Friday, July 19, 2013

Urgensi Memahami Ruqyah Secara Syar’i

Oleh:
Ariffuddin, S.Ag.
(Artikel Pernah Dimuat Pada Majalah al-Umm Edisi III Tahun I, Januari 2013)

Islam ini adalah agama yang kamil (sempurna) dan syamil (menyeluruh), dengan kesempurnaannya Islam telah menjawab semua kebutuhan yang diperlukan umatnya. Bahkan dalam mengatasi segala seluk beluk gangguan jin, Islam telah mengajarkannya. Kalau kita mau membuka mata dan mencoba mempelajari seluk beluk jin dan segala tipu dayanya, maka kita akan mendapatkan banyak pelajaran yang luar biasa dari literatur khasanah Islam. Mulai dari kitab-kitab karya Ibnu Qoyyim Al-Jauzi yang banyak sekali membahas tentang tipu daya jin terhadap manusia, penyakit hati dan obatnya dan berbagai ilmu tentang masalah yang ghaib. Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya talbis iblis, Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al Furqon baina auliya’ ar rohman wa auliya’ syaithon, hingga Ulama’ kekinian seperti Syaikh Wahid Abdus Salam Bali (Wiqoyatul Insan minal jin Was Syaithon), Syaikh Abdullah bin  Muhammad As-Sadhan (qowa’id Ar Ruqyah As Syar’iyah), dan lain-lain.


Melihat dari besarnya perhatian ulama’ terhadap dunia jin tersebut, menggambarkan betapa urgennya kita mengetahui dan memahami keberadaan mereka. Selanjutnya dengan sadar akan keberadaan mereka, kita akan menjadi selalu waspada dari gangguan dan tipu daya mereka. Akan tetapi ada sebagian dari umat Islam sendiri merasa kurang percaya diri dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan menganggap kurang sehingga mereka mencari penyelesaian dengan cara yang bathil. Ada di antara golongan ini orang-orang yang berilmu tetapi tersesat dan juga memang karena ketidakahuannya. Ada juga sebagian dari umat Islam yang tidak percaya atau setengah percaya (dalam keraguan) terhadap segala hal yang berhubungan dengan ruqyah. Karena mereka beranggapan bahwa ruqyah adalah sesuatu yang berlebihan. Kesan ini muncul karena mereka tidak menyadari keberadaan musuh kita dari kalangan bangsa jin.
Di antara sebab kita harus mempelajari dan memahami ilmu yang berkaitan dengan jin itu adalah:

1. Sumpah Iblis  untuk menyesatkan manusia
Wahai Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Q.S. Al Hijr: 39)
Apakah ketika kita membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala  tersebut kita memahami bahwa sumpah iblis tersebut main-main? Pasti kita sebagai hamba yang beriman akan yakin bahwa sumpah iblis tersebut bukan gurauan belaka tetapi hak (benar adanya). Apakah dengan begitu kita bisa santai dan acuh tak acuh terhadap keberadaan musuh kita yang nyata tersebut? Akan tetapi karena kita tidak bisa melihatnya, acapkali kita meremehkannya dan menganggapnya tidak ada. Bahkan karena kita terlalu melalaikan keberadaan musuh kita tersebut kita tidak mau tahu dan enggan untuk mempelajari segala tipu daya mereka. Sedangkan iblis dan bala tentaranya senantiasa menyerang kita secara agresif, intensif dan penuh dengan trik. Mereka  tidak kenal kata menyerah, mereka tidak kenal istirahat bahkan ketika tidur pun kita diganggu. Seperti yang dikabarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam  dalam hadist riwayat bukhari dan Muslim:

“Setan mengikatkan tali ke tengkuk manusia dengan tiga ikatan di saat tidur, dia mengencangkan talinya setiap kali mengikat sembari berkata, “Malammu masih panjang, maka tidurlah.” Maka jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Jika dia  berwudhu, lepaslah satu ikatan berikutnya. Dan jika ia melanjutkan dengan sholat, maka lepaslah satu ikatan  berikutnya, hingga pagi harinya ia bersemangat dan jernih jiwanya. Namun jika tidak (melakukan ketiganya), paginya menjadi keruh jiwanya dan malas.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Serangan Iblis dari segala penjuru dalam memperdaya manusia
Mereka senantiasa membuat makar untuk meyesatkan manusia dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan kesyirikan dan kekufuran, bid’ah, perbuatan dosa dan maksiat, melihat perbuatan buruk sebagai perbuatan baik, berlebihan dalam agama (ghuluw), dan lain-lain. Dengan berkembangnya zaman maka bangsa iblis dan tentaranya ini juga semakin berkembang model penyesatan dan serangannya terhadap manusia. Bukankah ia akan menyerang kita dari segala penjuru kehidupan kita, sebagaimana tekadnya:
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raaf: 17)
Coba kita cermati tekad iblis dalam menyesatkan manusia tersebut, bagaimana mereka tidak kenal lelah untuk memperdaya kita agar kita jauh dari ketaatan. Pernahkah kita menyadari serangan mereka, sadarkah kita bahwa setiap detik dari hidup kita selalu ada serangan dari iblis? Atau bahkan sebaliknya kita terlalu terlena dengan kehidupan dan tidak menyadari serangan musuh kita (yang memang tidak tampak), sehingga tiba-tiba kita menyadari diri kita sudah berada dalam kubangan dosa dan kemaksiatan? Selanjutnya iblis pun menghembuskan rasa putus asa terhadap dosa dan maksiat yang telah kita lakukan. Begitulah iblis akan senantiasa membuat makar untuk menjatuhkan kita sejatuh-jatuhnya dan akhirnya menjadikan temannya di neraka. Na’udzubillah

3. Musuh kita (setan) itu nyata
Ketika kita mengikuti prosesi ruqyah maka kita akan benar-benar ditunjukkan bahwa musuh kita memang nyata. Setiap maksiat yang kita lakukan (dalam hal menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya) maka ada campur tangan setan di dalamnya. Ketika kita menyelisihi Allah I maka yang datang setan dan sebaliknya. Ingatlah dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “...dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al Baqarah: 168). Bahkan ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Thibbul Nabawi[1] mengatakan bahwa seandainya tabir itu dibuka, pasti kita akan menyaksikan kebanyakan jiwa manusia dikuasai roh jahat (jin). Dan Abu Bakar Al Jaza’iri[2] menyatakan, “Kalaulah tidak ada penjagaan malaikat yang ditugaskan Allah I untuk menjaga manusia niscaya tidak ada manusia yang selamat dari gangguan jin dan setan, karena manusia tidak dapat melihat mereka dan kemampuan mereka untuk berubah bentuk dengan cepat karena fisik mereka yang halus sehingga tidak bisa kita rasakan.”

Iblis dan bala tentaranya akan mengganggu manusia dari sisi yang terlemah darinya. Dia akan selalu menyerang kita dari segala penjuru kehidupan kita, ketika kita lemah maka dia bisa menguasai kita dan mempengaruhi pribadi kita. Dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, jin ini bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi bagi mereka yang jauh dari ketaatan maka jin ini akan ada dalam dirinya, selanjutnya akan mempengaruhi kepribadiannya, walhasil bisa menjadi karakter yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, pada sebagian orang yang mengabaikan gangguan jin dalam dirinya, maka jin yang ada dalam tubuhnya akan mempengaruhi karakteristik kepribadiannya. Dan biasanya orang seperti ini dalam kehidupan bermasyarakat akan mengalami banyak benturan dengan lingkungannya. Baik di antara anggota keluarganya, sahabatnya, maupun dalam berbagai hubungan sosial.

4. Banyaknya Umat Islam yang Jahil (bodoh)
Umat Islam semakin jauh dari agamanya, itulah fenomena yang sedang kita hadapi di zaman sekarang ini. Yang mana berbagai kasus orang yang terkena gangguan jin, kebanyakan mereka jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (kurang taat), tidak tahu cara membentengi diri dari gangguan jin. Mereka sering kali menggunakan jasa dukun dan tukang sihir dengan berbagai kedoknya. Karena kebodohannya itulah menyebabkan umat Islam semakin terjerumus dalam dosa terbesar yaitu syirik, yang menjadikan yang bersangkutan semakin jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika manusia telah jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka yang mendekat adalah setan.
Dengan metode ruqyah Syar’Iyah yang sedang kita galakkan sekarang ini, kita berharap ada pencerahan dalam diri umat Islam untuk menghidupkan kembali ilmu ruqyah secara syar’I yang betul betul syar’l. bahwa ruqyah itu bukan hanya sekedar mengeluarkan jin, tetapi lebih mengarah kepada perbaikan diri, keluarga dan masyarakat kepada jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu jalan yang lurus (shirathol mustaqin). Karena inti dari ilmu ruqyah yang kita ajarkan adalah agar orang yang terkena gangguan jin bisa sadar akan kesalahan (maksiat/dosa) yang dilakukannya, selanjutnya harus taubat, baru kemudian dibimbing dalam ketaatan. Proses ruqyah seperti ini membutuhkan pendampingan dan pembimbingan yang tidak sebentar. Tetapi apabila diikuti, insyaAllah mendapatkan hasil yang luar biasa. Oleh karena itu, ruqyah itu bukan tujuan tetapi sebagai sarana dakwah untuk mengembalikan umat Islam kepada jalan kebenaran yaitu jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Untuk menghindari dan memahami segala bentuk tipu daya iblis ini maka seharusnya kita harus tahu ilmunya, dengan ilmu itu selanjutnya kita bisa mengamalkannya. Ilmunya adalah kita harus senantiasa mempelajari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam ajarkan dalam al Qur’an dan sunnah. Bentengi diri kita dari gangguan iblis dan bangsanya dengan doa-doa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, jangan menambahi atau mengurangi sedikit pun. Ketika kita mengamalkan apa yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka segala tipu daya iblis dan bangsanya adalah sangat lemah. Karena pada dasarnya iblis dan bangsanya adalah lemah ketika kita dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, dan kuat ketika kita jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan ingatlah iblis dan bala tentaranya tidak akan mampu menyesatkan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika kita manjadi hamba yang ikhlas (mukhlis).
“…kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Q.S: Al Hijr: 40)
Oleh karena itu, marilah kita mambangun keikhlasan, memurnikan ketaatan hanya untuk Allah Azza wa Jalla.  Memurnikan ibadah kita hanya untuk mengharapkan ridho-Nya dan indahnya melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu’alam bish- showab.


[1] Ibnu Qoyyim Al Juaziyah, Thibbul Nabawi,Darrul Kutub ilmiah, 2008, hal 70
[2] Syaikh Wahid Abdus Salam Bali, Wiqoyatul Insan minal jin wa Syaithon, Darul Ibn Rojak, 1422 H, hal 52
(Visited 133 times, 1 visits today)

0 comments:

Post a Comment