Senin, 08 Ramadhan 1437 - 13 Juni 2016
Di sebuah siang yang teduh, saya membaca sebuah tulisan mengenai ruqyah yang menganjurkan kepada khalayak umum, bagi mereka yang terkena sihir, hendaknya membaca ayat tertentu dan berniat mengembalikan sihir tersebut kepada dukun yang mengirimnya.
Jujur saya kaget, karena tulisan ini akan dikonsumsi oleh umum nantinya.
Saya pun membuka beberapa literatur, apakah hal ini diperbolehkan. Baik dari segi boleh atau tidaknya berniat demikian secara Ushul fiqh, atau boleh tidaknya melakukan hal tsb dengan ayat tertentu, secara pengamalan.
Jika kita kembalikan pada kisah saat RASULULLAH disihir oleh orang Yahudi. Beliau menugaskan Ali bin Abi Thalib dan Ammar bin Yasir ke tempat buhul sihir. Dan ternyata NABI tidak mengajarkan kepada kedua Sahabat tsb metode membalikkan sihir kepada penyihirnya.
Kebanyakan kita sekarang terjebak dalam pemahaman sempit dengan dalil, "kan ga ada kesyirikan nya".
Apakah kita lupa bahwa qaidah kedua dalam kitab qaidah-qaidah RUQYAH karangan syekh Sadhan, berbunyi,
" ittiba' wa 'adamul ibtida' "
Mengikuti Sunnah dan menjauhi bid'ah. Berdalil tajribah boleh dalam RUQYAH. Tajribah siapa... Kitab Ushul fiqh blm tamat Kitab fiqh juga ga selesai-selesai. Kok tiba-tibamau tajribah....
Ibarat anak SD yang ga pernah belajar kimia lalu menemukan hasil reaksi senyawa secara tiba-tiba. Apakah tajribah nya bisa di akui....
Kalau hasil tajribah ulama yang mumpuni ilmunya ya tidak apa-apa.
Menurut hemat saya pribadi ( yang tentunya saya harapkan koreksi jika ada kesalahan ). Mengajarkan pasien untuk berniat mengembalikan sihir ke dukun adalah sebuah proses "mencoret" kejernihan hati pasien.
Ini menurut saya. Kenapa...?
Saya ada sebuah kisah, mudah-mudahan kisah ini bermanfaat bagi kita semua.
Dulu waktu masih di Makkah, saya menerima RUQYAH melalui Skype. Dan salah seorang pasien saya, keukeuh mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh mantan pacarnya. Saya nasihati , ibuu siapapun pengirimnya dan pelakunya, kita jangan ada dendam, dan yang penting sembuh yaaa, juga tidak ada bukti konkrit ini di kirim oleh Fulan, bisa saja semuanya talbis iblis.
Pasien pun mengamuk, dan berkata
"oh ga bisaaa ust, dia juga harus merasakan sakit yang saya derita, sihir ini harus balik ke diaaaaaaaaaa..."
Ggrrrrrr ggrrrrrrrr ( ini suara beliau kerasukan lagi dikuasai oleh jin )
Ya Ikhwan...
Inilah maksud saya tadi, jangan kotori kejernihan hati pasien. Rasa dendam dan benci hanya akan membuat sakit semakin parah di dalam hati dan tubuhnya
Binalah hati pasien untuk memahami Imam kepada hari akhir. Nanti semua amalan kita dan orang lain akan di hisab oleh ALLAH. Dan biar lah ALLAH yang membalas keburukan orang lain kepada kita.
Ada yang membenci kita, mengghibah kita, memfitnah kita, mengolok olok kita. Apakah semua itu akan mengurangi iman dan amal kita. Kita punya ALLAH, kita harus beriman kepada hari akhir. Biar ALLAH yang membalasnya nanti. ALLAH yang akan menghisabnya.
Adapun mengenai pendapat ulama dukun harus di hukum mati. Apakah kita sebagai algojonya, apakah kita yang akan menghukumnya?
Saat akan merajam seorang wanita berzina saja, RASULULLAH tidak langsung memberi hukuman. Tapi mengecheck dulu apakah si wanita menderita junun ( gila ) atau tidak. Apa hak dan wewenang kita untuk melakukan hukuman tsb.
Apakah kita mau main hakim sendiri.....dimana adab kita kepada Ulil Amri, proses menghukum dukun juga haruslah dengan prosesnya, tidak sembarangan.
Ustadz ...tapi kan dia jelas-jelas menyihir, dia melakukan sihir.
Ya Ikhwan ....
kita tak ingin berdebat dalam masalah ini. InsyaALLAH di lain kesempatan kita akan membahasnya.
Yang kita bahas saat ini kenapa kamu kotori hati pasien mu...
Tanamkan padanya iman kepada hari akhir. Bahwa ALLAH akan menghisab segala amal hambanya, serahkan urusan pada ALLAH, tenangkan hatinya, manajelah emosinya.
Khadumul Ilmi
Fadhil Al Makky
0 comments:
Post a Comment