Angka Sial Mengapa Harus 13?
Senin, 15 April 2013 / 4 Jumadil Akhir 1434 HKatanya, adalah angka sial. Angka yang membawa bencana. Sehingga segala hal yang berhubungan dengan angka ini harus dijauhi. Di sebagian komplek perumahan tidak ditemukan rumah bernomor tiga belas.
Demikian pula di sebagian hotel maupun apartemen, hal ini tidak hanya di negara kita bahkan di luar negeri. Ya, katanya orang yang tinggal di nomor tiga belas akan mendapatkan gangguan. Gangguan yang tidak diketahui kapan datangnya dan apa alasannya.
Padahal dalam hidup ini musibah dan bencana bisa datang kapan saja, di mana saja, tanpa harus menunggu bertepatan dengan angka 13. Selain itu, ada juga masyarakat yang yakin bahwa angka 13 bisa mendatangkan kematian. Seakan angka ini adalah isyarat yang dikirimkan malaikat pencabut nyawa.
Bila kita bepergian ke luar negeri dan menginap di hotel barangkali kita tidak menemukan kamar nomor 13 atau lantai tiga belas. Mereka ketakutan dengan tuah angka tiga belas yang katanya membawa sial. Behkan lotere di Italia dan Prancis pun tidak mencantumkan angka tiga belas.
Lain pula ceritanya di Inggris, bila kita makan malam di hotel Savoy di London, dan kebetulan kita serombongan berjumlah tiga belas. Dengan serta merta, si manager hotel akan cepat-cepat mengeluarkan mascot dua kucing hitam yang didudukkan di kursi khusus, untuk menemani kita di meja makan.
Biar yang makan jadi lima belas, kalau tidak,“Diyakini bahwa salah seorang dari tiga belas orang yang makan itu akan meninggal dalam waktu satu tahun,” ujar si manager hotel.
Kematian, siapakah yang tahu kapan datangnya? Tentu, tidak ada yang tahu, sebab kematian termasuk rahasia yang hanya diketahui Allah dan sudah ditentukan waktu dan sebabnya.
Angka tiga belas tidak hanya merugikan individu, bahkan juga Negara. Buktinya Amerika Serikat, Negara yang tidak percaya pada katanya mengalami kerugian minimal satu biliun dollar AS setahun. Akibat absenteisme, pembatalan perjalanan darat, udara dan laut, sambil memerosotkan kinerja ekonomi, industry dan bisnis pada setiap tanggal tiga belas.
Apalagi, bila kebetulan jatuh pada hari Jum’at. Fakta ini bukan asal-asalan, tapi hasil penelitian Paul Hoffman, ahli psiko-sosiolog. Demikian besar kerugian yang seharusnya tidak terjadi, sebab kerugian ini hanya bersumber pada katanya.
Sebenarnya, asal muasal keangkeran angka tiga belas tidak ilmiah sama sekali. Tapi, hanya sekedar reka-rekaan. Dengan alasan alam memiliki banyak sifat yang saling berlawanan, misalnya siang-malam, panas-dingin dan seterusnya.
Dari sini ditarik kesimpulan bahwa mewakili karakter manusia, misalnya angka 1 (satu) mewakili karakter yang aktif, kuat dan inovatif. Sebaliknya angka 2 (dua) untuk mereka yang pasif dan lemah. Begitu seterusnya hinga sampai angka dua belas, angka sempurna.
Sedangkan, angka tiga belas adalah angka sial, karena lebih dari satu angka di atas angka sempurna. Sementara itu, orang China memiliki alasan lain. Bila angka tiga belas dijumlah maka hasilnya adalah empat. Empat Sie bila diucapkan dengan intonasi berbeda melahirkan makna yang berbeda pula yaitu empat dan mati.
Dalam Islam kepercayaan seperti ini jelas tidak dibenarkan. Keyakinan yang mengotori keimanan kepada takdir. Segala bencana tidak ada hubungannya dengan tempat dan waktu yang berkaitan dengan angka tiga belas. Sekali lagi ini adalah mitos.
Sebab pada dasarnya semua dimensi waktu itu sama. “Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah SWT.”(QS. At-Taghabun: 11).
Karena itu hati-hatilah kepada segala hal yang berbau katanya. Jangan sampai iman kita terkotori kemusyrikan, hanya karena percaya pada hal-hal yang hanya katanya … Waspadalah!
0 comments:
Post a Comment