Kain Untuk Melindungi Dari Musuh
Rabu, 01 Mei 2013 / 20 Jumadil Akhir 1434 H Seorang bapak mendatangi kantor Ghoib Ruqyah Syar'iyyah di daerah Cililitan, Jakarta Timur. Maksud kedatangannya ingin menyerahkan sebuah jimat tua warisan dari kakeknya.
Dalam sebuah wawancara lewat telepon, bapak tersebut mengatakan bahwa jimat itu sudah sejak lama berada di rumahnya. Pada awalnya, bapaknyalah yang membawa jimat itu dari tanah seberang, Aceh. Sebenarnya ada beberapa jimat-jimat lainnya yang dibawanya bersamaan dengan jimat ini. Seperti rencong, golok dan berberapa jimat lainnya.
Tapi, lanjutnya, jimat yang berbentuk golok itu kini hanya digunakan untuk memotong kayu saja. Tidak diurus atau diruwat sebagaimana lazimnya jimat. Dahulu kakeknya adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Berawal dari situlah, sehingga sang kakek mencari jimat-jimat yang diharapkan bisa melindungi diri dari musuh. Setelah kakeknya meninggal, maka giliran jimat itu diwariskan kepada bapaknya. Ketika keluarganya berpindah tempat dari Aceh menuju Jakarta, tidak lupa jimat itu juga ikut dibawa.
Bapaknya pun menjaga barang peninggalan kakek dengan baik. Barang itu dirawat sebagaimana mestinya. Dan ketika bapaknya masih hidup, banyak dukun-dukun yang berdatangan ke rumahnya. Entah apa tujuan kedatangan dukun-dukun itu dirinya kurang tahu dengan pasti.
Namun yang jelas, ketika sebagian dari dukun-dukun itu hendak berbuat tidak baik kepada bapaknya, maka ibunya yang juga mengerti dunia klenik ikut andil dalam membantunya.
Bapak itu mengaku bahwa dirinya dan ibunya sering melihat makhluk ghaib, baik lewat mimpi maupun di alam nyata. Katanya ada yang menyerupai pocong. Bahkan setelah jimat ini diserahkan kepada tim ruqyah, makhluk halus itu masih beberapa kali hadir dalam mimpinya.
"Mungkin karena kami belum menjalani terapi ruqyah, karena waktu itu saya cuma menyerahkan jimat itu saja." Katanya menanggapi beberapa kejadian aneh yang masih dialaminya pasca menyerahkan jimat.
Selain melihat kehadiran makhluk halus, dirinya juga mengaku kalau selama ini sering terjaga dari tidur malamnya. Tapi anehnya ketika terjaga dirinya merasa seperti orang yang kebingungan. Tak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus diperbuat.
Dengan niat ingin membersihkan diri dari dosa-dosa kesyirikan akhirnya bapak itu memutuskan untuk menyerahkan sebuah jimat yang ada di rumahnya.
"Ustadz, saya hanya berharap agar Allah mau maafin dosa kami, rumah kami bersih dari kesyirikan, dan keadaan semakin membaik. Sebenarnya masih ada beberapa jimat di rumah. Nanti kami ingin menyerahkannya lagi ke kantor ruqyah."
Kami tunggu jimat-jimatnya ya pak.
Bentuk Jimat
Jimat dari kain berwarna kuning, seperti sapu tangan. Ukuranya sekitar 40 x 40 cm. Di atas kain itu ada tulisan-tulisan yang sebagian berbahasa Arab, dibentuk seperti gambar kaligrafi burung Garuda yang sedang mencengkeram sebilah pedang.
Ada tulisan Asma Allah, Nabi Muhammad dan nama empat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) dan beberapa bacaan doa. Namun ada juga huruf-huruf yang mirip dengan huruf Arab ditulis di sana.
Kesaktian Jimat
Bapak itu mengaku tidak tahu persis kegunaan jimat ini. Namun dari keterangan sejarah jimat itu kepada Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, jimat itu dulunya digunakan oleh kakeknya sewaktu berperang melawan penjajah.
Dirinya juga mengaku tidak mengetahui ritual apa yang dipakai untuk meruwat jimat tersebut. Dia menambahkan, semenjak ayahnya meninggal, dan jimat itu dia bawa, dirinya tidak pernah memakai dan merawat jimat itu lagi. Kain itu memang sudah terlihat lusuh. Namun bau wewangian masih tercium kuat darinya.
Bongkar Jimat
Banyak orang mengira bahwa dengan memakai jimat dirinya bisa mendapatkan apa yang diharapkannya sesuai dengan kegunaan jimat tersebut. Misalnya ingin dagangannya laris, maka ia memakai jimat penglaris. Ingin kuat dan selamat dari gangguan lawan, lantas mencari sesuatu yang bisa melindungi dirinya.
Ingin disukai dan ditakuti banyak orang, lalu memakai barang-barang tertentu yang diyakini bisa memberinya apa yang diharapkan. Benarkah cara seperti itu? Kalau bicara benar atau salah, jelas sekali cara seperti itu salah. Bahkan sesat.
Lantaran itu termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Dan itu adalah sebuah dosa dan kezaliman yang besar.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."(QS. Luqman; 13)
Tapi sebenarnya jika kita mau mengajak akal sehat kita untuk berpikir jauh tentang hidup ini, tentu saja 'jalan instan' dalam mendapatkan apa yang diinginkan itu tidaklah mungkin kita lakukan. Allah Maha Perkasa.
Tidak ada satu makhlukpun yang bisa menandingi keperkasaan dan kekuatan-Nya. Maka seharusnya kepada-Nya kita memohon perlindungan diri. Bukan pada benda yang sebenarnya hanya dijadikan alat atau kendaraan saja oleh setan untuk mengangkut para pengikutnya memasuki lorong neraka.
Ya, karena hidup ini bukan hanya di dunia saja, melainkan setelah kehidupan dunia habis masih ada lagi kehidupan setelahnya. Dan pada saat itu, jimat-jimat yang digunakan selama di dunia tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun kepada pemiliknya.
Bahkan setan yang menunggangi jimat itu juga akan berlepas diri dari orang-orang yang ketika di dunia meminta bantuan kepadanya. Lihatlah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar. Dengan jumlah yang sepertiga lebih sedikit dari jumlah musuhnya ternyata mereka bisa mengalahkan orang-orang kafir Quraisy. Bukan lantaran mereka semua memakai jimat, tapi lantaran kekuatan iman yang ada dalam jiwa mereka.
Percayalah, bahwasanya kekuatan yang diberikan oleh jimat bukanlah segalanya. Tanpa izin dari Allah SWT, tentu tidaklah berguna. Lantas kenapa sebagian manusia tidak langsung saja meminta penjagaan dan perlindungan diri kepada Dzat Yang Maha Kuat, yang tidak ada kekuatan lain yang bisa menandingi-Nya?.
Dalam sebuah wawancara lewat telepon, bapak tersebut mengatakan bahwa jimat itu sudah sejak lama berada di rumahnya. Pada awalnya, bapaknyalah yang membawa jimat itu dari tanah seberang, Aceh. Sebenarnya ada beberapa jimat-jimat lainnya yang dibawanya bersamaan dengan jimat ini. Seperti rencong, golok dan berberapa jimat lainnya.
Tapi, lanjutnya, jimat yang berbentuk golok itu kini hanya digunakan untuk memotong kayu saja. Tidak diurus atau diruwat sebagaimana lazimnya jimat. Dahulu kakeknya adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Berawal dari situlah, sehingga sang kakek mencari jimat-jimat yang diharapkan bisa melindungi diri dari musuh. Setelah kakeknya meninggal, maka giliran jimat itu diwariskan kepada bapaknya. Ketika keluarganya berpindah tempat dari Aceh menuju Jakarta, tidak lupa jimat itu juga ikut dibawa.
Bapaknya pun menjaga barang peninggalan kakek dengan baik. Barang itu dirawat sebagaimana mestinya. Dan ketika bapaknya masih hidup, banyak dukun-dukun yang berdatangan ke rumahnya. Entah apa tujuan kedatangan dukun-dukun itu dirinya kurang tahu dengan pasti.
Namun yang jelas, ketika sebagian dari dukun-dukun itu hendak berbuat tidak baik kepada bapaknya, maka ibunya yang juga mengerti dunia klenik ikut andil dalam membantunya.
Bapak itu mengaku bahwa dirinya dan ibunya sering melihat makhluk ghaib, baik lewat mimpi maupun di alam nyata. Katanya ada yang menyerupai pocong. Bahkan setelah jimat ini diserahkan kepada tim ruqyah, makhluk halus itu masih beberapa kali hadir dalam mimpinya.
"Mungkin karena kami belum menjalani terapi ruqyah, karena waktu itu saya cuma menyerahkan jimat itu saja." Katanya menanggapi beberapa kejadian aneh yang masih dialaminya pasca menyerahkan jimat.
Selain melihat kehadiran makhluk halus, dirinya juga mengaku kalau selama ini sering terjaga dari tidur malamnya. Tapi anehnya ketika terjaga dirinya merasa seperti orang yang kebingungan. Tak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus diperbuat.
Dengan niat ingin membersihkan diri dari dosa-dosa kesyirikan akhirnya bapak itu memutuskan untuk menyerahkan sebuah jimat yang ada di rumahnya.
"Ustadz, saya hanya berharap agar Allah mau maafin dosa kami, rumah kami bersih dari kesyirikan, dan keadaan semakin membaik. Sebenarnya masih ada beberapa jimat di rumah. Nanti kami ingin menyerahkannya lagi ke kantor ruqyah."
Kami tunggu jimat-jimatnya ya pak.
Bentuk Jimat
Jimat dari kain berwarna kuning, seperti sapu tangan. Ukuranya sekitar 40 x 40 cm. Di atas kain itu ada tulisan-tulisan yang sebagian berbahasa Arab, dibentuk seperti gambar kaligrafi burung Garuda yang sedang mencengkeram sebilah pedang.
Ada tulisan Asma Allah, Nabi Muhammad dan nama empat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) dan beberapa bacaan doa. Namun ada juga huruf-huruf yang mirip dengan huruf Arab ditulis di sana.
Kesaktian Jimat
Bapak itu mengaku tidak tahu persis kegunaan jimat ini. Namun dari keterangan sejarah jimat itu kepada Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, jimat itu dulunya digunakan oleh kakeknya sewaktu berperang melawan penjajah.
Dirinya juga mengaku tidak mengetahui ritual apa yang dipakai untuk meruwat jimat tersebut. Dia menambahkan, semenjak ayahnya meninggal, dan jimat itu dia bawa, dirinya tidak pernah memakai dan merawat jimat itu lagi. Kain itu memang sudah terlihat lusuh. Namun bau wewangian masih tercium kuat darinya.
Bongkar Jimat
Banyak orang mengira bahwa dengan memakai jimat dirinya bisa mendapatkan apa yang diharapkannya sesuai dengan kegunaan jimat tersebut. Misalnya ingin dagangannya laris, maka ia memakai jimat penglaris. Ingin kuat dan selamat dari gangguan lawan, lantas mencari sesuatu yang bisa melindungi dirinya.
Ingin disukai dan ditakuti banyak orang, lalu memakai barang-barang tertentu yang diyakini bisa memberinya apa yang diharapkan. Benarkah cara seperti itu? Kalau bicara benar atau salah, jelas sekali cara seperti itu salah. Bahkan sesat.
Lantaran itu termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Dan itu adalah sebuah dosa dan kezaliman yang besar.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."(QS. Luqman; 13)
Tapi sebenarnya jika kita mau mengajak akal sehat kita untuk berpikir jauh tentang hidup ini, tentu saja 'jalan instan' dalam mendapatkan apa yang diinginkan itu tidaklah mungkin kita lakukan. Allah Maha Perkasa.
Tidak ada satu makhlukpun yang bisa menandingi keperkasaan dan kekuatan-Nya. Maka seharusnya kepada-Nya kita memohon perlindungan diri. Bukan pada benda yang sebenarnya hanya dijadikan alat atau kendaraan saja oleh setan untuk mengangkut para pengikutnya memasuki lorong neraka.
Ya, karena hidup ini bukan hanya di dunia saja, melainkan setelah kehidupan dunia habis masih ada lagi kehidupan setelahnya. Dan pada saat itu, jimat-jimat yang digunakan selama di dunia tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun kepada pemiliknya.
Bahkan setan yang menunggangi jimat itu juga akan berlepas diri dari orang-orang yang ketika di dunia meminta bantuan kepadanya. Lihatlah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar. Dengan jumlah yang sepertiga lebih sedikit dari jumlah musuhnya ternyata mereka bisa mengalahkan orang-orang kafir Quraisy. Bukan lantaran mereka semua memakai jimat, tapi lantaran kekuatan iman yang ada dalam jiwa mereka.
Percayalah, bahwasanya kekuatan yang diberikan oleh jimat bukanlah segalanya. Tanpa izin dari Allah SWT, tentu tidaklah berguna. Lantas kenapa sebagian manusia tidak langsung saja meminta penjagaan dan perlindungan diri kepada Dzat Yang Maha Kuat, yang tidak ada kekuatan lain yang bisa menandingi-Nya?.
0 comments:
Post a Comment