih kurang 3 kali ruqyah, beliau pun sembuh. Alhamdulillah. Kini beliau meninggalkan dunia perdukunan dan mencari nafkah halal dengan berjualan sarapan pagi di dekat salah satu kampus di Medan.
***
   Ini dukun pertama yang pernah saya tangani. Amalan beliau dalam setiap mengobati pasien adalah membacakan ratusan kali ayat Kursi dengan syarat membawa dua batang rokok .Saat diruqyah, jinnya minta syarat -syarat batang rokok agar dia mau keluar. Tentu kita tolak dan tegaskan "Keluar tanpa syarat !!!!".

Dikutip dari status pribadi Ustadz Musdar Bustamam Tambusai

0 comments:

Post a Comment