Thursday, November 30, 2017

KIAT MEMBENTENGI KELUARGA DARI SIHIR

KIAT MEMBENTENGI KELUARGA DARI SIHIR
SEKILAS TENTANG HAKIKAT SIHIR
Secara etimologis, sihir artinya sesuatu yang tersembunyi dan sangat halus penyebabnya. Sedangkan menurut istilah syariat, Abu Muhammad Al Maqdisi menjelaskan, sihir adalah azimat-azimat, mantra-mantra atau pun buhul-buhul yang bisa memberi pengaruh terhadap hati sekaligus jasad, bisa menyebabkan seseorang menjadi sakit, terbunuh, atau pun memisahkan seorang suami dari istrinya. [1]
Jadi sihir benar-benar ada, memiliki pengaruh dan hakikat yang bisa mencelakakan seseorang dengan taqdir Allah yang bersifat kauni . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَاهُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ
“Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang bisa mereka gunakan untuk menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka (ahli sihir) itu tidak dapat memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah” [Al Baqarah : 102].
Demikian juga firman Allah yang memerintahkan kita berlindung dari kejahatan sihir :
وَ مِنْ شَر ِّ النَّفَّاثاَتِ فْي العُقَدِ
“Dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul”. [Al Falaq : 4].
Seandainya sihir tidak memiliki pengaruh buruk, tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memerintahkan kita agar berlindung darinya.[2]
Sihir juga pernah menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu ketika seorang Yahudi bernama Labid bin Al A’sham menyihir Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aisyah rahimahullah menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُحِرَ حَتَّى كَانَ يَرَى أَنَّهُ يَأْتِي النِّسَاءَ وَلَا يَأْتِيهِنَّ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disihir, sehingga Beliau merasa seolah-olah mendatangi istri-istrinya, padahal tidak melakukannya”.[3]
Berkaitan dengan hadits ini, Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan: “Sihir adalah salah satu jenis penyakit diantara penyakit-penyakit lainnya yang wajar menimpa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti halnya penyakit lain yang tidak diingkari. Dan sihir ini tidak menodai nubuwah Beliau. Adapun keadaan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu, seolah-olah membayangkan melakukan sesuatu, padahal Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukannya. Hal itu tidak mengurangi kejujuran Beliau. Karena dalil dan ijma’ telah menegaskan tentang kema’shuman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sikap tidak jujur. Terpengaruh sihir perkara yang hanya mungkin terjadi pada diri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah duniawi yang bukan merupakan tujuan risalah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diistimewakan lantaran masalah duniawi pula. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia biasa yang bisa tertimpa penyakit seperti halnya manusia. Maka bisa saja terjadi, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhayalkan oleh perkara-perkara dunia yang tidak ada hakikatnya. Kemudian perkara itu (pada akhirnya) menjadi jelas sebagaimana yang terjadi pada diri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.[4]
Sihir memiliki bentuk beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Di antara contohnya adalah tiwalah (sihir yang dilakukan oleh seorang istri untuk mendapatkan cinta suaminya/pelet), namimah (adu domba), al ‘athfu (pengasihan), ash sharfu (menjauhkan hati) dan sebagainya. Sebagian besar sihir ini masuk ke dalam perbuatan kufur dan syirik, kecuali sihir dengan membubuhi racun atau obat-obatan serta namimah, maka ini tidak termasuk syirik.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan: “Sihir termasuk perbuatan syirik ditinjau dari dua sisi.
Pertama : Karena dalam sihir itu terdapat unsur meminta pelayanan dan ketergantungan dari setan serta pendekatan diri kepada mereka melalui sesuatu yang mereka sukai, agar setan-setan itu memberi pelayanan yang diinginkan.
Kedua : Karena di dalam sihir terdapat unsur pengakuan (bahwa si pelaku) mengetahui ilmu ghaib dan penyetaraan diri dengan Allah dalam ilmuNya, dan adanya upaya untuk menempuh segala cara yang bisa menyampaikannya kepada hal tersebut. Ini adalah salah satu cabang dari kesyirikan dan kekufuran”.[5]
Hukum mempelajari dan melakukan sihir adalah haram dan kufur. Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh, sebagaimana yang diriwayatkan dari beberapa orang sahabat [6]. Dan sihir merupakan perbuatan setan. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَاكَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِّنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (dan tidak mengerjakan sihir), tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. [Al Baqarah : 102]
PETUNJUK NABI UNTUK MENANGKAL DAN MENGOBATI SIHIR
Seperti telah dijelaskan oleh para ulama, sihir termasuk jenis penyakit yang bisa menimpa manusia dengan izin Allah Azza wa Jalla . Tidaklah Allah Azza wa Jalla menurunkan satu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obat penawarnya. Dan seorang muslim dilarang berobat dengan sesuatu yang diharamkan Allah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
مَا أنْزَلَ اللهُ دَاءً إلا أنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah akan menurunkan pula obat penawarnya”.[7]
Seorang muslim dilarang pergi ke dukun untuk mengobati sihir dengan sihir yang sejenis. Karena hukum mendatangi dukun dan mempercayai mereka adalah kufur. Apatah lagi sampai meminta mereka untuk melakukan sihir demi mengusir sihir yang menimpanya, ataupun untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh anak dan sanak saudaranya, atau hubungan suami istri dan keluarga, tentang barang yang hilang, percintaan, perselisihan dan sebagainya. Hal itu merupakan perkara ghaib dan hanya Allah Azza wa Jalla saja yang mengetahui. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أتَى كَاهِنًا أوْ سَاحِرًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang sihir, kemudian ia membenarkan (mempercayai) perkataan mereka, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad”.[8]
Para dukun, paranormal, tukang sihir dan peramal itu hanya mengaku-ngaku mengetahui ilmu ghaib berdasarkan kabar yang dibawa setan yang mencuri dengar dari langit. Para dukun itu, tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan kecuali dengan cara berkhidmah, tunduk dan taat serta menyembah tentara iblis tersebut. Ini merupakan perbuatan kufur dan syirik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَن تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ {212} تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ { 222} يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta lagi banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta”. [Asy Syu’ara`: 221-223].
Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh tunduk dan percaya kepada dugaan dan asumsi bahwa cara yang dilakukan para dukun itu sebagai pengobatan, misalnya tulisan-tulisan azimat, rajah-rajah, menuangkan cairan yang telah dibaca mantra-mantra syirik dan sebagainya. Semua itu adalah praktek perdukunan dan penipuan terhadap manusia. Barangsiapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap penolakannya, sungguh ia telah ikut tolong-menolong dalam perbuatan bathil dan kufur.[9]
CARA PENECGAHAN DARI SIHIR YANG DIAJARKAN RASULULLAH[10]
1- Dalam setiap keadaan senantiasa mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan bertawakkal kepadaNya, serta menjauhi perbuatan syirik dengan segala bentuknya. Allah Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {99} إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan setan hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”. [An Nahl : 99-100].
Ketika Menafsirkan ayat di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata : “Sesungguhnya setan tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi (mengalahkan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya semata, yang tidak ada sekutu bagiNya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membela orang-orang mu’min yang bertawakkal kepadaNya dari setiap kejelekan setan, sehingga tidak ada celah sedikitpun bagi setan untuk mencelakakan mereka”[11]. Dan ayat-ayat semisal ini banyak terdapat di dalam Al Qur`an.
2- Melaksanakan setiap kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, dan menjauhi setiap yang dilarang, serta bertaubat dari setiap perbuatan dosa dan kejelekan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu :
يَا غُلاَمُ ! إنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ ، احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ…
“Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu…”[12]
Syaikh Nazhim Muhammad Sulthan menyatakan, makna sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (احْفَظِ اللهَ ) adalah jagalah perintah-perintahNya, larangan-laranganNya, hukum-hukumNya serta hak-hakNya. Caranya, dengan memenuhi apa-apa yang Allah dan RasulNya perintahkan berupa kewajiban-kewajiban, serta menjauhi segala perkara yang dilarang. Sedangkan makna (يَحْفَظْكَ ) ialah, barangsiapa yang menjaga perintah-perintahNya, mengerjakan setiap kewajiban dan menjauhi setiap laranganNya, niscaya Allah k akan menjaganya. Karena balasan suatu amalan, sejenis dengan amal itu sendiri. Penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba meliputi penjagaan terhadap dirinya, anak, keluarga dan hartanya. Juga penjagaan terhadap agama dan imannya dari setiap perkara syubhat yang menyesatkan”.[13]
3. Tidak membiarkan anak-anak berkeliaran saat akan terbenamnya matahari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Jika malam telah masuk -jika kalian berada di sore hari-, maka tahanlah anak-anak kalian. Sesungguhnya setan berkeliaran pada waktu itu. tatkala malam telah datang sejenak, maka lepaskanlah mereka”. [HR Bukhari Muslim].
4- Membersihkan rumah dari salib, patung-patung dan gambar-gambar yang bernyawa serta anjing. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa Malaikat (rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat hal-hal di atas. Demikian juga dibersihkan dari piranti-piranti yang melalaikan, seruling dan musik.
5. Memperbanyak membaca Al Qur`an dan manjadikannya sebagai dzikir harian. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah menjadikan rumah-rumah kalian layaknya kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat Al Baqarah”.[14]
6- Membentengi diri dengan doa-doa dan ta’awudz serta dzikir-dzikir yang disyariatkan, seperti dzikir pagi dan sore, dzikir-dzikir setelah shalat fardhu, dzikir sebelum dan sesudah bangun tidur, do’a ketika masuk dan keluar rumah, do’a ketika naik kendaraan, do’a ketika masuk dan keluar masjid, do’a ketika masuk dan keluar kamar mandi, do’a ketika melihat orang yang mandapat musibah, serta dzikir-dzikir lainnya.
Ibnul Qayyim berkata,”Sesungguhnya sihir para penyihir itu akan bekerja secara sempurna bila mengenai hati yang lemah, jiwa-jiwa yang penuh dengan syahwat yang senanantiasa bergantung kepada hal-hal rendahan. Oleh sebab itu, umumnya sihir banyak mengenai para wanita, anak-anak, orang-orang bodoh, orang-orang pedalaman, dan orang-orang yang lemah dalam berpegang teguh kepada agama, sikap tawakkal dan tauhid, serta orang-orang yang tidak memiliki bagian sama sekali dari dzikir-dzikir Ilahi, doa-doa, dan ta’awwudzaat nabawiyah.” [15]
7. Memakan tujuh butir kurma ‘ajwah setiap pagi hari. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ
“Barangsiapa yang makan tujuh butir kurma ‘ajwah pada setiap pagi, maka racun dan sihir tidak akan mampu membahayakannya pada hari itu”. [16]
Dan yang lebih utama, jika kurma yang kita makan itu berasal dari kota Madinah (yakni di antara dua kampung di kota Madinah), sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim. Syaikh Abdul ’Aziz bin Baz berpendapat, seluruh jenis kurma Madinah memiliki sifat yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Namun beliau juga berpendapat, bahwa perlindungan ini juga diharapkan bagi orang yang memakan tujuh butir kurma, selain kurma Madinah secara mutlak.[17]
TERAPI PENGOBATAN SETELAH TERKENA SIHIR [18]
1. Metode pertama : Mengeluarkan dan menggagalkan sihir tersebut jika diketahui tempatnya dengan cara yang dibolehkan syariat. Ini merupakan metode paling ampuh untuk mengobati orang yang terkena sihir.[19]
2. Metode kedua : Dengan membaca ruqyah-ruqyah yang disyariatkan. Para ulama telah bersepakat bolehnya menggunakan ruqyah sebagai pengobatan apabila memenuhi tiga syarat [20].
Pertama : Hendaknya ruqyah tersebut dengan menggunakan Kalamullah (ayat-ayat Al Qur`an), atau dengan Asmaul Husna atau dengan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, atau dengan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua : Ruqyah tersebut dengan menggunakan bahasa Arab, atau dengan bahasa selain Arab yang difahami maknanya.
Ketiga : Hendaknya orang yang meruqyah dan yang diruqyah meyakini, bahwa ruqyah tersebut tidak mampu menyembuhkan dengan sendirinya, tetapi dengan kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Karena ruqyah hanyalah salah satu sebab di antara sebab-sebab diperolehnya kesembuhan. Dan Allah-lah yang menyembuhkan.
Selain itu, ada hal sangat penting yang juga harus diperhatikan, bahwa ruqyah akan bekerja secara efektif bila orang yang sakit (terkena sihir) dan orang yang mengobati sama-sama memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah Azza wa Jalla, bertawakkal kepadaNya semata, bertakwa dan mentauhidkanNya, serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Al Qur`an adalah penyembuh bagi penyakit dan rahmat bagi orang-orang beriman. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka ruqyah tersebut tidak akan berefek kepada penyakitnya, karena ruqyah itu sendiri merupakan obat mujarab yang diajarkan oleh syari’at. Namun ibarat senjata, setajam apapun ia, jika berada di tangan orang yang tidak lihai menggunakannya, maka senjata itu tidak banyak manfaatnya.[21]
Dikatakan oleh Ibnu At Tiin: “Ruqyah dengan membaca mu’awwidzat atau dengan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan pengobatan rohani, (akan bekerja efektif) bila di baca oleh hambaNya yang shalih; kesembuhan pun akan diperoleh dengan izin Allah Azza wa Jalla “.
Diantara bentuk pengobatan yang termasuk metode kedua ini ialah sebagai berikut:
– Membaca surat Al Fatihah, ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al Baqarah, surat Al Ikhlash, An Naas dan Al Falaq sebanyak tiga kali atau lebih dengan mengangkat tangan, tiupkan ke kedua tangan tersebut seusai membaca ayat-ayat tadi, kemudian usapkan ke bagian tubuh yang sakit dengan tangan kanan.[23]
– Membaca ta’awwudz (doa perlindungan diri) dan ruqyah-ruqyah untuk mengobati sihir, di antaranya sebagai berikut:[24]
a. أسْألُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَّ العَرْشِ العَظِيْمِ أنْ يَشْفِيَكَ
“Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung Pemilik ‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu (dibaca sebanyak tujuh kali)”.[25]
b. Orang yang terkena sihir meletakkan tangannya pada bagian tubuh yang terasa sakit, kemudian membaca: (بِسْمِ الله) sebanyak tiga kali lalu membaca :
أعُوذُ بِالله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ
“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dan aku takuti”. [26]
c. Mengusap bagian tubuh yang sakit sambil membaca doa :
اللهَُّمَ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb Pemelihara manusia, hilangkanlah penyakitku dan sembuhkanlah, Engkau-lah Yang Menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.[27]
d. Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَ عِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahanNya, dari kejahatan hamba-hambaNya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kedatangan mereka kepadaku.
3. Metode ketiga : Mengeluarkan sihir tersebut dengan melakukan pembekaman pada bagian tubuh yang terlihat bekas sihir, jika hal itu memang memungkinkan. Bila tidak memungkinkan, maka ruqyah-ruqyah di atas telah mencukupi untuk mengobati sihir.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan rahasia pembekaman di bagian yang terkena sihir ini. Bahwa sihir itu tersusun dari pengaruh ruh-ruh jahat dan adanya respon kekuatan alami yang lahir dari ruh jahat tersebut. Inilah jenis sihir yang paling kuat, terutama pada bagian tubuh yang menjadi pusat persemayaman sihir tadi. Maka pembekaman pada bagian tersebut merupakan metode pengobatan yang sangat efektif bila dilakukan sesuai dengan cara yang tepat.[29]
4. Metode keempat : Dengan menggunakan obat-obatan alami sebagaimana disebutkan Al Qur’an dan As Sunnah, dengan disertai keyakinan penuh terhadap kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkannya. Di antaranya dengan menggunakan madu, habbahtus sauda` (jinten hitam), air zam-zam, minyak zaitun dan obat-obatan lainnya yang dibenarkan syara’ sebagai obat. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنْ الْكَيِّ
“Pengobatan itu ada dalam tiga hal. (Yaitu): berbekam, minum madu dan pengobatan dengan kay (besi panas). Sedangkan aku melarang umatku menggunakan pengobatan dengan kay”.[30
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ هَذِهِ الْحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا مِنْ السَّامِ قُلْتُ وَمَا السَّامُ قَالَ الْمَوْتُ
“Sesungguhnya habbah sauda’ ini merupakan obat bagi segala jenis penyakit, kecuali as saam”. Aku (‘Aisyah) bertanya,”Apakah as saam itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Kematian.” [31]
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ماَءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zam-zam itu tergantung niat orang yang meminumnya”. [32]
Dari Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كُلُوا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah minyak zaitun dan minyakilah rambut kalian dengannya, karena sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi”.[33]
Demikianlah sekilas pembahasan tentang sihir berikut cara mencegah dan mengobatinya. Selayaknya bagi setiap pribadi muslim, terutama para pemimpin keluarga, untuk mengetahui hal ini dan mengajarkan kepada keluarganya. Agar anggota keluarga mampu membentengi diri dari kejahatan sihir. Selayaknya pula bagi pemimpin keluarga, untuk mengkondisikan keluarganya agar senantiasa taat kepada Allah Sang Pemelihara manusia. Membersihkan rumahnya serta menyingkirkan sejauh-jauhnya dari segala sarana yang mengundang kemaksiatan, seperti musik, majalah-majalah porno, gambar makhluk hidup dan sebagainya. Agar keluarganya mendapat curahan rahmat dan perlindungan dari Allah, terjauhkan dari gangguan iblis dan bala tentaranya. Wallahu waliyyut taufiiq. (Hanin Ummu Abdillah)
Maraji :
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Zaadul Ma’ad, tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth, Mu’assasah Ar Risaalah, Cet. III, Th. 1421H/200M.
2. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani, Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah Wa Yalihi Al ‘Ilaj Bi Ar Ruqaa Min Al Kitab Wa As Sunnah.
3. Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baz, dan takhrij Ali bin Sinan, Darul Fikr, Th. 1412H/1992M.
4. Shahih Al Bukhari bersama Fathul Bari.
5. Shahih Muslim.
6. Sunan Abu Dawud.
7. Jami’ At Tirmidzi.
8. Sunan Ibnu Majah.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baaz, dan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 235.
[2]. Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baaz, dan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 235
[3]. HR Al Bukhari, kitab Ath Thibb, Bab Hal Yastakhriju As Sihr, hadits no. 3175 (mu’allaq), 3268, 5763, 5765, 5766, 6063, 6391, dan Muslim, kitab As Salam, Bab As Sihr, hadits no. 2189.
[4]. Zaadul Ma’ad (4/114), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth.
[5]. Al Qaulus Sadid, hlm. 93-94.
[6]. Lihat penjelasannya dalam Fathul Majid, Bab “Maa Ja`a fi As Sihr”.
[7]. HR Bukhari, kitab Ath Thibb, Bab Maa Anzalallahu Da’an Illa Anzala Lahu Syifa’an, hadits no. 5678.
[8]. Syaikh Ali bin Sinan berkata,”Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazaar (2067, Kasyful Astaar).” Al Mundziri berkata dalam At Targhiib (4/36): “Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazaar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid mauquf”. Sedangkan Al Hafizh berkata dalam Al Fath (10/216): ”Sanad hadits ini jayyid”. Lihat Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi dengan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 356.
[9]. Lihat penjelasannya dalam Risalah Fi Hukmi As Sihr Wal Kahanah, karya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz.
[10]. Zaadul Ma’ad (4/ 114-117), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth; dan Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah Wa Yaliihi Al ‘Ilaj Bi Ar Ruqa Min Al Kitab Wa As Sunnah, karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani, hlm. 85-89.
[11]. Taisir Karimir Rahman (1/1142) dengan ringkas.
[12]. HR Tirmidzi kitab Shifatil Qiyamah, hadits no. 2516.
[13]. Qawaid Wa Fawaid Min Al Arba’in An Nawawiyah, hlm.170-171 dengan ringkas.
[14]. HR Muslim, kitab Shalatil Musafirina Wa Qasriha, Bab Istihbabi Shalatin Nafilati Fi Baitihi Wa Jawaziha Fil Masjid, hadits no. 780.
[15]. Zaadul Ma’ad (4/116), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth.
[16]. HR Bukhari, hadits no. 5445, 5768, 5769, 5779; dan Muslim, hadits no.2047.
[17]. Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 89.
[18]. Ibid, hlm. 90-104.
[19]. Zaadul Ma’ad (4/114), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth.
[20]. Fathul Baari (10/195).
[21]. Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 80-82 dengan ringkas.
[22]. Fathul Baari (10/196).
[23]. HR Bukhari, 5735) -Fathul Baari (9/62) dan (10/208); Muslim, hadits no.2192.
[24]. Lihat secara lebih detail dalam Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 92-101.
[25]. HR Abu Dawud, hadits no. 3106 dan At Tirmidzi, hadits no. 2083.
[26]. HR Muslim, no.2202 (67).
[27]. HR Al Bukhari, no. 5743, 5744, 5750 dan Muslim, no. 2191 (46-49).
[28]. HR Abu Dawud, hadits no. 3893 dan At Tirmidzi, no. 3528
[29]. Zaadul Ma’ad (4/115).
[30]. HR Bukhari, hadits no.5680 dan 5681- Al Fath (10/137).
[31]. HR Bukhari, hadits no. 5687 dan 5688; Muslim, hadits no. 2215.
[32]. HR Ibnu Majah, hadits no. 3062.
[33]. HR At Tirmidzi, hadits no. 1851 dan Ibnu Majah, hadits no. 3319.


Sumber: https://almanhaj.or.id/2695-kiat-membentengi-keluarga-dari-sihir.html

Tuesday, November 28, 2017

Sakitnya Tuh Di Sini..


Seorang laki-laki menghubungi kami lewat telepon, meminta waktu untuk konsultasi dan sekaligus "mengobatkan" istrinya yang sudah enam bulan sakit.Waktu pun di sepakati bahwa ia akan datang ke tempat kami setelah sholat zhuhur.

Tiba waktunya yang telah disepakati, pasien pun tak kunjung datang. "Mungkin ga jadi" pikir kami.Satu jam dari waktu yang disepakati, pasien pun akhirnya datang juga.

"Assalaamu'alaikum, maaf ustadz kami terlambat. Kami baru saja dari luar kota dan langsung ke sini.
Biasa ustadz...namanya juga orang sedang dicoba, ya kita berusaha kemana saja" yang penting bisa sembuh".tutur sang suami.
"Terus.." kami mendengarkannya serius.
"Begini ustadz...istri saya ini sudah enam bulan sakit gigi, sudah kita usahakan ke mana-mana kok ga sembuh-sembuh." sang suami menjelaskan.

"Iya Ustadz, sudah periksa ke beberapa dokter disini hasilnya kok belum sembuh juga. Ini ustadz kalau lagi kumat SAKITNYA TUH DISINI." sambil menunjukan pipi sebelah kiri. Kami perhatikan sepertinya ibu ini sehat seperti tidak ada yang dikeluhkan.

"Sudah bosan saya ke dokter di sini katanya saya TIDAK SAKIT, tapi saya yang merasakan Ustadz.
Untuk saat ini saya rutin periksa ke Semarang disamping kami juga berusaha mendatangi para "kiyai".
Ini tadi kita baru saja pulang dari kiyai (menyebutkan namanya, tapi kami lupa).
Ya.. namanya juga ingin sembuh Ustadz." ibu itu menjelaskan.

"Bapak, ibu..usaha kemana saja boleh, silahkan. Tapi yang penting cara pengobatannya tidak "bertentangan" dengan syari'at Islam. Baik ibu, kami do'akan nanti dengan di bacakan ayat-ayat Al Qur'an dan do'a-do'a dari Rosululloh.Kita serahkan semua kesembuhannya hanya kepada Allah. Sekarang ibu silahkan berwudhu dahulul". pinta kami.

Setelah sang pasien berwudhu, selanjutnya kami bacakan ruqyah syar'iyah.Dari awal hingga pembaacaan usai, pasien tidak terlihat reaksinya sama sekali. Kami pun mengambil air minum untuk dibacakan do'a, dan di berikan kepada ibu tersebut. Alhamdulillaah ibu dan bapak, tadi ibu sudah kami do'akan semoga ibu segera sembuh.Kita lihat nanti perkembangannya tiga hari sampai satu minggu, mudah-mudahan Allah memberikan kesembuhan.

Dua hari berlalu, tiba-tiba sang suami menelpon kami:
"Assalaamu'alaikum Ustadz, kemarin Ustadz bilang untuk dilihat perkembangannya dalam satu minggu ini.
Alhamdulillaah Ustadz, istri saya SUDAH SEMBUH terimakasih Ustadz..terimakasih..." ekspresi kebahagiaan dari bapak tersebut.

Walloohu a'lam. Alhamdulillaah..
Cilacap Ruqyah Centre

Sunday, November 26, 2017

Jangan Buka Sembarang Situs di Internet

AKIBAT SEMBARANG MEMBUKA SITUS INTERNET, SEORANG SUAMI MEMBUNUH DAN MEMAKAN ISTRINYA DISEBABKAN PENGARUH JIN*


Kejadian ini terjadi di Jizan, selatan Saudi Arabia dan di ceritakan oleh Syaikh Khalid Al-Khubsyi. Beliau seorang imam dan khatib di jami' As-Sulaimiyah, di daerah As-Syarafiah, Jeddah. Disamping sebagai imam dan khatib, beliau juga salah satu terapis ruqyah syar'iyah di Saudi Arabia.

Dalam tulisan ini saya juga menyertakan video beliau yang menceritakan kejadian mengerikan ini dan saya terjemahkan dengan cara bebas namun tidak keluar dari maksud yang disampaikan oleh beliau حفظه الله .
Saya berharap kisah ini bisa kita jadikan pelajaran dan berharap semoga الله عزوجل memelihara kita dan semua keluarga kita dari setan yang terkutuk. Aamiiiin. Adapun kisahnya sbb :

"Syaikh berkata: "Pada suatu hari saya berada di Jizan, selatan Saudi Arabia untuk menyampaikan ceramah yang saya beri judul "Bahaya sihir dan sebab-sebab terjadinya dan pencegahannya".

Hari itu malam kamis dan setelah selesai ceramah tersebut, seorang ikhwan meminta saya untuk menyampaikan khutbah jumat di masjid yang ada di penjara.

Saya pun menyanggupi permintaan ikhwan tersebut. Setelah jumat yang ditentukan, saya pun pergi ke masjid tersebut dan menyampaikan khutbah jumat sebagaimana yang diminta. Setelah shalat jumat, saya diminta untuk menyediakan waktu untuk bertemu dengan seorang narapida yang akan dihukum qishas dengan sebab membunuh dan memakan istrinya.Mendengar ini, saya terkejut dan merasa heran. Baru kali ini saya mendengar ada orang yang memakan manusia.Saya pun setuju untuk menemuinya. Saya pun dibawa ke ruangan narapidana ini.

Tidak lama menunggu, dia pun dibawa ke hadapan saya. Saya hampir tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Pemuda ini berumur sekitar 27 tahun. Wajahnya kelihatan agamis, tidak seperti seorang penjahat. Dia pendiam dan sopan. Saya bertanya padanya: "Apa yang menyebabkan kamu berada di sini?" Dia pun mulai mengisahkan sebab yang membawanya ke penjara ini...

Pada suatu malam, saya sedang duduk bersama istri saya. Kami bercengkrama dengan bahagia. Kami merasa kamilah satu-satunya pasangan yang paling berbahagia di dunia ini. Kami begitu romantis dan saling mengucapkan kata-kata yang indah.

Karena keesokan harinya kami harus bekerja, istri saya pun meminta tidur agar tidak bangun terlambat. Saya bilang nanti saja tidurnya, kita ngomong-ngomong dulu sebentar lagi. Dia setuju.Tiba-tiba, saya seolah-olah merasa sedang bermimpi. Saya mendekati istri saya dan memegang wajahnya, lalu saya gigit dengan kuat hingga gigi saya tertancap dengan kuat pada daging pipinya dan saya tarik hingga dagingnya terlepas. Kemudian saya sibakkan rambutnya dan membelah kepalanya. Jeritan dan berontakannya tidak ada gunanya. Tenaga saya begitu kuat. Istri saya pun jatuh bersimbah darah dan menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal. Saya memandang jasadnya, namun merasa tenang dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan cipratan darah yang membasahi saya.

Setelah bersih, saya pun berwudhu dan shalat. Saya kembali ke jasad istri saya yang sudah kaku dan memandangnya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Saya cepat-cepat menghubungi ke-dua orangtua istri dan menjelaskan kejadian tersebut. Mereka berdua tidak percaya. Bagaimana mungkin saya yang pendiam, rajin shalat bisa melakukan hal mengerikan tersebut. Merekapun datang dan juga polisi datang dan langsung menangkap saya.

Saya bertanya lagi padanya: "Apa sebelumnya kamu pernah terkena sihir, atau pernah kerasukan jin? "Dia menjawab: "Tidak pernah syaikh". Kemudian saya bertanya tentang hal yang sering menjadi penekanan saya dan tidak pernah terlupakan dalam masalah di antara sebab-sebab masuknya setan ke dalam tubuh manusia yaitu melalui internet. "Apa sebelum kejadian kamu browsing internet? Apa kamu browsing situs-situs porno? Atau situs-situs mengenai penyembah setan? "Dia pun menjawab: "Iya Syaikh.

Dua hari sebelum kejadian, saya browsing situs-situs penyembah setan dan membacanya. Di saat itu saya merasakan ada yang masuk lewat telapak kaki kiri saya terus ke betis, paha, lalu naik ke atas, dan berhenti di dekat jantung saya. Mulai saat itu, saya menjadi berubah. Saya menjadi pelupa, dan merasakan ada yang berjalan di dalam tubuh saya.

"Syaikh berkesimpulan bahwa inilah penyebab dari kejadian mengerikan di atas. Saya sarankan dan sangat menekankan kepada semua agar kejadian di atas tidak terulang, untuk tidak melakukan hal-hal berikut :- Jangan browsing situs-situs porno.- Jangan browsing situs-situs penyembah setan, dan- Situs-situs yang mengajarkan tentang sihir.Terakhir jangan lupa untuk selalu membentengi diri dengan ketaqwaan dan dengan zikir-zikir pagi dan petang agar Allah Ta'ala tetap menjaga kita dari kejahatan setan terkutuk. Lebih kurangnya mohon maaf. Semoga bermanfaat. Aamiiiin...

*Salahudin Sunan Al-sasaki (Abu Rayyan)

Sumber :http://www.youtube.com/watch?v=rXfNLMxvUTM

Saturday, November 25, 2017

BAYI 9 BULAN DI KANDUNGAN HILANG TIBA2 DAN SETELAH DI RUQYAH KEMBALI LAGI KEKANDUNGANNYA.. ALLAHU AKBAR

BAYI 9 BULAN DI KANDUNGAN HILANG TIBA2 DAN SETELAH DI RUQYAH KEMBALI LAGI KEKANDUNGANNYA.. ALLAHU AKBAR
oleh : muhammad hafidz
Pelatihan ruqyah di daerah bogor sungguh sangat dahsyat , baru mulai saja peseta banyak yang menjadi macan dan mengeluarkan silat2nya , semua jin kanuragan bertekuk lutut tak berdaya menghadapi ayat2 Allah yang maha sempurna lagi maha perkasa, dakwah tauhid menggelegar dengan teriakan Allahu akbar, disertai dengan penyerahan jimat oleh peserta pelatihan ruqyah.
Disamping itu ada juga kebesaran Allah subhana wata'ala dan dahsyatnya pertolongan Allah ta'ala yaitu setelah pelatihan ruqyah selesai ada seorang wanita mendatangi kami dan beliau bercerita bahwasanya anaknya yang berada di kandungan sudah berumur 9 bulan hilang tiba-tiba, Beliau juga bercerita bahwasanya Kejadian ini adalah kejadian kedua yang beliau alami , yang pertama adalah waktu umur 4 bulan bayinya hilang, dan saat ini bayinya yang berumur 9 bulan hilang kembali, kejadian hilangnya sudah sekitar 2 bulan lalu, dan waktu itu sehari sebelum bayi itu hilang beliau mengadakan USG dan saat di usg tersebut bayinya masih ada, Kemudian keesokan harinya ketika bangun tidur bayinya hilang, dan tiba-tiba air susunya juga hilang tiba2.

dalam proses Ruqyah ini kami sempat bertanya kepada Ibu tersebut Apakah diantara anggota keluarganya ada seperti itu , beliau menjawab bahwasannya diantara keluarga dia tidak ada , tetapi ada di antara anggota keluarga suami ada yang kaya raya, setelah analisa selesai kami tanyakan perihal celah2 syaiton yang membuat bayi tersebut bisa di ambil
kami menanyakan perihal hubungan dengan orang tua nya , apakah ada masalah? kmudian dia menjawab tidak ada , apakah ada kesal dengan orang tua , lalu beliau mengiyakan dan beliau pun jarang shalat, alhamdulillah setelah dapat celah syaitonnya lalu kami eksekusi beliau.
ruqyah pertama sewaktu sebelum ashar beliau melihat bayinya berada di depan diri nya , di luar kandungannya, setelah itu beliau menangis, lalu tidak lama berkumandanglah adzan ashar , ruqyah kami hentikan.
setelah ashar kami kembali meruqyah beliau , saat di bacakan ayat2 alquran beliau muntah2 , dan kami panggil indentitas jinnya , hai jin yang menyembunyikan bayi nya keluar , setelah itu beliau muntah2 , dan setelah itu beliau merasakan perut nya sakit
lalu kami tanyakan
apa yang ibu rasakan ? ibu itu menjawab perut saya sakit , kami tanya lagi sakitnya seperti apa ? ibu itu menjawab seperti ada yg masuk lagi kedalam perut nya, di benak kami masyaa Allah ini tanda2 kebesaran Allah , kemungkinan bayinya kembali masuk kedalam kandungan sang ibu , setelah itu kami bacakan ayat2 kursi terus menerus dan kami meminta teman2 yang menonton untuk ikut membaca ayat kursi dengan mengharapkan pertolongan Allah.
wajah sang ibu pun berubah kesakitan , saat kami membacakan ayat kursi terus menerus , setelah sakitnya hilang , kami tanyakan lagi kepada ibu itu , apakah ibu sudah merasa masuk semuanya ? ibu itu berkata iya , sudah seperti masuk semua nya
selanjutnya kami tanyakan perut nya ada yang gerak2 tidak bu , sang ibu berkata saya tidak merasakan gerakan apapun , kami berfikir pasti ada dosa lain , akkhirnya kami minta beliau taubat atas dosanya yang jarang sholat sambil terus memegang perut nya , dan kami terus bacakan ayat2 ruqyah sambil meniup perut beliau
LALU terjadilah KEAJAIBAN sang ibu langsung merasakan kembali ada pergerakan dalam perutnya ALLAHU AKBAR, dan setelah itu kami hentikan ruqyah , dan teman2 yang melihat ruqyah tersebut melihat perut beliau yang tadinya kempes mulai kembali agak membesar , dan team akhwat pelatihan ruqyah KCRT ( komunitas cinta ruqyah tangerang ) mengechek beliau dengan memegang perut nya dan membenarkan bahwasannya perut sang ibu kembali keras , seperti orang hamil .. ALLAHU AKBAR
setelah itu kami meminta beliau dan suami sujud syukur atas pertolongan Allah ta'ala , beberapa hari setelah itu kami meminta tim kami mengecheck beliau dan menginformasikan bahwa ibu itu masih merasa ada bayi dalam perut nya Allahu akbar
sungguh besar pertolongan Allah ta'ala dalam pelatihan ruqyah tersebut , untuk teman2 yang ingin mensyiarkan dakwah tauhid dan ruqyah syar'iyah ini silahkan hubungi kami di 08984754048 / 085717292643 , muhammad hafidz
untuk teman2 yang kandungannya hilang insyaa Allah bisa datang ketempat kami untuk kami bantu

Wednesday, November 22, 2017

Mengapa Setan Bersembunyi di Hidung Manusia?


“Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidur,” sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “hendaklah berwudhu dan menghirup air dengan hidung, lalu mengeluarkannya lagi, sebanyak tiga kali.” Pungkas Nabi dalam sabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ini, “Sebab setan bersembunyi di hidungnya.”

Lalu, timbullah pertanyaan, mengapa setan memilih bersembunyi di hidung ketika seseorang tidur?

Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi menjelaskan, sebagian ulama berpendapat bahwa hidung sangat jauh dari nilai ibadah, sangat berbeda dengan mata, telinga, atau mulut seorang hamba yang bisa dijadikan sarana sangat efektif untuk senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala.

Mata, misalnya, menjadi pintu untuk melihat penciptaan langit, bumi, dan semesta raya. Dengan menghayati beragam jenis ciptaan Allah Ta’ala, maka iman dan takwa seseorang bisa semakin bertambah dan berkualitas. Tutur Syeikh Ibnu Muflih,

“Mata merupakan pintu untuk mengambil pelajaran dan pemahaman. Sementara pemahaman merupakan pintu untuk berpikir.”

Dari berpikir itulah, seorang hamba akan tergerak untuk senantiasa bersyukur, kemudian memanfaatkan waktunya untuk selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu.” (al-Baqarah [2]: 152)

Semakin banyak memikirkan alam semesta, maka seorang hamba akan semakin kerap mengingat Allah Ta’ala dalam berdiri, duduk, dan berbaringnya.

Dan senantiasa ingat kepada Allah Ta’ala ini bisa mengantarkan seorang hamba menuju golongan orang yang beruntung.

“Dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Qs. al-Anfal [8]: 45)

Telinga pun demikian. Ia menjadi sarana efektif untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Baik dengan mendengarkan pembacaan ayat suci al-Qur’an, mendengarkan banyak suara hewan dan fenomena alam untuk meningkatkan iman, atau pun beragam jenis kajian di banyak forum yang bisa menjadi jalan efektif untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

“Yang paling mendengarkan, lalu mengikuti yang paling baik di antaranya.” (Qs. az-Zumar [39]: 18)

Telinga juga bisa menjadi sarana efektif untuk senantiasa mendengarkan lantunan nama-nama dan klaimat-kalimat Allah Ta’ala yang senantiasa disenandungkan dalam dzikir-dzikir di banyak kesempatan.

Sedangkan hidung, simpul Syeikh Ibnu Muflih menutup penjelasannya, “Sama sekali tidak memiliki fungsi-fungsi itu.” Wallahu'alam.

SUDAHKAH ANDA BERBEKAM

OLEH. USTADZ AGUNG AL-MUMTAZY

Pembaca yang budiman,

Kita telah sama-sama mengetahui bahwa khasiat dan manfaat hijamah ( berbekam ) itu sangat agung baik di masa yang lalu, sekarang dan untuk masa yang akan datang. Mungkin telah ribuan bahkan jutaan kasus berbagai penyakit yang telah sembuh hanya dengan merutinkan terapi hijamah / bekamini. Mulai dari stroke, kanker, hipertensi, insomnia, vertigo, asamurat, kolesterol, gatal-gatal, dan lain-lain, semua bisa sembuh dengan terapi mukjizat ini. Dan uniknya lagi, terapi bekam ini telah diakui dan dipraktekan oleh seluruh para terapisnya di semua belahan dunia, baik muslim maupun non muslim.
Ketika kita telah merasakan nikmatnya melakukan terapi ini, kemudian timbul pertanyaan, “Kapan lagi saya harus dibekamya?” atau “Sebaiknya berapa lama lagi saya harus dibekam?” maka kami jawab, bahwa waktu yang terbaik untuk merutinkan berbekam adalah jarak antara satu hingga tiga bulan sekali, ini untuk pasien yang normal. Sedang untuk pasien dengan penyakit yang sudah agak kronis, maka kami sarankan untuk rutin berbekam dalam jarak waktu dua pecan sekali atau dalam sebulan hendaknya melakukan dua kali terapi bekam.

Sedangkan untuk tanggal dan hari terbaiknya bisa kita simak dari hadits-hadits berikut ini :
Dari Anas, bahwa Rasulullah SAW biasa berbekam pada akhda ‘ain dan tengkuk. Beliau berbekam pada tanggal 17, 19 dan 21 hijriyah (HR. Tirmidzi 51/Hasan)

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa berbekam pada tanggal 17, 19, 21 H maka itu akan menyembuhkan semua penyakit.” (HR. Abu Daud 3861/Hasan)

Ibnu Qayyim berkata, “Semua hadit sini sesuai dengan kesepakatan para tabib bahwa berbekam pada paruh kedua suatu bulan hingga pecan ketiga dari setiap bulan, lebih bermanfaat dari pada berbekam pada awal bulan atau akhir bulan. Namun, bila karena suatu kebutuhan pengobatan dengan cara ini harus digunakan, maka kapan saja itu dilakukan, maka tetap bermanfaat meski di awal bulan maupun di akhir bulan.”

Pembaca yang budiman,

Waspadalah terhadap omongan dan bisikan orang di luarsana yang kurang paham khasiat dan manfaat berbekam, terkadang kami pun mendengar pasien bekam yang melaporkan demikian, “Hati-hati jangan keseringan dibekam nanti bisa-bisa kecanduan lagi.” Maka melalui tulisan ini kami akan beri penjelasan yang cukup masuk akal in sya Allah. Jadi begini, tubuh manusia ketika pertama kali dibekam maka ia akan beradaptasi alias menyesuaikan diri terhadap terapi bekam tersebut. Biasanya efek ketika dibekam pertama kali maka darah dan toxin yang keluar cukup banyak bahkan mengental dan terlihat agak hitam pekat. Dan setelah itu pun badan terasa enteng dan ringan karena racun yang telah lama menumpuk sudah bisa dikeluarkan dengan berbekam. Nah, ketika bulan berikutnya dan bulan berikutnya tubuh kita sebenarnya hanya member sinyal dan bukan tanda kecanduan, dia memberi sinyal untuk dilakukan pembekaman lagi. Biasanya sinyal tersebut sangat terasa ketika tubuh mulai berat, makin pegal-pegal dan stamina mudah loyo. Persis seperti perut kita, yang ketika sudah penuh itu usus besarnya terisi dengan sisa-sisa makanan maka otomatis kita merasa ( kebelet ) untuk segera menunaikan ‘hajat’ di kamar mandi / WC terdekat.

Maka kesimpulan dari tulisan singkat ini, RUTINKANLAH BERBEKAM 1-3 BULAN SEKALI AGAR TUBUH KITA SENANTIASA SEHAT DAN JAUH DARI RACUN SERTA TOXIN YANG MENGGANGGU KESEHATAN.Wallahua’lam.

By. GRIYA BEKAM DAN RUQYAH MAJALAH GHOIB JL. PERCETAKAN NEGARA 7 NO 31 RT 012 RW 04 RAWASARI JAKARTA PUSAT HP : 0812 8281 1254, 0815 11311 554 WA / SMS / TPL AKTIF 24 JAM

Tuesday, November 21, 2017

Inilah Bahasa Do'a Terbaik

Marilah Berdo’a dengan Bahasa Terbaik
Ust. Hasan Bishri, Lc. (Konsultan Ruqyah Syar’iyah Indonesia 0815 816 7874)

Muqoddimah
Bismillah wal Hamdulillah. Suatu saat penulis mendengar dari seseorang ungkapan berikut: “Heran dan teramat mengherankan, mengapa doa itu disampaikan dengan bahasa Arab? Allah itu Maha Pandai, Maha Memahami, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan Maha Berkemampuan Memahami maksud hamba-Nya. Artinya, Allah mampu memahami maksud hamba-Nya meskipun dengan bahasa selain Bahasa Arab.
Maka, alangkah baiknya jika
doa itu disampaikan dengan bahasa lokal dan atau bahasa nasional. Pendengar perlu memahami isi doa agar pendengar dapat menjiwai permohonan yang disampaikan kepada Allah SWT. Dengan memahami isinya, suasana pun akan berjalan khusu’ dan hikmat dalam keheningan menikmati permintaan kepada Allah. Hendaknya doa tidak disampaikan dengan bahasa asing yang sulit dipahami pendengar. Jika pendengar tidak mengetahui maksud atau isi doa, biasanya mereka justru akan membuat ulah atau gaduh.”
Mungkin ungkapan di atas juga pernah Anda dengar, atau itu merupakan prinsip berdo’a yang ada di pikiran Anda. Memang, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dengan bahasa apapun kita berdo’a dan memohon kepada-Nya, jangankan dengan ungkapan kata-kata, do’a dalam hati-pun Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengarnya.
Kalau setiap orang diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri dalam beribadah kepada Allah, niscaya agama ini akan carut-marut dan syari’at akan kacau. Tidak ada aturan yang baku dan pakem yang jelas dalam beragama. Padahal fungsi agama adalah untuk membimbing kita dengan ajaran-ajarannya agar bisa beribadah kepada Allah dengan benar, agar tercapai kebahagiaan yang kita cari, yaitu dunia dan akhirat. Tidak hanya itu, Allah juga mengutus seorang Rasul untuk memberikan contoh nyata (teladan konkrit) guna menerjemahkan ajaran secara aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Kenapa Harus Bahasa Arab
Dari sekian banyak bahasa di dunia ini, Allah telah memilih bahasa Arab sebagai bahasa wahyu dan bahasa syari’at untuk Nabi dan Rasul terbaik-Nya, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Itu bukan kebetulan karena Rasulullah orang Arab dan juga tidak ada hikmah khusus atau keistimewaan tersendiri. Ketentuan Allah pasti sarat hikmah dan sangat istimewa, meskipun terkadang kita tidak tau keistimewaannya karena keterbatasan ilmu kita.
Simaklah firman Allah ta’ala berikut, “Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur'an dengan berbahasa arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2). Memahami bahasa Arab itu perintah Allah, agar kita bisa memahami al-Qur’an. Kalau kita mengaku cinta pada al-Qur'an, maka kita akan berusaha keras untuk bisa memahami apa maunya al-Qur'an. Dan tidak ada cara yang tepat untuk mewujudkan hal itu, kecuali dengan mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur'an. Kalaupun kita tidak bisa memahami bahasa Arab secara keseluruhan, kita harus memahami ungkapan berbahasa Arab yang berkaitan dengan ibadah kita sehari-hari, termasuk makna dari rangkaian do’a-do’a yang kita baca.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fashih, paling jelas, paling luas, paling lengkap untuk menjangkau setiap ungkapan yang dibutuhkan jiwa manusia. Maka dari itu kitab yang paling mulia (al-Qur'an) diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diberikan kepada Rasul yang paling mulia (Muhammad), dengan perantara malikat yang paling mulia (Jibril), di tempat yang paling mulia (Makkah dan Madinah), proses penurunannya dimulai pada bulan yang paling mulia (Ramadhan). Sehingga al-Qur'an menjadi sempurna jika ditinjau dari berbagi sisi." (Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir: 2/ 565).

Penegasan Para Ulama’
Dalam Kitab Tafsirnya, Imam al-Qurthubi rahimahulloh berkata, “Seyogyanya seseorang menggunakan do’a-do’a yang tercantum dalam al-Qur’an dan berbagai hadits yang shahih (valid), serta meninggalkan berbagai do’a yang tidak bersumber dari keduanya. Janganlah ia mengatakan, “Saya telah memilih do’a sendiri (untuk diriku)”, karena Allah ta’ala telah memilihkan dan mengajarkan berbagai do’a kepada nabi dan para rasul-Nya (dalam al-Qur’an dan sunnah nabi-Nya)”. (Kitab al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an: 4/ 226).
Imam al-Qadhi ‘Iyadh rahimahulloh berkata, “Allah menyuruh kita untuk memohon (berdo’a) kepada-Nya, dan Dia telah memberitahukan (berbagai macam) do’a di dalam kitab-Nya kepada makhluk-Nya. Begitu pula dengan nabi, beliau telah mengajar umatnya berbagai bentuk do’a. Do’a-do’a tersebut mengandung tiga hal, yaitu ilmu tauhid, ilmubahasa, dan nasihat kepada umat ini. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berpaling dari do’a yang diajarkan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Sangat disayangkan saat ini), syetan telah memperdaya manusia dari kedudukan yang agung ini, dia mendatangkan orang-orang jahat yang merekayasa berbagai do’a buatan untuk mereka, sehingga mereka sibuk melafazhkan dan melantunkan do’a tersebut dan tidak mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Kitab al-Futuhatur Rabbaniyah:1/ 17).

Kritik dan Nasihat Untuk Kita
Apa yang disampaikan oleh kedua ulama’ di atas merupakan nasihat dan kritik pedas bagi kita semua yang selama ini tidak begitu perhatian dengan bahasa wahyu, bahasa Arab. Sehingga kita lebih suka memakai bahasa lain dalam berdo’a daripada bahasa yang Allah pilihkan, karena kita tidak paham bahasa Arab. Akhirnya kita tinggalkan do’a dari al-Qur’an dan dari Hadits Rasulullah, lalu kita beralih ke do’a rangkaian sendiri. Kita lupakan rangkaian do’a yang Allah ajarkan dan yang Rasulullah contohkan.
Kedua ulama’ tersebut menasihati kita sebagai kaum muslimin untuk menggunakan berbagai do’a yang bertebaran di dalam al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, karena berbagai do’a yang tercantum di dalam dua sumber tersebut merupakan wahyu yang nihil dari kesalahan, dan rangkaian kalimat yang telah Allah pilih sebagai bahasa kita untuk berkomunikasi dan bermunajat kepada-Nya.
Perkataan kedua ulama’ tersebut juga merupakan kritik pedas bagi kita yang terkadang lebih mengedepankan do’a-do’a buatan yang tidak bersumber dari wahyu (al-Qur’an dan Hadits). Dalam meminta kebaikan kepada-Nya, atau memohon agar dihindarkan dari keburukan, kita lebih memprioritaskan penggunaan rangkaian do’a yang diperoleh dari guru-guru spiritual, lalu mengesampingkan do’a-do’a yang besumber dari al-Qur’an dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saran Ibnu Taimiyah rahimahullah
Dalam sebuah kitab, Imam Ibnu Taimiyah rahimahulloh juga menegaskan, “Manusia seharusnya berdo’a dengan do’a-do’a yang diajarkan Syari’at, yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits Rasul, karena tidak disangsikan lagi akan keutamaan dan kebaikannya. Sungguh itulah jalan yang lurus, jalan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiiqiin, syuhada, dan shalihin, dan mereka itulah sebaik-baik teman.” (Kitab al-Futuhatur Robbaniyah: 1/ 17).
Di Kitab yang lain, dia menambahkan,Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk ibadah yang utama, dan ibadah terbangun di atas pondasi Tauqif (yang telah dibakukan syari’at) dan Ittiba’ (mengikuti ketentuan syari’at), bukan mengikuti keinginan pribadi dan Ibtida’ (berinovasi).
Dengan demikian berbagai do’a dan dzikir yang dituntunkan oleh Nabi merupakan kalimat yang terbaik. Orang yang mengikuti tuntunan Nabi dalam berdo’a dan berdzikir berada di atas jalan keamanan dan keselamatan. Berbagai faedah yang terkandung di dalamnya tidak dapat diungkapkan oleh lisan dan tidak dapat diketahui oleh manusia. Adapun berbagai dzikir selain yang dituntunkan Nabi terkadang berstatus haram, makruh atau bahkan berstatus syirik. Naifnya lagi, betapa banyak orang yang tidak memperoleh petunjuk (tidak sadar) dalam hal ini.” (Kitab Majmu’atul Fatawa: 1/ 346).
Bagaimana mungkin seorang muslim meninggalkan berbagai keutamaan dan kebaikan yang telah nyata terdapat dalam do’a-do’a yang tercantum dalam al-Qur’an, lalu ia lebih mengutamakan untuk berdo’a kepada Dzat yang mengajarkan do’a-do’a tersebut dengan rangkaian do’a buatan sendiri, atau yang dibuat-buat oleh guru spititualnya, kyai, ustadz, dan makhluk-makhluk lainnya? Padahal rangkaian do’a tersebut belum tentu disukai Allah, dan belum jelas keutamaan dan khasiat yang terkandung di dalamnya.

Rasulullah Melakukan Koreksi
Dalam sebuah riwayat yang shahih diceritakan bahwa Rasulullah mengoreksi do’a salah seorang shahabatnya, karena do’a tersebut adalah hasil dari inofasinya dan rangkaian kalimat yang dibuat sendiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang yang sakit mendadak sehingga badannya pun melemah. Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Apakah engkau berdo’a atau meminta dengan lafadz do’a tertentu?”
Pria tersebut menjawab, “Benar, saya memanjatkan do’a dengan lafadz berikut: “Wahai Allah, segala adzab yang Engkau sediakan untukku di akhirat, segerakanlah di dunia ini.” Nabi pun berkata, “Subhanallah, engkau tidak akan mampu memikulnya, mengapa engkau tidak mengucapkan, “Wahai Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.” Anas radhiyallohu’anh berkata, “Pria itu berdo’a dengan do’a tersebut dan Allah pun memberi kesembuhan kepadanya.(HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengajarkan seorang shabatnya rangkaian do’a, padahal shahabat tersebut asli orang Arab yang tentunya sangat fashih berbahasa Arab, dan pastinya sangat mahir untuk merangkai kalimat do’a sendiri sesuai dengan seleranya. Shahabat tersebut bernama al-Barro’ bin ‘Azib: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu,menghadapkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus.” (HR. Muslim, no. 2710).
Yang menarik untuk kita perhatikan adalah sikap Rasulullah. Yaitu saat al-Barro’ berusaha menghafal do’a yang telah diajarkan Rasulullah, ada kekeliruan sedikit. Karena al-Barro’ mengganti kalimat “Nabiyyika” dengan “Rosulika”. Beliau langsung mengoreksinya, dan mengajarkan kalimat yang pas seperti yang telah didektekan.
Sehingga Imam Ibnu Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullahtertarik untuk mengulas peristiwa tersebut. Dia berkata, “Hikmah yang paling utama dari tindakan penolakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat yang mengucapkan lafadz “Rosul” sebagai ganti lafadz “Nabi”, karena lafazh-lafazh dzikir adalah Tauqifiyah (dibakukan syari’at), dan lafazh itu memiliki berbagai kekhususan dan rahasia yang tidak bisa diketahui oleh akal, sehingga wajib menggunakan lafadz do’a yang disyari’atkan (terdapat dalam al-Quran dan Sunnah).” (Kitab Fathul Bari: 11/ 112).
Abdullah bin Mughaffal radhiyallohu’anh juga pernah mengoreksi anaknya saat berdo’a seraya menasihatnya,“Wahai anakku, cukuplah engkau meminta surga kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya dari api neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdo’a”.(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Perhatikan koreksi Abdullah bin Mughaffal radhiallahu ‘anhu terhadap do’a yang dipanjatkan anaknya, yang merupakan hasil rekayasa sang anak. Hal ini menunjukkan pada kita, do’a yang tidak bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah rentan keliru dan salah.

Khotimah
Akhirnya, mari kita renungkan kritik soisial yang disampaikan oleh seorang ulama’ yang bernama Syekh Abdurrazzaq hafizhahullah: “Siapa yang merenungkan realitas sebagian kaum muslimin saat ini, terlebih mereka yang berafiliasi kepada sebagian Thoriqot Sufi, akan menjumpai bahwa mereka sibuk mengerjakan berbagai macam dzikir dan do’a hasil inovasi manusia, yang diada-adakan (hasil racikan sendiri). Mereka pun membacanya siang dan malam, sepanjang pagi dan petang.
Sehingga mereka meninggalkan (do’a-do’a) yang terdapat dalam al-Qur’an, berpaling dari berbagai do’a yang berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap Thoriqot memiliki wirid-wirid khusus yang dibaca dengan metode tertentu, sehingga setiap thoriqot Sufi memiliki kumpulan wirid dan hizb khusus. Setiap kelompok saling membanggakan wirid dan hizib yang dimiliki dan berkeyakinan bahwa wirid tersebut lebih afdhal daripada wirid yang dimiliki Thoriqot Sufi yang lain.” (Kitab Fiqhul Ad’iyati wal Adzkar: 2/ 54).
 Lalu bagaimana dengan kita, sudahkah kita koreksi rangkaian do’a-do’a yang biasa kita baca sehari-hari? Sudahkah sesuai dengan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya? Atau kita masih lebih suka dengan do’a hasil rangkaian sendiri atau hasil inovasi guru spiritual yang kita kagumi, akhirnya kita mengabaikan ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan kita malas menghafal kalimat do’a yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya? Belum telat rasanya kalau sekarang kita melakukan koreksi. Walllohu a’lam.

Monday, November 20, 2017

Kisah Wara' nya Umar bin Abdul Aziz

Suatu malam Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pulang ke rumahnya sehabis menunaikan shalat isya di masjid. Nampak oleh beliau putra putrinya yang masih kecil-kecil.

Khalifah mengucapkan salam seperti biasanya, akan tetapi putra-putrinya tidak menjawab salamnya sebagaimana biasanya malah menutup mulut mereka dengan telapak tangan mereka dan mereka tak mau menghadap ke pintu tempat beliau masuk.

" Ada apa dengan anak-anak kita?" tanya Khalifah kepada istrinya

"Mereka tidak memiliki sesuatu untuk di makan malam ini, selain bawang, oleh karena itu bau mulut mereka tidak ingin tercium olehmu, maka mereka pun menghindar darimu" jawab Fatimah istrinya dengan sedih.

Mendengar penuturan istrinya, Khalifah-pun menangis seraya berkata kepada anak-anaknya :
"Wahai anak-anakku ...Apa artinya kalian makan enak dan cukup bila dengan itu kalian melemparkan ayah kedalam api neraka " ....

Sekali waktu ia duduk didekat istrinya, kemudian beliau berbisik di telinga istrinya :
" Engkau pasti tahu dari mana ayahmu memberi permata yang engkau kenakan ini, oleh karena itu apakah engkau keberatan bila permata ini kita masukkan ke dalam sebuah kotak lalu kita serahkan ke Baitul Maal ?"

Padahal saat itu, satu-satunya perhiasan yang tinggal pada diri Fatimah hanyalah permata itu.

Ia sangat menyukai perhiasan itu yang merupakan hadiah dari ayahnya saat pernikahannya dulu.
Akan tetapi ia tidak membantah suaminya, dicopot permata itu dari lehernya kemudian diserahkan kepada suaminya dengan penuh keridhaan ..

Semoga Allah meridhai Khalifah yang agung ini beserta istri dan anak-anaknya yang shalih dan shalihah ..
Dinukil dari : Khaliifatu Rasulillaah shallallahu alaihi Wa sallam  oleh Khalid Muhammad Khalid ~

Ustadz Ibnu Hasan Aththobari