Sunday, July 16, 2017
Home »
» Ruqyah Syar’iyah, Terapi Yang Branded
Ruqyah Syar’iyah, Terapi Yang Branded
Ruqyah Syar’iyah, Terapi yang Branded Definisi Ruqyah Ruqyah menurut bahasa adalah bacaan, mantra atau jampi-jampi. Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata: Ruqyah adalah bacaan atau mantra yang dibaca untuk orang yang terkena gangguan seperti demam dan kesurupan, serta gangguan-gangguan lainnya. (Kitab an-Nihayah fi Gharibil Hadits: 2/ 254). Makna Ruqyah Syar’iyah Menurut Syekh Nashiruddin al-Albani rahimahullah: “Bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepada-Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan.” (Lihat Kitab Dha’ifu Sunan Tirmidzi: 231). Allah ‘mem-Branding’ Terapi Ruqyah Dalam al-Qur’an al-Karim Allah ta’ala tidak menyebut kata ruqyah sesuai dengan bentuk kalimatnya, sehingga kita tidak akan menjumpai kalimat ‘Ruqyah atau Ruqyah Syra’iyah’ dalam al-Qur’an, di bagian juz atau surat apapun. Tapi Allah telah menyebut kata ‘Rooqin’ yang bisa diartikan dengan Peruqyah (penyembuh atau Tabib) di salah satu surat dalam al-Qur’an, yaitu di surat al-Qiyamah ayat 27. Allah berfirman: “Sekali-kali tidak. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (QS. Al-Qiyamah: 26-27). Itulah brand Ruqyah Syar’iyah yang terdapat dalam al-Qur’an. Seorang pakar tafsir al-Qur’an dari kalangan Shahabat yang bernama Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma. berkata, ”Yang dimaksud dengan ayat ’Wa qiila man Roq’ dalam surat tersebut adalah: Adakah seorang peruqyah yang bisa menyembuhkannya?” Sedangkan Imam Qotadah, adh-Dhohhak dan Ibnu Zaid rahimahumullah berkata, ”Adakah tabib (dokter) yang bisa menyembuhkannya.” (Kitab Tafsir Ibnu Katsir: 4/ 562). Rasulullah ‘mem-Branding’ Ruqyah Syar’iyah Sedangkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sering kali menyebut kata ruqyah dalam berbagai macam bentuk kata. Ada yang berbentuk isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja). Bahkan Rasulullah sendiri adalah seorang praktisi Ruqyah Syar’iyah, baik untuk meruqyah dirinya sendiri, keluarganya, atau meruqyah para shahabatnya. Sehingga ketika kita membuka kitab-kitab hadits yang telah dibukukan para ulama’, kita pasti akan mendapati tema ruqyah syar’iyah dibahas secara khusus pada Bab tertentu. Mari kita perhatikan bagaimana para ahli hadits mem-branding terapi ruqyah syar’iyah dalam kitab-kitab mereka. Imam Bukhari membahas tema ruqyah dalam kitab shahihnya juz 5, Imam Muslim membahasnya di bab: “Dianjurkannya ruqyah” pada juz 4, Imam Abu Daud mencantumkannya di juz 4, Imam at-Tirmidzi membicarakannya di juz 4, Imam al-Baihaqi mecatat hadits-hadits tentang ruqyah di bab: “Diperbolehkannya ruqyah” pada juz 9, dan dengan judul yang sama Imam Ibnu Hibban menulisnya dalam kitab Sunannya di juz 13. Sedangkan Imam Ibnu Majah meletakkan pembahasan ruqyah pada juz 2, Imam al-Hakim memasukkannya di bab khusus tentang ruqyah dan azimat pada juz 4, Imam Ahmad bin Hanbal memaparkan hadits-hadits tentang ruqyah dalam kitab musnadnya pada juz 3 dan 6. Rasulullah Meruqyah Dirinya Sendiri عن عائشة – رضي الله عنها- أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إذاَ اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ. (رواه البخاري) Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Adalah Rasulullah saw. jika merasa dirinya sakit, beliau meruqyah dirinya sendiri dengan membaca al-Mu’awwidzat, lalu meniupkannya”. (HR. Bukhari). Rasulullah Meruqyah Keluarganya عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ- قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ. (رواه مسلم) Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah, apabila ada keluarganya yang sakit, maka ia meniupnya dengan membaca al-Mu’awwidzat (surat-surat perlindungan). (HR. Muslim). Rasulullah Meruqyah Shahabatnya عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- قَالَتْ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيْضًا أَوْ أُوْتِيَ بِهِ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ, اِشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي, لاَشِفاَءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ, شِفَاءً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ) Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Sesung-guhnya Rasulullah saw apabila menengok orang yang sakit atau didatangi orang yang sakit, beliau membaca untuknya: “Hilangkanlah rasa sakit wahai Tuhan manusia! Sembuhkanlah, dan Engkau (Dzat) yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan selain kesembuhanMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.” (HR. Bukhari, hadits no. 5675) Masihkah Kita Meragukan Terapi Ruqyah? Kalau kita simak dengan seksama, ternyata banyak sekali hadits-hadits shahih yang menjelaskan tentang ‘Dahsyatnya’ terapi Terapi Ruqyah Syar’iyah, sehingga Rasulullah menjadikannya sebagai bagian terapi utama untuk mengobati penyakit-penyakit yang ada saat itu. Dan beliau tidak hanya meruqyah dirinya saja, tetapi juga melakukan terapi ruqyah untuk keluarganya serta para shahabatnya. Sehingga alangkah naifnya kalau kita bersikap sebaliknya. Terapi Ruqyah Syar’iyah adalah terapi yang sangat ber-merk atau terapi yang branded, bukan terapi abal-abal atau ’kw-kw’. Sehingga sangat tidak tepat kalau kita jadikan terapi Ruqyah Syar’iyah sebagai terapi alternatif, apalagi kalau kita pandang dengan sebelah mata lalu kita anggap sebagai terapi tak bermutu kemudian kita abaikan dalam hidup. Sungguh hal itu merupakan sikap yang mencerminkan kebodohan kita dalam hal Thibbun Nabawi atau Pengobatan ala Nabi. Wallohu a’lam.
0 comments:
Post a Comment