Dahsyatnya Ruqyah dan Kedokteran Modern
Hasan Bishri, Lc. (Direktur Graha Ruqyah Salemba Jakarta 0815 816 7874)
Muqoddimah
Bismillah wal Hamdulillah. Sebagai seorang mukmin kita harus yakin bahwa; Tidak ada pertentangan antara agama islam dengan ilmu pengetahuan apapun, termasuk ilmu kedokteran modern. Al-Qur'an adalah kitab suci yang sudah tidak diragukan kebenaranya. Banyak teori-teori ilmu kedokteran modern yang termaktub di dalam al-Qur'an, diantaranya adalah proses penciptaan manusia yang kebenarannya tak terbantahkan oleh ilmu kedokteran modern.
Semua penyakit berasal dari Allah begitu juga obat (kesembuhan). Semuanya berlaku dan berlangsung atas kehendak dan izin-Nya. Manusia hanya bisa berusaha untuk mencari obat atau kesembuhan untuk jenis penyakit yang menimpanya. Ada penyakit yang sembuh saat telah diobati oleh seorang dokter atau tabib. Ada penyakit yang sembuh tanpa sentuhan tangan dokter atau tabib. Ada juga penyakit yang sembuh dengan konsumsi obat-obatan alami atau herbal. Maka dari itu dalam mencari kesembuhan atas suatu penyakit jangan memakai obat yang diharamkan Allah, atau melakukan tindakan yang berunsur syirik (menyekutukan Allah).
Unsur Penciptaan Manusia
Unsur Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki tiga unsur, yaitu akal, jasad, dan ruh. Akal dapat kita ketahui dari pola pikirnya dan dari kemampuannya memecahkan masalah serta kemampuannya dalam menganalisa suatu fenomena alam. Jasad seseorang dapat kita ketahui melalui panca indera kita. Ruh, paling mudah kita rasakan dari kemauan seseorang untuk hidup dan menjalani kehidupannya.
Memang gangguan jin dan sihir sifatnya kasat mata. Namun hal ini jangan membuat kita berkesimpulan bahwa gangguan tersebut tidak ada. Sebelum ditemukannya sinar X dan CT-Scan (Computerized Tomography Scaning), suatu alat untuk memeriksa otak, para dokter tidak dapat membuat suatu diagnosis pasti suatu patah tulang (fraktur) dan adanya gangguan di otak, misalnya suatu pendarahan di otak.
Penemuan-penemuan alat Diagnostik tersebut telah banyak membantu dokter dalam mengobati penyakit-penyakit tersebut. Kedua alat inilah sebagai modalitas untuk mendiagnosis adanya gangguan di otak. Untuk gangguan jin dan sihir, Allah telah menciptakan modalitas yang hebat dan memberikannya kepada seluruh manusia. Modalitas itu adalah bacaan ayat-ayat dan do’ado’a yang telah diajarkan Rasulullah untuk mendiagnostik adanya gangguan jin dan sihir.
Hubungan Manusia dan Jin
Hal yang perlu digarisbawahi adalah, kita sebagai manusia tidak akan pernah bisa melihat jin dalam bentuk aslinya. Sebagaimana Allah tetapkan hal itu dalam surat al-A’rof ayat 27, kecuali para nabi dan rasul yang dapat vasiltias wahyu dari Dzat yang telah memilih dan mengutus mereka. Manusia yang mengaku bisa melihat jin dalam bentuk aslinya, sebenarnya dia menggunakan jin juga.
Logikanya sederhana sekali. Lumba-lumba berkomunikasi menggunakan suara-suara yang hanya bisa dimengerti sesamanya. Manusiapun begitu, demikian juga halnya dengan bangsa jin. Inilah suatu ke-Maha Besaran Allah SWT. Jika manusia bisa melihat jin maka tidak akan ada manusia yang bisa tidur dan melakukan apapun dengan tenang, karena hampir setiap saat dia akan melihat jin dengan bermacam-macam sosok yang menyeramkan.
Di dalam dunia kedokteran modern, kini dikembangkan suatu pendekatan yang sifatnya holistik dan integralistik untuk proses kesembuhan pasien. Pendekatan ini mewajibkan seorang dokter sebaiknya tidak hanya melihat pasien dari penyakitnya saja, namun harus dapat melihat sejauh mana penyakitnya telah membawa dampak terhadap hidup dan seluruh aspek kehidupannya. Pendekatan ini lahir atas makin terkotak-kotaknya pelayanan di bidang kedokteran dengan banyaknya spesialistik dan sub-spesialistik. Pendekatan ini menurut saya, juga lahir sebagai usahan untuk memberikan pelayanan kedokteran yang paripurna dengan memandang manusia seutuhnya yang memiliki akal, jasa dan ruh.
Standar Tindakan Medis
Memang dalam ilmu kedokteran modern, sebuah terapi harus dapat memenuhi prinsip reproduceability, yaitu bila terapi ini diulang dan dilakukan kepada orang lain akan memberikan efek kesembuhan yang sama. Menurut pengalaman saya selama di Klinik Ghoib, terapi ruqyah telah memenuhi prinsip ini. Banyak pasien yang mengalami gejala awal seperti gejala pasien-pasien psikiatrik dan psikosomatik mengaku merasa lebih baik setelah diterapi ruqyah. Ada beberapa pasien yang bahkan telah berobat ke banyak rumah sakit, ke banyak dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis, dan mereka mengaku merasa lebih baik keadaanya setelah diterapi ruqyah. Padahal mereka telah diobati dengan obat-obatan dan teknik pengobatan yang modern sekalipun.
Dari uraian-uraian di atas, saya tidak bermaksud untuk membandingkan antara dunia kedokteran modern dengan terapi ruqyah. Seorang dokter, sudah seyogyanya memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasien dengan tujuan akhir menyembuhkan penyakitnya. Minimal berusaha untuk menghilangkan gejalanya, disamping harus berusaha semampu mungkin untuk mencari dan kemudian menghilangkan penyebabnya.
Tulisan saya buat untuk memaparkan suatu terapi baru yang mungkin bisa teman-teman sejawat pertimbangkan jika ada pasien dengan gejala-gejala awal mirip dengan gejala psikiatrik dan gejala psikosomatik, namun setelah kita terapi dalam jangka waktu yang cukup lama dan dengan pengobatan yang kita berikan tidak memberikan perbaikan, maka bukan suatu hal yang memalukan atau hina jika kita coba (anjurkan pasien) melakukan terapi ruqyah.
Dalam sumpah dokter, para dokter bukankah diharuskan memberikan kemampuan terbaik yang kita miliki untuk kesembuhan pasien?. Namun alangkah naifnya jika kita selalu menutup diri dari metode-metode baru dalam penyembuhan yang telah terbukti kebenarannya karena arogansi-arogansi yang kita miliki. Hal inilah yang justru menutup diri untuk meningkatkan kemampuan kita dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan paripurna kepada pasien.
Dahsyatnya Kolaborasi Ruqyah dengan Ilmu Kedokteran
Alangkah baikya kalau pengobatan Ruqyah Syar’iiyah dipadukan dengan pengobatan kedokteran modern, karena anata keuanya tidak ada pertentangan atau kontradiksi. Keduanya bisa saling melengkapi dan saling menguatkan sebagai upaya manusia untuk mencari kesembuhan dari Allah (berobat). Perpaduan yang sangat tepat, karena menggabungkan terapi yang bersumber dari wahyu (Ruqyah syar’iyah) dengan terapi yang bersumber dari pengetahuan ilmiyah (kedokteran modern). Dan hasilnya tentu lebih maksimal dan dahsyat tiada tara.
Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Tidak ada pertentangan antara menggunakan obat-obatan halal yang diresepkan oleh dokter dengan menggunakan pengobatan keimanan misalnya ruqyah dan ta’widzat Syar’iyyah dan do’a-do’a yang shahih (Ruqyah). Maka dimungkinkan mengkombinasi antara keduanya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh tercatat di hadits shahih bahwa beliau juga menggunakan obat-obatan ini dan itu.” (Syekh al-’Utsaimin di Fatawa Islamiyah no. 466)
Penutup
Terapi ruqyah menggunakan ayat-ayat suci al-Qur'an untuk menghilangkan gangguan jin dan sihir. Namun masyarakat jangan mudah ditipu dengan terapi serupa tapi tak sama, yang dalam tekniknya menggunakan jin dan sihir yang lebih hebat dan kuat, untuk mengusi Jin yang ada di tubuh pasien. Ibaratnya untuk mengusir tikus maka dipakailah kucing.
Terapi-terapi ini mempunyai ciri-ciri adanya persyaratan khusus dan amalan-amalan yang harus dilakukan pasien dengan tidak wajar dan tidak rasional. Terapi ruqyah tidak memberikan syarat apapun untuk penyembuhan, hanya menyarankan agar pasien dapat memperbaiki ibadahnya sesuai dengan apa yang ada di al-Qur'an dan as-Sunnah. Wallohu a'lam.
0 comments:
Post a Comment