Kutemukan Makna Hidup
Setelah Diruqyah di Malam I’tikaf Akhir Ramadhan
Jum'at, 17 Mei 2013 / 7 Rajab 1434 HSetelah Diruqyah di Malam I’tikaf Akhir Ramadhan
Saya Muhammmad Kuwat (bukan nama asli) anak bungsu dari lima bersaudara, lahir di kota tua bekas Kerajaan Mataram lslam Kotagede Yogyakarta 33 tahun yang lalu. Keluarga dan lingkungan saya cukup agamis.
Saya tinggal di sebelah barat mushalla kecil yang berbilik bambu. Di situlah saya belajar mengaji dari seorang guru. Kini mushalla itu sudah berubah menjadi sebuah masjid megah yang pernah diresmikan oleh Ketua PP. Muhammadiyah KH. AR. Fahruddin (almarhum) di awal tahun 90-an.
Saya lulus dari MAN Yogyakarta tahun 1990. Sejak remaja saya sudah tertarik dengan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, tenaga dalam dan kesaktian. Hal itu karena ajakan teman-teman main saya. Saya pernah belajar ilmu tenaga dalam Panji Wulung yang ngetop pada saat itu di kalangan anak muda Kotagede.
Kemudian saya juga belajar tenaga dalam Ngudi Utama. Setelah itu kehidupan saya semakin jauh dari lslam, karena kalau orang lslam itu dzikir dengan subhanallah, subhanallah, tetapi saya membaca mantra-mantra jawa dan mengundang bantuan ghaib dengan memanggil nama guru besar tenaga dalam yang saya ikuti.
Mushaf al-Qur’an pun saya Bakar
Entah pengaruh apa, perangai saya berubah total. Kehidupan mabuk-mabukan, berkelahi, saya geluti setiap hari. Saya dikenal sebagai preman kampung yang lumayan ditakuti orang, karena saya pernah berkelahi dengan pukulan telapak tangan kanan saya yang mengenai dada lawan. la langsung jatuh KO tersungkur dan di dadanya membekas hitam dan panas terbakar, bergambar telapak tangan saya.
Setelah tiga hari, orang itu datang menemui saya untuk minta maaf kepada saya. “Saya beri maaf, tapi jangan berlagak jagoan kalau lewat di kampung saya,” gertak saya waktu itu. Kemudian saya usap dadanya dan hilanglah bekas hitam bergambar telapak tangan saya, ia sembuh seketika.
Waktu itu saya juga belajar bekerja di sebuah bengkel mobil tetangga saya sampai bisa, tetapi hasilnya hanya untuk foya-foya dan mabuk. Meski hidup dalam kegelapan dunia maksiat, saya tetap punya keinginan untuk memperdalam ilmu kanuragan.
Saya sering bertapa di senthong tengah (kamar belakang) berhari-hari, sampai akhirnya saya mendengar bisikan ghaib yang membimbing saya untuk melakukan amalan-amalan khusus. Saya anggap bisikan itu adalah benar yang datangnya dari Allah. Karena saya diperintahkan untuk berpuasa, berdzikir, dan membaca al-Qur’an.
Sampai akhirnya saya dibimbing untuk membuat tulisan Allah dipahat di atas segitiga yang terbuat dari logam perak kemudian membaca al-Qur’an seluruhnya. Setelah khatam membaca al-Qur’an, saya mendapat bisikan untuk membakar mushaf al-Qur’an itu dengan memasukkan segitiga yang bertuliskan lafal Allah.
Dengan demikian seluruh isi al-Qur’an telah merasuk dalam diri saya dan kemukiizatan al-Qur’an merasuk dalam segitiga berlafalkan Allah. Saya turuti bisikan itu dan mushaf al-Qur’an saya bakar sampai habis.
Bisikan ghaib itu muncul lagi agar saya menggunakan segitiga itu sebagai azimat yang suci dengan memberinya gantungan kain kafan putih untuk dikalungkan di leher, dan tidak boleh dibawa ke toilet.
Kehidupan saya semakin hari semakin pekat, bahkan sempat benar-benar putus asa dalam hidup dan menyalahkan Tuhan. Akhirnya saya mencoba bunuh diri dengan menenggak sepuluh botol minuman keras sekaligus sampai saya tidak sadarkan diri.
Alhamdulillah, saya segera mendapat pertolongan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah itu saya kembali sadarkan diri dan selanjutnya boleh pulang. Tetapi saya belum mendapatkan jalan hidup yang menjadikan hidup lebih bermakna. Keseharian saya belum berubah.
Sikap-sikap saya selalu kasar dan wajah saya tampak sangar. Masyarakat saya menilai saya sebagai orang yang sombong, tidak pernah tegur sapa, apalagi senyum kepada orang. Pandangan mata saya pun dianggap liar dan tidak bersahabat.
Ramadhan bulan hidayah
Bulan berkah tiba, yaitu bulan Ramadhan 1416 H/1996 M. ltulah bulan yang membawa perubahan besar bagi hidup saya. Ramadhan saya jalani dengan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Teman saya Mas Agus S mengajak untuk beri’tikaf di masjid dekat rumah.
Ajakan itu saya sambut gembira, sehingga setiap malam setelah tanggal 20 Ramadhan saya tinggal di masjid berdua dengannya untuk membaca al-Qur’an.
Pada malam ke 27 Ramadhan 1416 H saya diajak Mas Agus ke rumah Ustadz Fadhlan di kampung Prenggan Selatan Kotagede. Pada waktu itu Mas Agus minta diruqyah oleh Ustadz Fadhlan. Kemudian Ustadz melakukan ruqyah dan saya hanya menyaksikannya.
Ada sesuatu yang ganjil dalam diri saya ketika melihat prosesi ruqyah itu. Dalam diri saya ada bisikan kuat untuk memukuli Ustadz Fadhlan dan semua mantra-mantra pemanggilan bantuan jin dengan jelas dibisikkan dalam hati saya untuk saya ucapkan, padahal saya sudah lama tidak menggunakan mantra-mantra itu dan sudah lupa. Alhamdulillah, saya masih dapat mengendalikan diri.
Setelah ruqyah selesai, saya dan Mas Agus kembali ke masjid untuk I’tikaf lagi. Apa yang saya rasakan di rumah Ustadz Fadhlan, saya sampaikan kepada Mas Agus. la mengatakan, “Kemungkinan itu adalah bisikan jin yang pernah dimasukkan. Coba saya ruqyah dengan bacaan Al Qur’an.”
Saya diminta untuk berbaring, sedangkan Mas Agus membacakan ayat-ayat dengan tartil ke arah telinga kanan saya. Tubuh saya bergetar ketika awal al-Baqarah dibacakan, semakin lama semakin kuat getaran tubuh saya, kemudian saya tidak sadarkan diri.
Mas Agus menceritakan bahwa jin dalam, tubuh saya begitu banyak dan kuat. “Wah saya tidak sanggup menghadapinya sendirian,” kata Mas Agus. Akhirnya sekitar jam 23.00 saya minta dipanggilkan Ustadz Fadhlan untuk membantu saya.
Jin yang berada dalam tubuh saya sempat menantang dengan kata-kata, “Panggilkan Fadhlan, dia keciiiil nggak ada apa-apanya! Saya ini rajanya jin Kotagede!”
Ustadz Fadhlan datang dan langsung masuk ke ruangan masjid bagian dalam. Jin tampak ketakutan, Ustadz langsung membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa Rasulullah. Jin dalam tubuh saya meronta-ronta kesakitan setelah menerima pukulan dan bacaan ayat-ayat tentang neraka. Jin akhirnya mau diajak dialog dengan Ustadz Fadhlan.
Ustadz membentak: “Siapa kamu dan apa agamamu?”
Jin: “Saya Sekaten. Saya jin komunis!”
Ustadz: “Apakah kamu tidak kenal lslam?”
Jin: “Saya dulu beragama lslam, dan nama saya dulu Abdul Khaliq.”
Ustadz: “Kenapa kamu menjadi jin komunis?”
Jin: “Karena dipaksa masuk komunis dan saya diajak ingkar kepada lslam. Setelah saya masuk komunis nama saya dirubah menjadi Sekaten dan saya dijadikan raja di Kotagede.”
Ustadz: “Bohong kamu! Kamu hanya jin preman. Bertaubatlah kamu kepada Allah!”
Jin: “Kalau saya kembali ke lslam saya pasti dibunuh oleh anak buah saya sendiri.”
Ustadz: “Kalau kamu masuk lslam dengan jujur, kamu lawan mereka dengan takbir, kamu akan dilindungi Allah.”
Jin akhirnya mau masuk lslam dengan dituntun membaca dua kalimah syahadat oleh Ustadz Fadhlan. Tetapi benarkah jin itu masuk lslam dengan setulus hatinya?
Tipu daya syaithan kepada seorang mukmin
Ternyata jin dalam tubuh saya hanya berpura-pura masuk lslam. Jin itu berusaha menipu Ustadz Fadhlan. la minta agar semua orang menyingkir, karena ia akan menyampaikan berita rahasia. Ustadz mengatakan, “Saya tidak butuh berita rahasia dari kamu!” Tetapi jin itu kemudian meminta dengan sangat agar yang lain menjauh, kemudian membisikkan sesuatu. Ustadz Fadhlan mendengarkan bisikan itu, katanya:
1. “Diatas dia ada jenderal jin di Kotagede yaitu jin Mbah Mangil Selokraman.” Jin kemudian menjelaskan cara meruqyahnya harus dengan selembar daun sirih yang kuning ditempelkan di keningnya, maka jin akan keluar.”
2. “la adalah jin komunis yang memimpin gerakan komunis di Kotagede.”
3. “la bersedih, kenapa kamu Fadhlan membakar anak buah saya di Kotagede dengan Ruqyah?”
4. “Kalimat yang paling saya takuti adalah Hasbunallahu wa ni’mal wakil.”
Ustadz Fadhlan melanjutkan ruqyahnya, tanpa mempedulikan bisikan jin itu. Ayat-ayat tentang siksaan terhadap munafiqin dibacakan dengan suara keras. Jin itu menangis kesakitan, dan mengatakan, “Cukup, cukup, jangan diteruskan!” Tetapi Ustadz tetap membacanya.
Tiba-tiba jin itu minta disiapkan seember air. Ustadz Fadhlan bertanya: “Untuk apa seember air?” Jin itu tampak meronta kesakitan dan tampaknya memaksa untuk disiapkan seember air. Jin mengatakan, “Saya mau bunuh diri saja, daripada saya disiksa oleh anak buah saya sendiri dengan dilempari batu.”
Ustadz bertanya: “Bagaimana kamu bunuh diri dengan air?”
Jin: “Saya mau berpindah ke tangannya Mas Kuwat kemudian tangan itu dimasukkan air, dan Ustadz memasukkan tangan kanan Ustadz sambil membaca Hasbunallahu wa ni’mal wakiil terus menerus, saya pasti mati.”
Ustadz: “Hai jin, janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah! Jangan bunuh diri, karena Allah Maha Kasih Sayang terhadap hamba-hamba-Nya. Masuklah lslam dengan setulus hatimu, dan jangan munafik! Kalau kamu sudah masuk lslam kemudian kamu dibunuh, maka kamu mati syahid. Tetapi kalau kamu bunuh diri, maka kamu mati kafir! Segeralah keluar dari tubuh ini!”
Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 01.30. Jin yang sudah yakin dengan kebenaran lslam itu akhirnya mau diajak berdzikir, bertakbir, dan ada keinginan untuk keluar dari badan saya. Tetapi katanya anak buahnya yang banyak tetap menghalanginya untuk keluar dan agar tetap di dalam saya.
Karena sudah malam, Ustadz Fadhlan mulai kelelahan, tetapi semangat membantu saudaranya yang ingin membersihkan diri dari ilmu syirik lebih besar. Jin merasakan adanya perlindungan dari Allah ketika membaca hasbunallahu wa ni’mal wakil, meskipun anak buahnya selalu ingin menyerangnya.
Akhirnya jin itu rupanya tahu diri, agar tidak mengganggu orang kampung sekitar masjid, ia minta dibantu dzikir banyak orang di lapangan Karang Kotagede. Ustadz Fadhlan meminta bantuan jamaah I’tikaf dari Masjid Mu’adz bin Jabal untuk membawa saya ke lapangan.
Mobil carry yang disopiri pemiliknya sendiri, Pak Muhaimin segera datang dengan beberapa jamaah. Saya diangkat ke dalam mobil sambil dibacakan dzikir hasbunallahu wa ni’mal wakil sampai ke tengah lapangan. Kemudian mobil berhenti dan saya diturunkan dari mobil dengan digotong.
Lima belasan peserta I’tikaf dari Masjid Mu’adz Bin Jabal membantu memegangi saya agar bisa berdiri sambil membaca dzikir terus. Ayat Kursi dikumandangkan oleh mereka dengan suara yang keras dan tartil memecah keheningan malam 27 Ramadhan tahun itu. Berpuluh-puluh kali jin berusaha keluar dari jasad saya, tetapi selalu gagal karena ada kekuatan lain yang menghalanginya.
Jin muslim Abdul Khaliq yang dikembalikan kepada nama aslinya oleh Ustadz Fadhlan itu telah yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah jika banyak berdzikir dan membaca ayat kursi, maka jin muslim itu pun ikut berdzikir dan membaca ayat kursi yang dilantunkan oleh para peserta l’tikaf itu.
Sesekali jin itu teriak bahwa ada yang menghalangi dari atas kepala, ada yang melempar dari kanan, kiri, depan dan belakang. Seluruh yang meruqyah saya semakin yakin adanya permusuhan antara manusia muslim dan jin kafir, maka Ustadz Fadhlan member komando supaya semua baca “Hasbunallahu wa ni’mal wakil” dengan keras.
Seluruh yang hadir sudah mulai tampak capek, suara dzikir dan bacaan Qur’an mereka mulai menurun. Ustadz Fadhlan mengambil inisiatif agar seluruh ikhwan berkeliling membentuk lingkaran sambil membaca ayat Kursi dengan keras untuk membentengi saya, sehingga proses keluarnya mantan jin preman itu bisa lancar tanpa gangguan jin kafir lainnya.
Akhirnya, semua hanya pasrah dan memohon kemudahan urusan kepada Allah semata dan kemudian berusaha mendirikan saya sambil terus berdzikir. Jin dengan susah payah keluar meninggalkan jasad saya sambil mengucapkan, “Assalamu ’alaikum.” Jasad saya seperti terangkat kemudian lemas dan saya pun mulai sadarkan diri.
Saya menangis tersedu-sedu sambil sujud syukur di tengah lapangan dan diikuti oleh Ustadz Fadhlan dan semua jamaah yang membantu ruqyah. Jam telah menunjukkan pukul 03.00 pagi, saat petugas piket mengambil makanan sahur untuk peserta I’tikaf. Saya berjalan lemas dituntun Ustadz Fadhlan menuju masjid Mu’adz yang hanya berjarak 50 m untuk beristirahat dan makan sahur.
Kutemukan makna hidupku
Saya benar-benar lemah setelah itu. Ramadhan tersisa tinggal tiga hari, namun saya tetap puasa hingga tibalah ldul Fitri. Pada hari raya itulah, saya benar-benar tidak punya tenaga, tidak bisa bangun. Badan ini seperti tidak punya tulang. Tetapi saya tetap makan dan minum serta menjalankan shalat. Kemudian pada hari kedua saya mulai bisa bangun dan punya tenaga lagi.
Peristiwa ruqyah di akhir Ramadhan itu telah merubah kehidupan saya berbalik 180 derajat. Saya yang sebelumnya tidak pernah tegur sapa menjadi orang yang mudah bertegur sapa, memberi salam, memberi senyum, dan perubahan semacam ini dirasakan juga oleh masyarakat saya, keluarga saya terutama ibu saya sangat bahagia.
Memang ibu saya mengatakan, “Pengajian (maksudnya ruqyah) di masjid itu, sebenarnya saya tidak tahu, karena saya di rumah barat. Tetapi yang saya dengar bahwa anak saya kesurupan, terus yang mengobati kewalahan dan mengundang gurunya.”
Setelah itu saya benar-benar mendapatkan kehidupan saya. Saya kemudian pindah kerja. Saya kerja di rental mobil, karir saya cepat sekali menanjak sampai menyamai bahkan lebih dari manajer saya. Dan kemudian buka rental mobil sendiri di Jalan Taman Siswo.
Urusan dunia ternyata membuat saya lengah, bahkan shalat saya mulai mengendor. Akhirnya Allah beri cobaan yang berat, yaitu mobil yang saya setir mengalami kecelakaan yang serius, mobil saya hancur, tetapi saya Alhamdulillah tidak apa-apa. Setelah itu usaha saya jadi mundur dan akhirnya tutup. Akhirnya saya menjadi seorang sopir taksi di Yogyakata sampai sekarang.
Saya merasakan kepedihan dan derita hidup yang berat setelah saya tinggalkan shalat lagi. Lebih parah lagi, jin-jin yang dulu sudah banyak keluar itu masuk lagi. Saya sadar ada jin yang masuk lagi karena jin mengingatkan mantra-mantra lama yang sudah saya lupakan. Waktu itu saya juga ingin ketemu Ustadz Fadhlan untuk minta ruqyah lagi, akan tetapi berkali-kali saya ke rumahnya tidak pernah ketemu.
Perlu Ruqyah lagi
Saya sempat mengeluhkan masalah saya, yaitu kalau sedang rajin ibadah dan sungguh-sungguh, maka hari-hari berikutnya pasti menghadapi godaan syetan yang lebih dahsyat.
Ustadz Fadhlan menjawab, “Syaithan itu makhluk pendendam, ketika Anda taat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka berarti Anda telah berkhianat besar kepada syetan. Ketika syetan merasa dikhianati oleh Anda, maka syetan berusaha keras untuk melampiaskan dendamnya itu dengan menggoda lebih serius. Tetapi ketika Anda tidak beribadah dengan baik, maka syetan merasa sudah berhasil menggoda Anda.”
Saya bertekad ingin memperbaiki diri lagi di bulan suci ini dan membersihkan diri dari pengaruh jin-jin jahat yang selama ini mengganggu konsentrasi ibadah saya.
Saya tinggal di sebelah barat mushalla kecil yang berbilik bambu. Di situlah saya belajar mengaji dari seorang guru. Kini mushalla itu sudah berubah menjadi sebuah masjid megah yang pernah diresmikan oleh Ketua PP. Muhammadiyah KH. AR. Fahruddin (almarhum) di awal tahun 90-an.
Saya lulus dari MAN Yogyakarta tahun 1990. Sejak remaja saya sudah tertarik dengan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, tenaga dalam dan kesaktian. Hal itu karena ajakan teman-teman main saya. Saya pernah belajar ilmu tenaga dalam Panji Wulung yang ngetop pada saat itu di kalangan anak muda Kotagede.
Kemudian saya juga belajar tenaga dalam Ngudi Utama. Setelah itu kehidupan saya semakin jauh dari lslam, karena kalau orang lslam itu dzikir dengan subhanallah, subhanallah, tetapi saya membaca mantra-mantra jawa dan mengundang bantuan ghaib dengan memanggil nama guru besar tenaga dalam yang saya ikuti.
Mushaf al-Qur’an pun saya Bakar
Entah pengaruh apa, perangai saya berubah total. Kehidupan mabuk-mabukan, berkelahi, saya geluti setiap hari. Saya dikenal sebagai preman kampung yang lumayan ditakuti orang, karena saya pernah berkelahi dengan pukulan telapak tangan kanan saya yang mengenai dada lawan. la langsung jatuh KO tersungkur dan di dadanya membekas hitam dan panas terbakar, bergambar telapak tangan saya.
Setelah tiga hari, orang itu datang menemui saya untuk minta maaf kepada saya. “Saya beri maaf, tapi jangan berlagak jagoan kalau lewat di kampung saya,” gertak saya waktu itu. Kemudian saya usap dadanya dan hilanglah bekas hitam bergambar telapak tangan saya, ia sembuh seketika.
Waktu itu saya juga belajar bekerja di sebuah bengkel mobil tetangga saya sampai bisa, tetapi hasilnya hanya untuk foya-foya dan mabuk. Meski hidup dalam kegelapan dunia maksiat, saya tetap punya keinginan untuk memperdalam ilmu kanuragan.
Saya sering bertapa di senthong tengah (kamar belakang) berhari-hari, sampai akhirnya saya mendengar bisikan ghaib yang membimbing saya untuk melakukan amalan-amalan khusus. Saya anggap bisikan itu adalah benar yang datangnya dari Allah. Karena saya diperintahkan untuk berpuasa, berdzikir, dan membaca al-Qur’an.
Sampai akhirnya saya dibimbing untuk membuat tulisan Allah dipahat di atas segitiga yang terbuat dari logam perak kemudian membaca al-Qur’an seluruhnya. Setelah khatam membaca al-Qur’an, saya mendapat bisikan untuk membakar mushaf al-Qur’an itu dengan memasukkan segitiga yang bertuliskan lafal Allah.
Dengan demikian seluruh isi al-Qur’an telah merasuk dalam diri saya dan kemukiizatan al-Qur’an merasuk dalam segitiga berlafalkan Allah. Saya turuti bisikan itu dan mushaf al-Qur’an saya bakar sampai habis.
Bisikan ghaib itu muncul lagi agar saya menggunakan segitiga itu sebagai azimat yang suci dengan memberinya gantungan kain kafan putih untuk dikalungkan di leher, dan tidak boleh dibawa ke toilet.
Kehidupan saya semakin hari semakin pekat, bahkan sempat benar-benar putus asa dalam hidup dan menyalahkan Tuhan. Akhirnya saya mencoba bunuh diri dengan menenggak sepuluh botol minuman keras sekaligus sampai saya tidak sadarkan diri.
Alhamdulillah, saya segera mendapat pertolongan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah itu saya kembali sadarkan diri dan selanjutnya boleh pulang. Tetapi saya belum mendapatkan jalan hidup yang menjadikan hidup lebih bermakna. Keseharian saya belum berubah.
Sikap-sikap saya selalu kasar dan wajah saya tampak sangar. Masyarakat saya menilai saya sebagai orang yang sombong, tidak pernah tegur sapa, apalagi senyum kepada orang. Pandangan mata saya pun dianggap liar dan tidak bersahabat.
Ramadhan bulan hidayah
Bulan berkah tiba, yaitu bulan Ramadhan 1416 H/1996 M. ltulah bulan yang membawa perubahan besar bagi hidup saya. Ramadhan saya jalani dengan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Teman saya Mas Agus S mengajak untuk beri’tikaf di masjid dekat rumah.
Ajakan itu saya sambut gembira, sehingga setiap malam setelah tanggal 20 Ramadhan saya tinggal di masjid berdua dengannya untuk membaca al-Qur’an.
Pada malam ke 27 Ramadhan 1416 H saya diajak Mas Agus ke rumah Ustadz Fadhlan di kampung Prenggan Selatan Kotagede. Pada waktu itu Mas Agus minta diruqyah oleh Ustadz Fadhlan. Kemudian Ustadz melakukan ruqyah dan saya hanya menyaksikannya.
Ada sesuatu yang ganjil dalam diri saya ketika melihat prosesi ruqyah itu. Dalam diri saya ada bisikan kuat untuk memukuli Ustadz Fadhlan dan semua mantra-mantra pemanggilan bantuan jin dengan jelas dibisikkan dalam hati saya untuk saya ucapkan, padahal saya sudah lama tidak menggunakan mantra-mantra itu dan sudah lupa. Alhamdulillah, saya masih dapat mengendalikan diri.
Setelah ruqyah selesai, saya dan Mas Agus kembali ke masjid untuk I’tikaf lagi. Apa yang saya rasakan di rumah Ustadz Fadhlan, saya sampaikan kepada Mas Agus. la mengatakan, “Kemungkinan itu adalah bisikan jin yang pernah dimasukkan. Coba saya ruqyah dengan bacaan Al Qur’an.”
Saya diminta untuk berbaring, sedangkan Mas Agus membacakan ayat-ayat dengan tartil ke arah telinga kanan saya. Tubuh saya bergetar ketika awal al-Baqarah dibacakan, semakin lama semakin kuat getaran tubuh saya, kemudian saya tidak sadarkan diri.
Mas Agus menceritakan bahwa jin dalam, tubuh saya begitu banyak dan kuat. “Wah saya tidak sanggup menghadapinya sendirian,” kata Mas Agus. Akhirnya sekitar jam 23.00 saya minta dipanggilkan Ustadz Fadhlan untuk membantu saya.
Jin yang berada dalam tubuh saya sempat menantang dengan kata-kata, “Panggilkan Fadhlan, dia keciiiil nggak ada apa-apanya! Saya ini rajanya jin Kotagede!”
Ustadz Fadhlan datang dan langsung masuk ke ruangan masjid bagian dalam. Jin tampak ketakutan, Ustadz langsung membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa Rasulullah. Jin dalam tubuh saya meronta-ronta kesakitan setelah menerima pukulan dan bacaan ayat-ayat tentang neraka. Jin akhirnya mau diajak dialog dengan Ustadz Fadhlan.
Ustadz membentak: “Siapa kamu dan apa agamamu?”
Jin: “Saya Sekaten. Saya jin komunis!”
Ustadz: “Apakah kamu tidak kenal lslam?”
Jin: “Saya dulu beragama lslam, dan nama saya dulu Abdul Khaliq.”
Ustadz: “Kenapa kamu menjadi jin komunis?”
Jin: “Karena dipaksa masuk komunis dan saya diajak ingkar kepada lslam. Setelah saya masuk komunis nama saya dirubah menjadi Sekaten dan saya dijadikan raja di Kotagede.”
Ustadz: “Bohong kamu! Kamu hanya jin preman. Bertaubatlah kamu kepada Allah!”
Jin: “Kalau saya kembali ke lslam saya pasti dibunuh oleh anak buah saya sendiri.”
Ustadz: “Kalau kamu masuk lslam dengan jujur, kamu lawan mereka dengan takbir, kamu akan dilindungi Allah.”
Jin akhirnya mau masuk lslam dengan dituntun membaca dua kalimah syahadat oleh Ustadz Fadhlan. Tetapi benarkah jin itu masuk lslam dengan setulus hatinya?
Tipu daya syaithan kepada seorang mukmin
Ternyata jin dalam tubuh saya hanya berpura-pura masuk lslam. Jin itu berusaha menipu Ustadz Fadhlan. la minta agar semua orang menyingkir, karena ia akan menyampaikan berita rahasia. Ustadz mengatakan, “Saya tidak butuh berita rahasia dari kamu!” Tetapi jin itu kemudian meminta dengan sangat agar yang lain menjauh, kemudian membisikkan sesuatu. Ustadz Fadhlan mendengarkan bisikan itu, katanya:
1. “Diatas dia ada jenderal jin di Kotagede yaitu jin Mbah Mangil Selokraman.” Jin kemudian menjelaskan cara meruqyahnya harus dengan selembar daun sirih yang kuning ditempelkan di keningnya, maka jin akan keluar.”
2. “la adalah jin komunis yang memimpin gerakan komunis di Kotagede.”
3. “la bersedih, kenapa kamu Fadhlan membakar anak buah saya di Kotagede dengan Ruqyah?”
4. “Kalimat yang paling saya takuti adalah Hasbunallahu wa ni’mal wakil.”
Ustadz Fadhlan melanjutkan ruqyahnya, tanpa mempedulikan bisikan jin itu. Ayat-ayat tentang siksaan terhadap munafiqin dibacakan dengan suara keras. Jin itu menangis kesakitan, dan mengatakan, “Cukup, cukup, jangan diteruskan!” Tetapi Ustadz tetap membacanya.
Tiba-tiba jin itu minta disiapkan seember air. Ustadz Fadhlan bertanya: “Untuk apa seember air?” Jin itu tampak meronta kesakitan dan tampaknya memaksa untuk disiapkan seember air. Jin mengatakan, “Saya mau bunuh diri saja, daripada saya disiksa oleh anak buah saya sendiri dengan dilempari batu.”
Ustadz bertanya: “Bagaimana kamu bunuh diri dengan air?”
Jin: “Saya mau berpindah ke tangannya Mas Kuwat kemudian tangan itu dimasukkan air, dan Ustadz memasukkan tangan kanan Ustadz sambil membaca Hasbunallahu wa ni’mal wakiil terus menerus, saya pasti mati.”
Ustadz: “Hai jin, janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah! Jangan bunuh diri, karena Allah Maha Kasih Sayang terhadap hamba-hamba-Nya. Masuklah lslam dengan setulus hatimu, dan jangan munafik! Kalau kamu sudah masuk lslam kemudian kamu dibunuh, maka kamu mati syahid. Tetapi kalau kamu bunuh diri, maka kamu mati kafir! Segeralah keluar dari tubuh ini!”
Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 01.30. Jin yang sudah yakin dengan kebenaran lslam itu akhirnya mau diajak berdzikir, bertakbir, dan ada keinginan untuk keluar dari badan saya. Tetapi katanya anak buahnya yang banyak tetap menghalanginya untuk keluar dan agar tetap di dalam saya.
Karena sudah malam, Ustadz Fadhlan mulai kelelahan, tetapi semangat membantu saudaranya yang ingin membersihkan diri dari ilmu syirik lebih besar. Jin merasakan adanya perlindungan dari Allah ketika membaca hasbunallahu wa ni’mal wakil, meskipun anak buahnya selalu ingin menyerangnya.
Akhirnya jin itu rupanya tahu diri, agar tidak mengganggu orang kampung sekitar masjid, ia minta dibantu dzikir banyak orang di lapangan Karang Kotagede. Ustadz Fadhlan meminta bantuan jamaah I’tikaf dari Masjid Mu’adz bin Jabal untuk membawa saya ke lapangan.
Mobil carry yang disopiri pemiliknya sendiri, Pak Muhaimin segera datang dengan beberapa jamaah. Saya diangkat ke dalam mobil sambil dibacakan dzikir hasbunallahu wa ni’mal wakil sampai ke tengah lapangan. Kemudian mobil berhenti dan saya diturunkan dari mobil dengan digotong.
Lima belasan peserta I’tikaf dari Masjid Mu’adz Bin Jabal membantu memegangi saya agar bisa berdiri sambil membaca dzikir terus. Ayat Kursi dikumandangkan oleh mereka dengan suara yang keras dan tartil memecah keheningan malam 27 Ramadhan tahun itu. Berpuluh-puluh kali jin berusaha keluar dari jasad saya, tetapi selalu gagal karena ada kekuatan lain yang menghalanginya.
Jin muslim Abdul Khaliq yang dikembalikan kepada nama aslinya oleh Ustadz Fadhlan itu telah yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah jika banyak berdzikir dan membaca ayat kursi, maka jin muslim itu pun ikut berdzikir dan membaca ayat kursi yang dilantunkan oleh para peserta l’tikaf itu.
Sesekali jin itu teriak bahwa ada yang menghalangi dari atas kepala, ada yang melempar dari kanan, kiri, depan dan belakang. Seluruh yang meruqyah saya semakin yakin adanya permusuhan antara manusia muslim dan jin kafir, maka Ustadz Fadhlan member komando supaya semua baca “Hasbunallahu wa ni’mal wakil” dengan keras.
Seluruh yang hadir sudah mulai tampak capek, suara dzikir dan bacaan Qur’an mereka mulai menurun. Ustadz Fadhlan mengambil inisiatif agar seluruh ikhwan berkeliling membentuk lingkaran sambil membaca ayat Kursi dengan keras untuk membentengi saya, sehingga proses keluarnya mantan jin preman itu bisa lancar tanpa gangguan jin kafir lainnya.
Akhirnya, semua hanya pasrah dan memohon kemudahan urusan kepada Allah semata dan kemudian berusaha mendirikan saya sambil terus berdzikir. Jin dengan susah payah keluar meninggalkan jasad saya sambil mengucapkan, “Assalamu ’alaikum.” Jasad saya seperti terangkat kemudian lemas dan saya pun mulai sadarkan diri.
Saya menangis tersedu-sedu sambil sujud syukur di tengah lapangan dan diikuti oleh Ustadz Fadhlan dan semua jamaah yang membantu ruqyah. Jam telah menunjukkan pukul 03.00 pagi, saat petugas piket mengambil makanan sahur untuk peserta I’tikaf. Saya berjalan lemas dituntun Ustadz Fadhlan menuju masjid Mu’adz yang hanya berjarak 50 m untuk beristirahat dan makan sahur.
Kutemukan makna hidupku
Saya benar-benar lemah setelah itu. Ramadhan tersisa tinggal tiga hari, namun saya tetap puasa hingga tibalah ldul Fitri. Pada hari raya itulah, saya benar-benar tidak punya tenaga, tidak bisa bangun. Badan ini seperti tidak punya tulang. Tetapi saya tetap makan dan minum serta menjalankan shalat. Kemudian pada hari kedua saya mulai bisa bangun dan punya tenaga lagi.
Peristiwa ruqyah di akhir Ramadhan itu telah merubah kehidupan saya berbalik 180 derajat. Saya yang sebelumnya tidak pernah tegur sapa menjadi orang yang mudah bertegur sapa, memberi salam, memberi senyum, dan perubahan semacam ini dirasakan juga oleh masyarakat saya, keluarga saya terutama ibu saya sangat bahagia.
Memang ibu saya mengatakan, “Pengajian (maksudnya ruqyah) di masjid itu, sebenarnya saya tidak tahu, karena saya di rumah barat. Tetapi yang saya dengar bahwa anak saya kesurupan, terus yang mengobati kewalahan dan mengundang gurunya.”
Setelah itu saya benar-benar mendapatkan kehidupan saya. Saya kemudian pindah kerja. Saya kerja di rental mobil, karir saya cepat sekali menanjak sampai menyamai bahkan lebih dari manajer saya. Dan kemudian buka rental mobil sendiri di Jalan Taman Siswo.
Urusan dunia ternyata membuat saya lengah, bahkan shalat saya mulai mengendor. Akhirnya Allah beri cobaan yang berat, yaitu mobil yang saya setir mengalami kecelakaan yang serius, mobil saya hancur, tetapi saya Alhamdulillah tidak apa-apa. Setelah itu usaha saya jadi mundur dan akhirnya tutup. Akhirnya saya menjadi seorang sopir taksi di Yogyakata sampai sekarang.
Saya merasakan kepedihan dan derita hidup yang berat setelah saya tinggalkan shalat lagi. Lebih parah lagi, jin-jin yang dulu sudah banyak keluar itu masuk lagi. Saya sadar ada jin yang masuk lagi karena jin mengingatkan mantra-mantra lama yang sudah saya lupakan. Waktu itu saya juga ingin ketemu Ustadz Fadhlan untuk minta ruqyah lagi, akan tetapi berkali-kali saya ke rumahnya tidak pernah ketemu.
Perlu Ruqyah lagi
Saya sempat mengeluhkan masalah saya, yaitu kalau sedang rajin ibadah dan sungguh-sungguh, maka hari-hari berikutnya pasti menghadapi godaan syetan yang lebih dahsyat.
Ustadz Fadhlan menjawab, “Syaithan itu makhluk pendendam, ketika Anda taat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka berarti Anda telah berkhianat besar kepada syetan. Ketika syetan merasa dikhianati oleh Anda, maka syetan berusaha keras untuk melampiaskan dendamnya itu dengan menggoda lebih serius. Tetapi ketika Anda tidak beribadah dengan baik, maka syetan merasa sudah berhasil menggoda Anda.”
Saya bertekad ingin memperbaiki diri lagi di bulan suci ini dan membersihkan diri dari pengaruh jin-jin jahat yang selama ini mengganggu konsentrasi ibadah saya.
0 comments:
Post a Comment