Thursday, January 5, 2012

Sedikit Pengalaman Bekam dan Ruqyah



Banyak yang berkata, sifat pemikir yang memang dikaruniakan Tuhan kepadaku, adalah salah satu penyebab seringnya kepalaku bermasalah. Sakit kepala sudah kurasakan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sering tanpa sebab yang berarti, tiba-tiba bluk! tak sadarkan diri. Dan gara-gara itu pula, mahkota yang kubanggakan sepanjang pinggang, harus rela dibabat habis, karena menurut ibu, “Kabotan rambut kuwe! Wes, gageyan dikethok bae, mengko toli mari golih mumet!.

Ternyata, meski sudah bergaya Demi Moore, dan sudah diterapi akupuntur, tetap saja kepala betah dalam sakitnya. Obat satu-satunya hanya tidur! Aku tidak pernah mengkonsumsi obat kimia apapun untuk menghalau rasa sakitnya. Cukup menjadi si tukang tidur, sakit di kepala lumayan bisa terlupakan. Tapi itu dulu.




Seiring bertambahnya usia, sakit kepala itu hanya dominan di bagian kiri saja. Sering disebut migren. Dan si migren semakin gencar menyerang dengan kesukaanku mengkonsumsi kopi dan coklat yang kupercayai bisa menenangkan hati… he he (mau hati tenang mah, mestinya dzikir ya? kok malah makan coklat!)

Sehari tidak sakit kepala malah aneh rasanya. Lambat laun, timbul sedikit tonjolan yang sakit luar biasa meski hanya dibelai saja. Bahkan airmata bisa keluar begitu saja, dari mata sebelah kiri, meski hanya sekali nyuuuttt (baca: pusing yang tidak berarti). Wah, ini sudah gawat! Tapi, aku bersikukuh tidak tidak tidak mau ke dokter! Takut diminta untuk scan kepala, takut ketahuan penyakitnya, dan … he he takut biayanya lah yaaaa.

Sampai akhirnya, takut sama PAnjenenganipun Ingkang Maringi Panguripan, maka aku menurut saja ketika diseret paksa ke Pusat PEngobatan Bekam. Nah, berikut adalah pengalamanku dibekam.

Aku tidak tahu bahwa sebelum kedatanganku ke Pusat Bekam itu, orang rumah sudah memberikan bermacam informasi hasil dari keluhanku selama ini. Keluhan tentang, migren yang semakin tidak dapat ditolerir tepat ketika menjelang magrib, dan shalatku yang tidak pernah khusyu selalu menguap ditengah ritual, atau sesekali lupa bacaan dan rakaatnya. ha ha ha. Atau bahkan buang angin yang menurut orang rumahku aneh kedengarannya. Bukan! Bukan bunyinya yang aneh, Maksudnya aneh adalah, mengapa di kegiatan rutin sehari-hari tidak ingin buang angin, tapi TEPAT ketika usai berwudhu, langsung ingin buang angin? Menurutku wajar, tapi menurut orang rumah, aku ditengarai ketempelan JIN!

Jadilah, saat bertemu dengan pak Ustad yang subhanallah wajah dan suaranya sama teduhnya itu, aku tidak langsung diterapi bekam, tapi diruqyah terlebih dahului !
Apa lagi nih ? Ruqyah ? Aku sudah mau kabur saat itu juga, bila tidak mengingat lokasinya yang jauh dari rumah. Untunglah, dengan kesabarannya pak Ustad memberiku pengertian apabila setelah diruqyah terdapat indikasi adanya jin yang menganggu, maka aku tidak perlu diterapi bekam, cukup ruqyah saja. Berharap diruqyah saja (berharap ketempelan jin dong ?? he he), akupun menurut. Karena dari informasi yang banyak kudengar, proses bekam itu adalah proses menyedot darah dan bla bla bla yang seram-seram.

Ritual ruqyah itupun ternyata tidak seseram yang kubayangkan. Hanya diminta untuk berbaring di sebuah ruangan yang aksesnya tidak terkunci rapat-rapat, sehingga pihak keluarga bisa ikut menyaksikan. Lalu menutup mata sambil tak henti berucap istigfar. Kemudian pak Ustad (lupa loh namanya) membacakan ayat-ayat suci Al Quran dengan suara dan tajwid yang sempurna! Wes pokoknya juara lomba qori nasional, lewat deh he he he.

Begitu merdu dan syahdunya suara beliau, hingga aku nyaris tertidur kalau tidak tiba-tiba bagian antara ibu jari dan telunjukku ditekan kuat hingga jeritanku melengking tinggi. Setelah kurang lebih tiga puluh menit, beliau membacakan ayat suci, aku tidak menunjukkan gejala kemasukan iblis eh jin, prosesi itupun berakhir dengan hasil memuaskan. Lah iya dong, ngeri banget kalau ternyata aku terbukti kemasukan jin!

Proses ruqyah yang kulakukan benar-benar islami. Meski peruqyah adalah seorang lelaki dan aku seorang wanita, beliau benar-benar menjaga hingga ke detil ritual, seperti duduk membacakan ayat suci tidak terlalu berdekatan denganku yang terbaring pasrih (he he), dan beliau pun melindungi tangannya dengan sarung tangan karet meski hanya untuk menekan bagian kecil dari tanganku.

Karena tidak terbukti ketempelan jin, maka dengan terpaksa aku pun berlanjut ke proses bekam. Ruangan terapinya berbeda. Kalau peruqyah sebelumnya adalah pak Ustad, maka yang akan membekamku adalah istri beliau yang cantik, ramah, lembut dan tentunya akhwat yang sangat muslimah (emang ogut?! he he).
Kali ini ruangannya harus terkunci rapat, dan dijamin tidak ada CCTV, karena aku harus menanggalkan bajuku he he he. Dimulai dengan mengoleskan minyak tertentu ke seluruh punggung dan leherku yang berguna untuk melemaskan otot-otot. Belum apa-apa, beliau (lagi-lagi lupa tanya nama) sudah berkomentar, "Subhanallah, anginnya banyak sekali di tubuh mba nih. Baru digosok sudah langsung merah di sekujur badan.Benar saja, tak lama kemudian, suara seperti orang sendawa keluarlah dari mulutku berulang-ulang kali."

Proses selanjutnya adalah gunting rambut di bagian kepala yang akan dibekam. Dengan menahan sedih terpaksa mahkota lumayan panjang yang lama sekali kupelihara harus direlakan digunting dan tepat di bagian kulit kepala harus dikerok!! Wa wa wa wa, Ya ya ya, aku tahu kalian pasti tertawa membayangkan PITAK di kepalaku ha ha ha ha. Tapi, ngga papalah, toh tertutup rapat oleh kerudung yang tidak pernah terlepas kecuali di dalam rumah.

Acara gunting menggunting usai, barulah proses bekam yang sesungguhnya itu dimulai. Alat bekam (Blood Cupping Device) berupa "kop angin" (cupping) mulai dipasangkan di punggung bawah sebanyak 2 buah, punggung atas 2 buah, leher 2 buah, pelipis 2 buah (bagian pelipis, ukuran kop angin lebih kecil) dan 1 buah tepat di kepalaku.

Menit-menit berikutnya yang kurasakan adalah ngantuk! Seperti terlepas dari beban berat yang selama ini kupikul. Tapi bukan fly, atau memang fly, entahlah wong aku belum pernah merasakan he he he. Di saat itulah, komentar bermunculan dari pihak keluarga yang mengantar, apalagi kalau bukan, “Ya Allah, ireng temen kuwe getihmu! Apa maning kae sih nang sirah, jan ireng kaya kluwek, demek kentel kaya jelly!


Ketika kop dibuka, pisau bedah steril sekali pakai atau dalam bahasa kerennya Bisturi Surgical Blades (informasi dari istri ustad) mulai terasa dititik-titik yang semula di-kop. Terasa seperti digigit bayi semut, halus, menggelitik. Atau bagi mereka yang sudah pernah mengalami terapi ikan, ya begitulah rasanya.

Dan subhanallah! Selesai dibekam, hasil yang kurasakan luar biasa! (eh, bukan promosi ya. ini sungguh berdasarkan pengalaman pribadi). Hingga hari ini, Rabu 27 Oktober 2011, entah kemana si migraine itu migrasi?? Kalau sehari tidak migren itu rasanya aneh sekali, sekarang aku harus adaptasi dengan kondisi kepala ringan, tidak sakit, tidak pusing, pundak pun entah kemana pergi beban selama ini yang menumpuk di atasnya, Karena penasaran, aku coba panggil si migren dengan coba mengkonsumsi coklat, biasanya dia akan datang dengan cepat. Ternyata, migren itu tak kunjung datang juga. Lalu, kucoba dua gelas kopi sekaligus, tanpa jeda. Si migren pun seperti sudah lama pergi, he he he ajaib, kan ???

Syukur Alhamdulillah, akhirnya perceraianku dengan migren mendapat restu dari Gusti Allah. Tapi, seminggu lagi aku harus datang ke Pusat Bekam itu. Kontrol ya? Bukan! Lalu? Ya itu, biar PITAKnya semakin licin, jadi harus dibekam lagi! Wa wa waâ! Konsultasi doang deehhha doain ya teman, biar tak perlu dibekam lagi, biar cepat tumbuh rambutnya lagi hi hi hi hi.
**********
Engga usah di-edit EYD-nya yaaa? Keburu rindu bertegur sapa dengan Dumalanize  Semoga bermanfaat!!
dikutip dari sini

0 comments:

Post a Comment