Wednesday, June 29, 2016

Akibat Fatwa Yang Tidak Tepat


Kamis, 23 Ramadhan 1437 H - 28 Juni 2016


 Suatu ketika di Timur Tengah seorang Syaikh terkenal menyampaikan ceramah dengan judul "Wagfah ma'a al-Jinn".
 
Ceramah tersebut direkam sehingga mencapai lebih kurang 4 kaset. Dalam ceramahnya, Syaikh tersebut menyerang habis-habisan orang yang berbicara tentang ruqyah.

Dikatakan bahwa beliaulah yang pertama kali menyuarakan perang terhadap isu-isu yang berkaitan dengan jin, terapi al-Qur'an (ruqyah syar'iyyah), buku-buku tentang jin dan ruqyah, sihir dan berkaitan dengannya.

Sontak, fatwa beliau disambut hangat sebagian penuntut ilmu.. Salah satu petikan ceramahnya, begini "Kita harus menyampaikan masalah ini. Karena ini sangat penting agar kita terhindar dari penyakit tersebut.
Yang dimaksud penyakit itu adalah fenomena terapi al-Qur'an yang mana setiap orang bertanggungjawab menghadapi dan menghadangnya, serta menghapuskannya !!!"...

Kemudian ia berkata "Masalah pertama yang harus kita tinggalkan adalah membacakan al-Qur'an untik melawan jin, menulis buku tentang jin, mendengarkan kaset tentang jin, berbicara tentang jin dan masalah lain yang berkaitan dengannya yang banyak menimbulkan kerusakan dikalangan manusia" (Kaset 1 : Menit ke 42-45).

Kemudian ia berkata "Menurut saya, salah satu cara menghilangkan fenomena ini adalah mendiamkannya (tidak membicarakannya). 

Itulah sebabnya mengapa saya tidak mau berbicara tentang masalah-masalah tersebut. Ini merupakan awal pertama saya berbicara tentang masalah itu secara terperinci.

Cara mengatasi masalah ini adalah dengan cara mengabaikannya secara total. Janganlah seseorang menceritakan tema-tema ini kepada orang lain, jangan mendengarkannya, jangan membaca buku-buku tentang itu dan jangan pergi kepada mereka" (Kaset 2 : Menit ke 53)..

Kemudian ia berkata "Saya pesankan kepada saudara-saudara semua agar menuntaskan masalah ini hanya dengan satu cara : Abaikan dan Lupakan" (Kaset 2 : Menit ke 91).

Kemudian ia berkata "Cukup saudara-saudara, hentikan fenomena ini !!. Jangan segala sesuatu disebut sihir, jin, hasad. Apa kita tidak punya masalah lain untuk dibicarakan? 

Saatnya kita tinggalkan tema ini secara total, jangan lagi berbicara tentang itu, tidak boleh ada diantara kita yang meruqyah, kita tidak perlu kaset ruqyah, juga kitab-kitab ruqyah. Jangan dengar tema ini lagi. Inilah cara-cara agar kita tidak terbenam dalam masalah jin, masalah sihir.

Kita tidak perlu memfokuskan diri dalam masalah ini. Kalian punya urusan yang lebih penting, lebih urgen dan lebih bermanfaat" (Kaset 4 : Menit ke 10).

Katanya lagi "Sekarang, kita perlu merealisasikan ini secara tegas. Saudara-saudara yang menjual buku-buku (tentang masalah itu) segera berhenti.

Apalgi - misalnya - membuka stand khusus tentang buku-buku tentang jin, kita hentikan agar tidak semakin marak perdagangan buku tersebut.

Mari kita boikot buku-buku tentang jin, kaset tentang jin, jangan datangi majlis peruqyah, jangan berbicara tentang ruqyah. Tujuannya untuk mematikan topik tersebut" (Kaset 4 : Menit ke 44).

¤¤¤

"Fatwa" Syaikh ini, menjadi pijakan banyak orang ketika berbicara tentang tema jin dan ruqyah. Sepuluh tahun setelah ceramah itu beredar, akibatnya adalah :

a. Sebagian besar peruqyah yang multazim (kepada sunnah) meninggalkan praktik ruqyah ketika muncul banyak syubhat disekitar mereka. 

Tuduhan dan hinaan mereka terima dari orang-orang yang terpengaruh pada "fatwa" Syaikh tersebut. Akhirnya dunia pengobatan diisi orang-orang yang tidak memiliki ilmu syar'i. Umat pun diterjang badai perdukunan dengan munculnya pengobatan dengan mengatasnamakan "terapi qur'ani".

b. Penelitian (penulisan) dibidang ini pun hampir tidak muncul lagi. Akhirnya muncullah penulis-penulis bodoh yang tidak memiliki ilmu syar'i.

(Baca : Ushuul as-Sihr karya Syaikh Sa'ad Sa'id Ahmad Abduh, hal. 365-366, catatan kaki).

*****

Setelah saya baca buku Ushuul as-Sihr, ternyata apa yang pernah saya tulis dalam buku saya Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar'iyyah bahwa fatwa harus melihat situasi dan kondisi masyarakat, ternyata benar.

Padahal saya belum membaca buku ini sebelumnya. Buku Ushuul as-Sihr terbit 2011, sedangkan buku saya terbit 2010.

Ini kata kuncinya : "Mengkhususkan diri menjadi peruqyah disaat dunia perdukunan masih mendominasi adalah sesuatu yang dibolehkan".

"Ternyata di zaman Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam ada orang yang mengkhususkan diri jadi peruqyah". Penasaran ? Tunggu status berikutnya !!!
Ustadz Musdar Bustamam Tambusai

Tuesday, June 28, 2016

Peruqyah Sudah Ada di Zaman Rasul.

Rabu, 24 Raamadhan 1437 H - 29 Juni 2016


 Salah satu argumen orang yang mengharamkan takhassus (memfokuskan) diri dalam terapi ruqyah syar'iyyah adalah tidak adanya contoh dari Nabi Shallahu Alaihi Wassalam dan sahabat beliau bahkan tabi'in pun tidak ada...
 
Untuk menjawabnya, saya mengatakan bahwa fenomena sihir dizaman Nabi dan sahabat sangat minim.

Penduduk Arab sebelumnya tidak mengenal sihir kecuali setelah kaum Yahudi masuk ke Madinah...
Kasus-kasus sihir sangat jarang terjadi dimasa mereka. Jadi, sihir bukan tabiat bangsa Arab Jahiliyah....
Jika sihir merupakan sesuatu yang jarang terjadi, untuk apa sahabat memfokuskan diri menghadapi itu?

Walaupun demikian, saya mengajak kita semua merenungkan satu hadits (tapi cukup terjemahannya saja).

Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam Bersabda (artinya) "Barangsiapa yang mampu memberi manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah !!!" (HR. Muslim, no. 2199).

Hadits itu sudah cukup mengatakan bahwa menjadikan ruqyah syar'iyyah sebagai spesialis atau profesi dibolehkan.

Tentu dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Seorang peruqyah sangat diperlukan dalam kondisi keimanan yang masih lemah dan disana sini masih berkibar panji setan. Tentu alasan ini belum memuaskan bagi mereka yang tidak setuju..

Baiklah, mari kita lihat asbaabul wuruud hadits itu...

Sebagaimana ayat al-Qur'an, sebuah hadits juga punya sebab mengapa diucapkan Nabi Shallahu Alaihi Wassalam.

Diriwayatkan dari Jabir bahwasanya beliau punya paman (dari pihak ibunya) yang punya kebiasaan meruqyah / menjampi (orang yang terkena gigitan) kalajengking. Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi kemudian melarang ruqyah....

Kata Jabir, pamannya datang kepada Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi dan bertanya "Ya Rasulullah, sesungguhnya tuan telah melarang ruqyah. Sementara aku sudah terbiasa meruqyah (korban gigitan) kalajengking Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi mengucapkan hadits diatas sebagai jawabannya. 

Padahal ruqyah yang dipraktikkannya adalah ruqyah jahiliyah tapi bermanfaat bagi orang lain dan tidak menyimpang...

Masih riwayat dari Jabir bahwa ketika Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi melarang ruqyah, datanglah kepada beliau keluarga (Alu) 'Amru ibn Hazm.

Mereka berkata "Ya Rasulullah, kami punya jampi-jampi (ruqyah) untuk mengatasi sengatan kalajengking. Sementara tuan telah melarang ruqyah".

Mereka pun memperlihatkan ruqyahnya. Lalu Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi bersabda "Hal itu tidak apa-apa. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah !!!"...

Dari Jabir ibn Abdullah bahwasanya Rasulullah Nabi Shallahu Alaihi telah membolehkan Bani 'Amru untuk meruqyah gangguan ular....

Pertanyaan lain muncul, mengapa mereka hanya meruqyah gangguan kalajengking dan ular saja ?
Jawabannya adalah karena orang Arab itu tinggal dikampung-kampung yang masih banyak ular dan kalajengkingnya.

Sehingga banyak penduduk yang kena gigit ular dan kala. Maka diperlukan ahli ruqyah untuk gangguan binatang berbisa...

Ada sebuah konklusi dari keterangan diatas, yaitu "Ketika suatu penyakit telah mewabah, maka diperlukan orang-orang yang memfokuskan diri untuk itu".

Analoginya begini : Dulu belum dikenal penyakit-penyakit aneh seperti sekarang, maka kita tidak mengetahui ada ahli penyakit syaraf, ahli penyakit tulang, ahli penyakit jantung dan sebagainya...
Ketika sekarang semua penyakit itu semakin banyak menyerang, maka diperlukan orang-orang yang takhassusdibidang itu...

Memang tidak persis sama antara penyakit medis-fisikis dan non medis seperti sihir dsb, tapi begitulah tabiat pengobatan...

Wallahu a'lam

Ustadz Musdar Bustamam Tambusai

Hukuman dari Allah

Rabu, 24 Ramadhan 1437 H - 29 Juni 2016


 Seorang pemuda bertanya kepada Imam Hasan Al-Basri :
"Aku telah banyak melakukan maksiat,mengapa aku tidak dihukum oleh Allah...?"

Lantas imam Hassan Al Basri bertanya kembali kepada pemuda itu..

."Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?"

."Tidak." ujar pemuda itu..

."Itulah hukuman kamu yang seberat-beratnya.Tiada hukuman yang lebih perih jika Allah telah berpaling darimu.Dia tidak lagi mau "berbicara" dan "mendengar bicara "mu, dibiarkan kamu terlena dan semakin jauh dari-NYA...

."Cukuplah Allah menarik nikmat dan kelazatan tahajjud dalam dirimu itu sebagai hukuman kepadamu"..

Wallahu'alam

Sunday, June 26, 2016

[Konsultasi Online] Sering Batal Shalat Karena Kentut


Senin, 22 Ramadhan 1437 H - 27 Juni 2016



Buang angin saat shalat hingga membatalkan wudhu, merupakan hal yang wajar. Namun, bagaimana jadinya jika terus-menerus dan menyebabkan susah untuk shalat? Simak Konsultasi Online kali ini.

Tanya [T]: Assalamualaikum.. Mohon maaf mengganggu kesibukannya.. betul ini dengan rumah ruqyah indonesia? Saya ingin konsultasi..

Terima kasih

Rumah Ruqyah Indonesia [RRI]: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Dengan siapa ini?

[T] : Saya R (wanita) 26 tahun

[RRI]: Silahkan

[T] : Saya pernah membaca artikel di internet, kalo gangguan jin diantaranya adalah sering diganggu saat sholat, eksim yang tidak kunjung sembuh, dan beberapa hal lain, saya lupa. Apa itu benar?

[RRI]: Iya ada beberapa, kenapa memangnya?

[T] : Saya sering sekali merasakan ingin buang angin saat sholat.  Saya dan ibu saya tepatnya.Saya lebih sering menahan. Ibu saya sering sekali 2-4 kali batal

[RRI]: Setiap mau shalat?

[T] : Apa emosi yang tidak terkontrol juga memandakan saya ada gangguan jin?

[RRI]: Iya mba

[T] : Tidak selalu saat akan sholat. Lebih sering saat shalat Tapi tidak selalu. Tapi menurut saya itu sering sekali

[RRI]: Sejak kapan?

[T] : Saya kesulitan untuk tilawah dalam keadaan berwudhu. Gangguan buang angin ini sejak saya SMP, mungkin sejak umur saya 14 thn. 12 tahun yang lalu (kurleb)

[RRI]: Sekarang usia?

[T] : Saya sering marah-marah pada anak saya, padahal hal sepele, apa saya yang kurang sabar, atau bagaimana ya? Bedanya apa?  26 thn

[RRI]: Suka pusing?

[T] : Dulu waktu SMP sering pusing. Setelah kuliah jarang. Tapi, beberapa hari yang lalu saya sempat merasa pusing sekali sampai beberapa hari, sampai tidak kuat berdiri. Cepat lelah juga.

[RRI]: Suka mimpi buruk?

[T] : Saya sering bermimpi bertemu mantan pacar saya. Pernah juga bermimpi melihat orang lain berhubungan.

[RRI]: Sering? Sejak kapan?

[T] : Beberapa kali.sejak.kapan saya lupa. Saya ingat-ingat dulu. Dulu sekali mungkin pernah. Tapi mulai sering setelah menikah, lebih sering lagi beberapa bulan terakhir

[RRI]: Kapan menikahnya bu?

[T] : Saya takut sebetulnya bercerita. Mohon dirahasiakan. 4 tahun lalu

[RRI]: Jadi, selama 4 tahun ibu bermimpi seperti itu?

[T] : Nggak selalu, kadang-kadang aja

[RRI]: Pundak terasa berat?

[T] : Nggak

[RRI]: Punya amalan khusus?

[T] : Nggak

[RRI]: Pernah belajar tenaga dalam?

[T] : Nggak

[RRI]: Ada keluarga yang bisa menyembuhkan orang?

[T] : Nggak. Dulu kakek dari ayah, punya ilmu. Tapi katanya udah dibuang

[RRI]: Suka berlama-lama di kamar mandi?

[T] : Saya sudah usahakan cepat, tapi kayaknya masih kelamaan. Saya suka nyuci sambil mandi

[RRI]: Suka, maaf mini shirt di rumah?

[T]: Iya.  Gak boleh y?

[RRI]:  Karena berdasarkan mimpi ibu Jika terkait mimpi berhubungan, diperkosa dsb,  ada kaitan dengan perilaku keseharian

Namun gak selalu

[T]: Jadi?

[RRI]: Tilawah lancar?

[T]: Dulu waktu hamil saya sempatkan 1 juz sehari. Setelah melahirkan, mulai longgar, bahkan jarang sekali tilawah. Cenderung berat sekali, selalu ada alasan, wudhu yang ga bisa menjaga, anak, gerah dsb

[RRI]: Maaf, terkait batalnya wudhu, apa benar terasa ada angin keluar? Terasa bau?

[T]: Tidak terasa bau, cuma kadang maaf lubang dubur seperti mengeluarkan angin

[RRI]: Benar terasa, apa dirasa-rasa aja?

[T]: Sering terasa, kadang dirasa-rasa juga, karena khawatir betulan angin yang keluar, saya sering batalkan sholat untuk wudhu lagi

[RRI]: Ibu pernah diruqyah?

[T]: Saya pernah dengarkan murotal ruqyah, terasa pusing (keliyengan) sedikit. Saya merasa kalo itu karena saya sedang banyak pekerjaan saja

[RRI]: Kalo diruqyah langsung?

[T]:  Tapi kalo ruqyah dengan orang lain belum pernah. Belum

[RRI]: Tinggal dimana?

[T]: Di bogor

[RRI]: Mau coba check dengan ruqyah mandiri?

[T]: Iya, saya mau ruqyah mandiri, tapi bagaimana dengan wudhunya?

[RRI]: Gak papa, silahkan ambil wudhu, pakai mukena dan menghadap kiblat

[T]: Maaf memotong, saya pernah dengar, katanya ada hadis yg menyatakan kalau meminta untuk diruqyah, tidak akan masuk surga?

[RRI]: Kabarkan jika sudah, nanti saya pandu

[T]: Sekarang?

[RRI]: Iya, bisa?

[T]: Baik. Saya siap-siap dulu

[RRI]: Ok

[T]: Sudah Ustadz

[RRI]: Silahkan istighfar 10x. Lakukan dengan sungguh-sungguh, bertaubat atas kesalahan selama ini, baik disengaja maupun tidak

[T]: Sudah

[RRI]: Ada yang dirasa?

[T]: Tidak

[RRI]: Baik, hafal alfatihah, ayat kursyi, al ikhlash, al falaq dan annas?

[T]: Kuping berdengung? Tapi saya sering begitu

[RRI]: Gpp, kita lanjut aja. Hafal?

[T]: Saya sambil baca saja, khawatir salah

[RRI]: Silahkan.  Silahkan per ayat/surah, setiap baca perayat atau surah tiup ke tangan dan usap dari ujung kepala ke ujung kaki.

[RRI]: Jangan lupa baca taawudz dan basmalah

[T]: Sudah

[RRI]: Ada terasa sesuatu?

[T]: Tidak

[RRI]: Telinga masih berdenging?

[T]: Berkurang

[RRI]: Alhamdulillah, gak ada lagi selain berdenging?

[T]: Nggak

[RRI]: Alhamdulillah, nanti silahkan coba dicoba lagi bada maghrib

[T]: Tadi berasa ingin buang angin seperti biasanya tapi saya tahan. Baik..

[RRI]: Coba tekan perutnya sembari baca ayat kursyi

[T]: Sudah

[RRI]: Enakkan?

[T]: Iya lebih baik. Lebih hangat

[RRI]: Masih berasa mau buang angin?

[T]: Saat ini nggak

[RRI]: Alhamdulillah, itu namanya was-was. Penyebabnya macam-macam, intinya terbuka pintu masuk syaithon, salah satunya kurang perlindungan

[T]: Alhamdulillah.. was-was itu dari syaitan?

[RRI]: Iya, berdasarkan dari salah satu ayat di surah annas. Makanya kita dianjurkan berlindung kepada Allah dan membuat perlindungan

Breakmaghrib dulu y

[T]: Baik

[RRI]: Lakukan perlindungan dengan:
1. Shalat tepat waktu dan tilawah min 1 juz
2. Jika dirasa buang angin, yakinkan dengan benar-benar terasa angin keluar atau berbau, jika tidak lanjutkan
3. Jangan memakai mini shirt karena banyak mata-mata tak terlihat
4. Jika tak ada sesuatu, jangan berlama-lama di kamar mandi. Kalau pun cuci, jangan bertelanjang bulat
5. Baca doa sebelum melakukan apapun, terutama makan-minum, masuk kamar mandi, buka dan memakai baju
6. Baca al Baqarah sampai selesai dengan niat meruqyah
7. Rutinkan berbekam

[T] : Jadi di dalam rumah juga tidak boleh pakai mini dress begitu? Kalau t-shirt dan celana selutut boleh kah?

Bagaimana dengan pertanyaan sebelumnya: Maaf memotong, saya pernah dengar,katanya ada hadis yang menyatakan kalau meminta untuk diruqyah, tidak akan masuk surga?

[RRI]: Iya, yang penting sopan. Itu terkait tawakal, di kalimat terakhir hadist tsb
Artinya jika meminta diruqyah dan meyakini yang menyembuhkan peruqyah, itu gak boleh. Dan itu maksud dari hadits tsb. Tetapi jika meyakini hanya sebagai sarana dan tetap meyakini Allah sebagai Penyembuh, insya Allah gpp

[T] : Kalau sedang berhubungan pintu harus ditutup?
 
 Oh begitu..

[RRI]: Sebaiknya ditutup, sebagai adab. Dan baca doa berhubungan

[T] : Baik. Kalau ibu saya benar-benar buang angin. Itu bagaimana?
 
[RRI]: Silahkan diajarkan yang ibu pelajari tadi

[T] : Baik Ustadz jazakallah khair.. semoga ilmunya membawa berkah dan cahaya di akhirat nanti...

[RRI]: Aamin, semoga masalahnya terselesaikan

[T] : Aamiiinn

Ingin Konsultasi Online juga? Silahkan lihat caranya disini