Sunday, July 30, 2017

Penyebutan keluarga dalam Al Qur'an

Al-Qur’an merupakan sumber pedoman hidup dan sumber ilmu pengetahuan. Permasalahan yang terjadi disekitar kita pasti bisa diatasi karena Allah tidak mungkin memberikan masalah yang kita tidak sanggup untuk mengatasinya. Dewasa ini banyak sekali problematika kehidupan yang terjadi disekitar kita yang kita bisa saksikan sering kali di sosial media, televisi, radio dan lain-lain seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan anak-anak muda yang semakin tidak terarah, alcohol yang seolah-olah sudah menjadi konsumsi umum, korupsi, nepotisme dan lain sebagainya, yang sangat merusak generasi penerus bangsa. Permasalahan-permasalahan tersebut bersumber dari jauhnya pergaulan masyarakat terhadap Allah dan Rasulnya. Al-Qur’an seakan-akan hanya menjadi simbol dalam mahar pernikahan dan hanya menjadi pajangan didalam lemari-lemari yang jarang sekali tersentuh untuk membacanya apalagi mengamalkanya. Sudah sangat jelas dalam Al-Qur’an, Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman untuk memberikan kabar gembira bagi orang yang mengimaninya. Akan tetapi dalam Al-Qur’an sendiri ada ayat-ayat yang mengandung makna zhahir (yang tidak memerlukan penafsiran dalam memahaminya) dan terdapat pula ayat-ayat yang memerlukan penafsiran dalam memahaminya. Ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat historis dan normatif tidak semua dapat dipahami secara tekstual saja, karena banyak dari ayat-ayat Al-Quran yang masih mempunyai makna yang luas (abstrak) dan perlu untuk ditafsirkan lebih dalam, agar dapat diambil sebuah hukum ataupun hikmah yang dapat dipahami dan diamalkan oleh seluruh Manusia secara umum dan umat Islam secara khusus. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas adalah dengan membentuk generasi qur’ani didalam kehidupan berumah tangga. Keluarga merupakan salah satu sumber vital dalam menjadikan seseorang menjadi orang yang taat terhadap Allah dan Rasulnya atau tidak. Didalam Al-Qur’an sendiri ada contoh-contoh kehidupan dari keluarga para nabi untuk dijadikan suri tauladan dalam menghasilkan keluarga yang surgawi. Tentu hal ini bersumber dari pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap Al-Qur’an itu sendiri sehingga ketika Al-Qur’an dijadikan sumber pedoman dalam berumah tangga, maka “surga” itu akan hadir dalam sebuah keluarga yang meghasilkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Oleh karena itu penulis akan memaparkan ayat-ayat yang berkaitan dengan keluarga didalam Al-Qur’an dalam bentuk tafsir tematik (maudhu’i) yang diambil dari beberapa sumber penafsiran sehingga bisa dijadikan contoh dalam membentuk keluarga qur’ani yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pedoman. Pengertian keluarga didalam Al-Qur’an. Membentuk keluarga adalah sebuah karunia Allah bagi setiap insan yang bertujuan untuk menyempurnakan keimanan seseorang salah satunya dengan ikatan pernikahan Islam telah memberikan serangkaian tuntunan untuk menata fitrah itu. Yakni tuntunan untuk membentuk keluarga agar terwujud generasi unggul, umat yang akan melanjutkan estafet perjuangan para pendahulunya. Semua itu telah menjadi bagian yang yang tak terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri yang digali dari sumbernya yang utama, yakni Al-Qur’an dan al-Hadis. Didalam Al-Qur’an sendiri ada beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga yang menggunakan kata yang berbeda-beda. 1. Al-Ahl أَهْلَ Kata al-Ahl didalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 129 kata, dan memiliki arti yang berbeda-beda satu sama lain. 1. Dalam kamus al-Munawwir, lafaz ahlun bisa mengandung arti orang yang cakap, pengikut , keluarga. Akan tetapi yang dibahas pada konteks ini adalah lafazh ahlun yang memiliki jamak ahlūn, ahāli, yang mengandung arti family, kerabat. Seperti dalam surah Hud ayat 40 Yang Artinya: kami berfirman : “ Muatkanlah kedalam bahtera itu dari masing masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang yang beriman” Dalam ayat ini maksud dari kata ahlun adalah ahlu bait al-rajul, yaitu keluarga seseorang lelaki, yang dimaksudkan adalah istri-istrinya, anak-anak lelakinya, dengan istri mereka masing-masing. 2. Dalam surah Hud ayat 46 dijelaskan tentang kata al-Ahl, akan tetapi dalam ayat ini ditegaskan bahwa al-ahl tidak mencakup istri dan anak apabila mereka termasuk orang kafir atau tidak beriman. Artinya: Allah berfirman: “Hai Nuh, dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatanya) perbuatan yang tidak baik. Dalam ayat ini sebelumnya dijelaskan bahwa Nabi Nuh menginginkan anaknya selamat dari bencana yang ditimpakan Allah kepada kaumnya, akan tetapi ditegaskan dalam ayat ini bahwa anaknya itu bukan termasuk keluarganya karena dia lebih menyukai kerusakan dari pada ketaatan kepada Allah. 3. Dalam Al-Quran surah At-Tahrim ayat 6 disebutkan. Yang Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” Berkaitan dengan Ayat ini, diriwayatkan bahwa sayyidina Umar berkata ketika turunnya ayat ini, “Wahai kita menjaga diri kita sendiri , tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?”, Rasulullah menjawab, “kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan diri mereka dengan neraka.’’ Dan mengenai ayat ini pun sayyidina ‘Ali mengatakan yang dikutip oleh Ibnu Munzir dan Al-Hakim didalam Jama’ah al-Akharin, ”ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka.” Yang dimaksud dengan al-Ahl disini mencakup istri, anak, budak laki-laki dan perempuan. Dalam ayat ini terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang suami mempelajari fardhu-fardhu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkan kepada keluarganya. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Allah telah mengasihi seorang laki-laki yang mengatakan, “wahai keluargaku, jagalah shalatmu, pusamu, zakatmu, orang miskin mu, orang yatimu, dan tetanggamu. Semoga Allah mengumpulkanmu dengan mereka didalam surga.” Dalam surah Ali Imran ayat 64 disebutkan kata al-Ahl, akan tetapi bukan berarti keluarga, akan tetapi berarti pengikut. Artinya: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu…” . 2. Al-Ᾱl َآل kata lain dalam Al-Qur’an yang memiliki makna keluarga adalah lafaz Ᾱlun, dan lafaz ālun ini terdapat di 25 tempat. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 33 Artinya: Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). Sepeti halnya lafaz al-Ahl, lafaz aalun juga memiliki makna lain seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 49: Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. 3. Qurba قربى Qurba dari segi bahasa artinya dekat berasal dari lafaz qarib. Dalam Al-Qur’an qurba adalah keluaga yang ada hubungan kekerabatan baik yang termasuk ahli waris maupun yang tidak termasuk. Didalam Al-Qur’an kata yang berkaitan dengan qurba yang mengandung arti kekerabatan juga muncul dengan lafaz aqrab akan tetapi dalam bentuk jamak muzakar salim. Terdapat 16 ayat yang memakai kata qurba dan 7 ayat yang menggunakan jamak dari kata aqrab Dalam surah An-Nisa ayat 7: Yang Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya.” Pada ayat ini kata aqrabun, memiliki arti kerabat yang memiliki hubungan dengan ahli waris. Sedangkan diayat selanjutnya disebutkan kata qurba yang mengandung arti orang-orang dari kerabat orang yang meninggal yang tidak mewarisi.9 Dalam surat An-Nisa ayat 8: Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. 4. ‘Asyirah عشيرة ‘Asyirah adalah keluarga seketurunan yang berjumlah banyak dari sebuah keluarga (ahli bait al-Rajul). Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 24: Artinya: Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu…” Bersambung…

0 comments:

Post a Comment