Saturday, September 13, 2014

KESALAHAN KYAI M. LUTHFI GHOZALI MEMAHAMI HAKIKAT JIN QARIN MANUSIA

by ustad ; Perdana Akhmad,S.Psi

Kyai M. Luthfi Ghozali mengatakan (pada halaman 257) dalam bukunya :
Berkat anugerah Allah ta’ala kepada hamba-Nya, Jin Qarin yang asalnya kafir menjadi Islam. Ia akhirnya justru membantu manusia yang diikutinya untuk melaksanakan kebajikan yang hakiki. Demikian yang telah dinyatakan Rasulullah perihal yang terjadi kepada dirinya:
“Tidak seorangpun dari kalian kecuali telah diserahi Qarin dari Jin. Para sahabat bertanya, ‘kepadamu juga wahai rasulullah?’. Beliau bersabda, ‘Kepadaku juga, hanya saja Allah telah menolongku untuk menghadapinya, sehingga ia masuk Islam dan tidak menolongku kecuali kepada kebaikan’.” (HR. Muslim, no. 5034)
Makhluk jin yang tercipta sebagai musuh manusia bahkan bisa menjadi pembantu-pembantu setia manusia atau yang disebut khadam. Hal itu bukan karena manusia telah menjadi sakti mandraguna, melainkan semata-mata karena terjadi atas pelaksanaan sunnatullah yang sejak ditetapkan-Nya untuk selama-lamanya tidak akan ada perubahan. Hal tersebut sebagai bentuk anugerah terbesar menusia. Dengan sunah itu, manusia dapat menjalankan fungsi utamanya yaitu sebagai Khalifah Bumi zamannya.
Kyai M. Luthfi Ghozali mengatakan (pada halaman 97-101) dalam bukunya :
“Qarin” menurut bahasa artinya teman, maka jin Qarin itu adalah jin teman manusia yang diikutinya. Artinya, fungsi keberadaannya adalah sebagai teman bagi manusia yang diikuti, atau sebagai penyeimbang kehidupan manusia dari aspek yang positif. Jin Qarin juga bertugas menjaga manusia dari gangguan jin, tetapi karena dia dari dimensi jin, dalam keadaan tertentu keberadaan jin Qarin dapat mengakibatkan dampak yang negatif bagi manusia yang dijaganya. Konkritnya: ketika manusia yang selalu dijaganya terlalu sering dimasuki makhluk jin selain dirinya dan bahkan yang memasuki lebih dari satu jin. Secara bergantian, supaya manusia yang menjadi tanggungannya tidak dimasuki lagi oleh jin yang lain, maka manusia itu dimasuki sendiri oleh jin Qarinnya. Akibatnya, Jin Qarin itu tidak dapat dikeluarkan lagi dari wilayah kesadaran manusia.
Manusia lain yang berada di sekeliling yang sedang dimasuki jin Qarin tidak banyak memahami hal. Ini. Mereka tidak mengetahui bahwa yang sedang menguasai kesadaran manusia itu adalah jin Qarinnya sendiri yang sebenarnya sedang melindungi manusia tersebut dari gangguan jin lain. Akibatnya, terjadilah salah penanganan. Oleh karena ditangani dengan cara yang salah, maka terjadilah salah paham antara manusia yang menolong dengan jin Qarin yang juga dalam rangka menolong manusia tersebut. Keadaan seperti inilah yang sering terjadi dilapangan sehingga jika terjadi salah penanganan mengakibatkan kematian orang yang sedang dirasuki Jin Qarin ini.[1]
Seandainya cara penanganan tersebut dengan saling pengertian yang mendalam terhadap rahasia ini. Menangani dengan keahlian dan pengalaman dalam menyembuhkan penyakit akibat  gangguan jin sehingga seorang yang ahli tersebut mampu mengenali dan membaca tanda-tanda yang ada, maka resiko kematian dapat dihindari.
Seperti yang disampaikan di awal pembicaraan bahwa, Jin Qarin adalah jenis jin yang menjadi teman manusia. Fungsi keberadaan jin Qarin yang merasuki manusia tidak membahayakan bagi kehidupan manusia yang dirasukinya, bahkan selalu membantu, asal manusianya memahami dengan benar.
Kebutuhan dalam menangani beberapa contoh kejadian di atas adalah pengenalan dan kesabaran yang prima, baik dari yang menagani maupun dari keluarga pasien. Seorang ahli harus mampu melakukan pendekatan kejiwaan penderita disertai dengan pemahaman tentang kejiwaan jin yang mendalam. Walaupun Jin Qarin tidak dapat dikeluarkan lagi dari tubuh manusia, manusia itu tetap dapat menjalani kehidupannya dengan normal bahkan akan mendapatkan kelebihan-kelebihan hidup yang tidak mudah didapatkan orang biasa.
Ketika pertama kali jin Qarin itu masuk ke tubuh manusia, saat itu juga sudah dapat dibaca tanda-tandanya dengan jelas. Tanda-tanda itu diantaranya:
  1. Keadaan orang yang baru dimasuki Jin Qarin menjadi seperti anak kecil lagi bahkan seperti bayi. Mereka membuang kotoran dan kencing disembarang tempat, tidak isa makan sendiri, tidak bisa memakai pakaian sendiri, minta dimandikan kalau jinnya sudah jinak. Kalau belum jinak ia tidak mau mandi, minta disuapi, dan sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi manakala antara yang mnangani dengan Jin Qarin itu sudah saling kenal dengan akrab. Artinya Jin Qarin itu sudah mempercayai orang yang menanganinya bahwa dia tidak membahayakan bagi manusia yang dijaganya.
  2. Ketika jin qarin sudah memasuki jasad manusia, maka dua kehidupan itu menjadi satu. Masing-masing kehidupan dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna asal keamanan bagi kedua kehidupan itu sudah benar-benar terjamin. Pada suatu saat tinggal mana yang lebih dominan, ketika dimensi jin lebih dominan, maka karakter yang tampak dari kehidupan itu adalah karakter jin. Pada saat yang domonan adalah dimensi manusia, maka karakter yang muncul dari kehidupan itu adalah karakter manusia. Jiak jin Qarin sudah merasa aman bahwa manusia yang dijaganya akan aman dan selamat, maka jin qarin lebih senang menyembunyikan diri ketika manusia yang dijaganya sedang bergaul dengan manusia umum, sehingga yang tampak dalam kehidupan itu adalah karakter manusianya. Sebaliknya ketika manusia itu sedang bertemu dengan orang yang telah dikenal oleh jin qarinnya, maka jin qarin suka menampakkan dirinya melakui karakter pembawaan aslinya sehingga ia dapat berbincang-bincang secara bebas dan akrab sebagai jin qarin dengan manusia yang dikenalnya, layaknya manusia biasa padahal sesungguhnya ia adalah jin yang sedang terkurung dalam wilayah jasad manusia.
Dalam keadaan seperti ini sungguh sangat asyik dan menyenangkan karananya antara dua makhluk yang berbeda dimensi dapat saling bertukar ilmu dan pengalaman. Hal itu akan dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia,asal di pihak manusia tetap waspada bahwa siapapun dia, tetap suka berbuat kebuhungan, sesuai dengan karakter asli jin.
Disaat jin Qarin sudah terkurung rapat di wilayah dimensi jasad manusia, jin Qarin tidak dapat lagi berkomunikasi sepeti biasanya dengan teman-temannya sesama jin, kecuali dengan menggunakan media yang tersedia pada dimensi manusia. Komunikasi bisa dilakukan melalui suara burung, kadang dengan suara belalang dan kadang juga dengan suara cicak. Demikianlah keadaan dua kehidupan berbeda dimensi yang terlanjur jadi satu. Keduanya terpaksa harus menjalai perjalanan kehidupannya sesaui sumah yang telah ditetapkan baginya sepanjang sisa usia kehidupan manusia yang menjadi wadag-rumah tempat tinggal yang ditempati-dari kehidupan mereka berdua.
Kesimpulan
Pertama, Makhluk jin yang tercipta sebagai musuh manusia bahkan bisa menjadi pembantu-pembantu setia manusia atau yang disebut khadam, setelah Jin Qarin masuk Islam. Jin Qarin bertugas menjaga manusia dari gangguan jin. Dan Kyai Luthfi mengatakan bahwa dirasuki jin Qarin tidak membahayakan justru selalu membantu manusia.
Kedua, Jika jin qarin masuk kedalam tubuh manusia maka tidak bisa dikeluarkan lagi. Dan jika  sudah dimasuki jin Qarin maka jin Qarin tidak bisa dipaksa untuk keluar sebab akan mengakibatkan orang mati.
Ketiga, Jin Qarin dapat memberikan kelebihan-kelebihan bagi manusia yang dirasukinya dibanding dibanding manusia yang belum dirasuki jin Qarin Dan Jika dirasuki Jin Qarin akan sangat mengasyikkan sebab akan dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia.
Keempat, Jin Qarin dalam tubuh yang dirasukinya jika ingin berkomunikasi dengan sesamanya melalui suara burung, belalang, cicak.
Kelima, Tanda pertama kali dirasuki jin Qarin adalah orang tersebut kelakuannya seperti bayi dan kehidupan manusia dan jin Qarinnya menjadi satu.
Bantahan Kami :
Pertama, Kyai Luthfi mengatakan, “Makhluk jin yang tercipta sebagai musuh manusia…”. Ucapan ini adalah ucapan orang yang tidak berilmu! Allah menciptakan jin adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman Allah : “
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya : “  Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat :56)
Lalu dilanjutkan: “Makhluk jin yang tercipta sebagai musuh manusia bahkan bisa menjadi pembantu-pembantu setia manusia atau yang disebut khadam”
Perkataan syirik ini bertentangan dengan firman Allah yang melarang meminta bantuan atau perlindungan kepada bangsa jin. Sebagaimana firman Allah:
¼çm¯Rr&ur tb%x. ×A%y`Í‘ z`ÏiB Ä§RM}$# tbrèŒqãètƒ 5A%y`̍Î/ z`ÏiB Çd`Ågø:$# öNèdrߊ#t“sù$Z)ydu‘ ÇÏÈ
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Jin :6)
Kyai “sufi” ini juga meyakini Jin Qarin bertugas menjaga manusia dari gangguan jin. Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “…fungsi keberadaannya adalah sebagai teman bagi manusia yang diikuti, atau sebagai penyeimbang kehidupan manusia dari aspek yang positif. Jin Qarin juga bertugas menjaga manusia dari gangguan jin…
Sungguh bathil Kyai Luthfi mengatakan bahwa jin Qarin adalah benar-benar bisa menjadi sahabat dan selalu menjaga manusia dari gangguan jin! Tidakkah dia mengkaji hadits nabi yang menyatakan bahwa hanya Jin Qarin Rasulullah yang diberi pengecualian oleh Allah untuk masuk Islam dan tidak menyuruh Rasul kecuali kepada kebaikan. Sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah dalam riwayat berikut. Dari Abdullah bin Mas’ud, rasulullah berkata, “Tidak satupun dari kalian kecuali ia telah diberi Qarin dari jin dan Qarin dari malaikat”. Para sahabat bertanya, ‘Begitu juga kepadamu wahai rasulullah?’. Beliau bersabda, ‘Kepadaku juga, hanya sajaAllah telah menolongku untuk menghadapinya dan tidaklah dia (Qarin) menyuruhku kecuali kepada kebenaran’.” (HR. Ahmad, no. 3466)
Yang dimaksud dalam pernyataan rasulullah pada bagian akhir hadits diatas adalah Qarin beliau yang dari jin. Allah telah memberikan perlakuan khusus kepada beliau dalam menghadapi sepak terjang Qarin jin yang dimilikinya, sehingga Qarin tersebut masuk Islam dan tidak mempengaruhi beliau, kecuali kepada kebenaran dan kebaikan dan bukan untuk Jin Qarin para sahabat jika dikaji dari perkataan “hanya saja” yang merupakan bentuk pengecualian hanya untuk Rasulullah
Hal ini diperjelas oleh riwayat lain. Abdullah bin Mas’ud berkata,”Rasulullah bersabda, “Tidak seorangpun dari kalian kecuali telah diserahi Qarin dari Jin”. Para sahabat bertanya, ‘kepadamu juga wahai rasulullah?’. Beliau bersabda, ‘Kepadaku juga, hanya saja Allah telah menolongku untuk menghadapinya, sehingga ia masuk Islam dan tidak menolongku kecuali kepada kebaikan’.” (HR. Muslim, no. 5034)
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan “Aslama” dalam hadits tersebut adalah menyerah dan pasrah. Dan ada pula yang memaknai bahwa Qarin rasulullah itu menjadi muslim dan mukmin, begitulah makna yang jelas terlihat dari susunan redaksi hadits tersebut.”
Lalu Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah melanjutkan penjelasannya. “Semua ulama’ umat ini sepakat bahwa rasulullah adalah sosok yang ma’sum (suci dan diampuni dari dosa baik yang lalu maupun yang akan datang) baik badannya, lisannya atau hatinya. Dan hadits tersebut lebih merupakan bahaya fitnah (gangguan) Qarin dan was-was serta penyesatan yang dilakukannya. Rasulullah memberitahu hal itu kepada kita agar kita lebih waspada dan melakukan pembentengan diri dari kejahatannya sebisa mungkin.”[2]
Syaikh Wahid Abdus Salam Bali telah menjelaskan [3], bahwa telah terlihat jelas dalam susunan redaksi beberapa hadits yang menjelaskan masuk Islamnya Qarin Jin yang mengiringi rasulullah sifatnya khusus, ekslusif hanya berlaku pada jin Qarin Rasulullah. Barang siapa yang menyatakan bahwa kemungkinan masuk  Islamnya Jin Qarin seseorang (selain Rasulullah), maka harus ada dalil yang menyatakan bahwa hal itu bersifat umum. Dan kenyataannya tidak ada satu dalil pun yang menyatakan bahwa Islamnya Qarin Jin itu juga berlaku pada selain rasulullah.
Alasan kedua, “tidak ada riwayat satu pun yang menjelaskan masuk islamnya Jin Qarin yang dimiliki Umar bin Khatthab. Padahal kita tahu, dikarenakan iman Umar yang begitu teguh dan kokoh, syetan menjadi segan dan tahut pada sososk Umar. Dan rasulullah tidak pernah menjelaskan kepada sahabatnya bahwa Jin Qarin Umar telah masuk Islam sebagaimana Jin Qarin yang mengiringi beliau.
Alasan ketiga, “kalau setiap orang bisa mengislamkan jin Qarin masing-masing, maka hilanglah hikmah dan fungsi tujuan Allah pada diri manusia. Karena manusia itu tidak akan bisa dipengaruhi oleh Jin Qarin untuk berbuat keburukan atau menaksiatan. Padahal adanya pengaruh buruk dari Jin Qarin merupakan sarana ujian akan keteguhan dan kekokohan iman seorang mumin”.
Jadi dari pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa TIDAK BENAR keyakinan Kyai Luthfi bahwa Jin Qarin itu suka membantu manusia dan memberikan aspek positif sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “… fungsi keberadaannya adalah sebagai teman bagi manusia yang diikuti, atau sebagai penyeimbang kehidupan manusia dari aspek yang positif..”. Sebab Jin Qarin justru mempunyai efek negatif jika kita tidak benar-benar mewaspadai tipu dayanya dan seluruh jin Qarin adalah kafir kecuali Jin Qarin Rasulullah.
Tugas Utama Jin Qarin
Adapun keyakinan Kyai Luthfi bahwa Jin Qarin membantu manusia melindungi dari gangguan jin lain. Sebagaimana yang dikatakannya : “… Jin Qarin juga bertugas menjaga manusia dari gangguan jin…” Adalah keyakinan sesat dan menyesatkan!
Wahai Kyai Luthfi! Ketahuilah, sesungguhnya Qarin yang selalu menyertai kita hanya mempunyai tugas hanya sebagai PEMBISIK baik Qarin dari Jin atau Qarin dari Malaikat. Tidak ada dalil satu pun dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahwa Jin Qarin akan menjaga manusia dari gangguan jin atau membantu manusia dalam hal-hal lainnya! Jika memang keyakinan Kyai Luthfi Jin Qarin melindungi manusia dari gangguan jin lain mengapa tidak lebih utama Qarin dari malaikat saja yang melakukannya? Atau Qarin dari Jin dan Qarin dari malaikat bekerjasama menjaga manusia dari gangguan jin? Tentunya tidak akan ada yang kerasukan jin dimuka bumi ini?
Wahai Kyai Luthfi, ketahuilah! Qarin dari jenis Jin hanya bertugas membisiki manusia untuk berbuat kejahatan dan kemaksiatan, sedangkan Qarin dari malaikat hanya bertugas untuk membisiki manusia untuk berbuat kebajian dan keta’atan.
Rasulullah telah menjelaskan hal itu dalam haditsnya. Abdullah bin Mas’ud berkata, rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setan itu melakukan bisikan sebagaimana malaikat juga melakukan bisikan. Adapun bisikan syetan intinya mengajak untuk berbuat keburukan dan mendustakan yang haq. Sedangkan bisikan malaikat, intinya mengajak untuk berbuat kebaikan dan membenarkan yang haq. Barangsiapa menjumpai pada dirinya (ajakan kebenaran), hendaknya ia memuji Allah (bersyukur), dan barangsiapa menjumpai sebaliknya (bisikan kejahatan), hendaknya ia berlindung kepada Allah dari (godaan) syetan. Lalu beliau membaca ayat, “Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan….” (QS. Al-Baqarah :268)”[4]
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “ Sesungguhnya malaikat dan syetan (yang menjadi Qarin kita) senantiasa menyelimuti hati kita, seperti malam dan siang menyelimuti bumi. Diantara manusia ada yang malamnya lebih panjang dari siangnya, dan yang lain malah sebaliknya. Ada juga manusia yang hatinya terang terus-menerus dan ada pula yang gelap terus-menerus”.
Dia melanjutkan, “ hadits tersebut memberi tahu kepada kita, barangsiapa yang mendapati hatinya cenderung berbuat baik, hendaklah ia memuji Allah, berterimakasih kepada-Nya. Tapi apabila ia mendapati hatinya cenderung keperbuatan maksiyat, maka perbanyaklah membaca isti’adzah, memohon perlindungan kepada-Nya.”[5]
Allah ta’ala berfirman :
“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb manusia”. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia”. (QS. An Nas (114) : 1-6)
Ibnu katsir rahimahullah menafsirkan surat an-Nas berkata : “bahwa yang dimaksud dengan “al-Waswasul Khannas” dalam surat tersebut adalah syetan yang disertakan ke manusia. Karena tidak seorang pun dari keturunan Nabi Adam kecuali ia mempunyai Qarin. Qarin itulah yang menghiasi keburukan dan kekejian, dan tidak seorang pun yang selamat darinya kecuali mereka berlindung kepada Allah.” [6]
Benarkah Jin Qarin tidak membahayakan manusia bahkan selalu membantu?
Kyai Luthfi mengatakan bahwa dirasuki jin Qarin tidak membahayakan justru selalu membantu manusia. Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi: “Jin Qarin adalah jenis jin yang menjadi teman manusia. Fungsi keberadaan jin Qarin yang merasuki manusia tidak membahayakan bagi kehidupan manusia yang dirasukinya, bahkan selalu membantu, asal manusianya memahami dengan benar.”
Ya Allah, betapa bathilnya keyakinan Kyai Luthfi Ghozali! Wahai Kyai Luthfi, sesungguhnya justru keberadaan Jin Qarin sangat membahayakan kehidupan manusia yang dirasukinya! Sebab Jin Qarin adalah syetan pengganggu dan perusak kehidupan orang-orang yang beriman. Jin Qarin adalah bagian dari musuh kita yang harus kita waspadai sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam al-Qur’an (yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya). Jin Qarin menjadi pembisik kejahatan yang paling dekat dengan kita. Semakin rajin seseorang dalam beribadah, maka semakin berat Jin Qarin melakukan gangguan. Ia semakin kegerahan dan kepanasan mengikuti orang mu’min tersebut. Jin Qarin itu akan menjadi kurus kering, lemah dan loyo serta sakit-sakitan.
Dan sebaliknya, bila kehidupan seseorang itu semakin jauh dari Allah, maka jin Qarin akan semakin senang dan betah atau kerasan. Sepertinya ia tinggal diruangan  yang sejuk ber-AC, nyaman dengan berbagai macam fasilitas yanga ada, terpenuhi segala macam yang dibutuhkannya. Jin Qarin itu akan menjadi gemuk dan bertenaga, garang dan ganas.
Abu Hurairah pernah mengilustrasikan dialog antara Jin atau syetan yang mengikuti orang mu’min dan syetan yang mengikuti orang kafir. Ia berkata, “Jika syetan orang mu’min bertemu dengan syetan orang kafir, ia akan berkata, ‘Kamu sekarang menajdi gemuk, segar-bugar dan bertenaga’. Sedangkan aku sekarang kurus keriang dan loyo.’ Syetan orang kafir bertanya,’kenapa kamu menajdi kurus?’ Lalu syetan orang mu’min tiu menjawab, ‘Ketika orang yang aku ikuti mau makan dia membaca basmalah, maka aku pun lapas terus. Apabila ia mau minum baca basmalah, maka aku pun haus terus. Apabila ia berpakaian baca basmalah, maka aku pun telanjang terus. Apabila ia mandi dan berhias membaca basmalah, maka aku pun kusut dan acak-acakan.”
Syetan orang kafir menimpali, “Sedang aku bersama orang yang tidak pernah melakukan hal  itu. Sehingga aku dengan bebas ikut nimbrung dalam makan dan minumnya, serta bernaung dalam pakaiannya.” [7]
Seharusnya begiulah gaya hidup (life style) seorang mu’min. Seluruh gerak badannya adalah ibadah, isi hatinya dalah iman yang benar, hiasan hatinya adalah dzikir, sebagaimana kehidupan Rasulullah dan para sahabat dan para ulama’ yang mengikuti jejak langkahnya. Sehingga ia mudah mengendalikan bisikan jahad Jin Qarin sebagai musuhnya. Bukannya malah menjadikan Jin Qarin sebagai pelidung, tempat meminta bantuan seperti yang diyakini Kyai Luthfi Ghozali.
Kedua, Jika jin qarin masuk kedalam tubuh manusia maka tidak bisa dikeluarkan lagi. Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “supaya manusia yang menjadi tanggungannya tidak dimasuki lagi oleh jin yang lain, maka manusia itu dimasuki sendiri oleh jin Qarinnya. Akibatnya, Jin Qarin itu tidak dapat dikeluarkan lagi dari wilayah kesadaran manusia” Dan jika  sudah dimasuki jin Qarin maka jin Qarin tidak bisa dipaksa untuk keluar sebab akan mengakibatkan orang mati. Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “Oleh karena ditangani dengan cara yang salah, maka terjadilah salah paham antara manusia yang menolong dengan jin Qarin yang juga dalam rangka menolong manusia tersebut. Keadaan seperti inilah yang sering terjadi dilapangan sehingga jika terjadi salah penanganan mengakibatkan kematian orang yang sedang dirasuki Jin Qarin ini” dan “Apabila jin ini sudah masuk secara sempurna di dalam jasab manusia, jin qarin tidak dapat keluar lagi. Apabila dipaksa kelua, jin qarin ini akan keluar bersama-sama dengan keluarnya kehidupan jasad tersebut (mati). “
Sesungguhnya keyakinan Kyai Luthfi bahwa Jika jin Qarin masuk kedalam tubuh manusia maka tidak bisa dikeluarkan lagi dan jika dipaksa keluar maka menyebabkan matinya seseroang yang disusupinya adalah keyakinan BATHIL, SESAT DAN MENYESATKAN yang sama sekali tidak ada dalilnya dalam al-Qur’an dan sunnah!
Wahai Kyai Luthfi, sesungguhnya Jin Qarin atau jin lainnya mempunyai kemampuan untuk keluar masuk tubuh manusia sebab memiliki tubuh yang lebih halus dibanding tubuh manusia. Ketika jin masuk dalam tubuh manusia, dia berjalan melalui peredaran darah, sebagaimana yang diriwayatkan dari Syayyidah Syafiyyah binti Huyay yang mengatakan bahwa Rasulullah saw berkata,”Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh anak Adam sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuhnya.” [8]
Sesungguhnya darah itu terdiri dari banyak unsur yang mengalir di dalamnya, seperti besi, fosfat, kalsium dan unsur-unsur lainnya sebagaimana yang telah diperlihatkan kepada kita oleh penelitian-penelitian modern. Bahkan, mikroba dan kuman-kuman yang merupakan bentuk materi, bisa melubangi kulit dan masuk ke darah dan bertahan di dalamnya selama masa perkembangannya sampai menjadi banyak hingga akhirnya terjadi peperangan antara kuman-kuman tersebut dengan sel darah putih. Sedangkan setan tidak tercipta dari sebuah materi, akan tetapi dia tercipta dari bahan yang lebih halus, bahkan merupakan sesuatu yang sangat halus. Jadi, bagaimana Kyai Luthfi mengingkari bahwa ketika Jin Qarin mampu menembus kulit dan berjalan di dalam darah sebagaimana mengalirnya puluhan benda keras, lalu setelah didalam tubuh seseorang jin tersebut tidak dapat keluar lagi? Teranglah dalam hal ini apa yang diyakini Kyai Luthfi merupakan kebathilan. Sebab dengan tanpa dalil satu pun dari al-Qur’an dan sunnah merani mengatakan bahwa Jika jin Qarin masuk kedalam tubuh manusia maka tidak bisa dikeluarkan lagi dan jika dipaksa keluar maka menyebabkan matinya seseroang.
Ketiga, Jin Qarin dapat memberikan kelebihan-kelebihan bagi manusia yang dirasukinya dibanding dibanding manusia yang belum dirasuki jin Qarin.Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “Walaupun Jin Qarin tidak dapat dikeluarkan lagi dari tubuh manusia, manusia itu tetap dapat menjalani kehidupannya dengan normal bahkan akan mendapatkan kelebihan-kelebihan hidup yang tidak mudah didapatkan orang biasa.” Dan Jika dirasuki Jin Qarin akan sangat mengasyikkan sebab akan dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia : “Dalam keadaan seperti ini sungguh sangat asyik dan menyenangkan karananya antara dua makhluk yang berbeda dimensi dapat saling bertukar ilmu dan pengalaman. Hal itu akan dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia, asal di pihak manusia tetap waspada bahwa siapapun dia, tetap suka berbuat kebohongan, sesuai dengan karakter asli jin.”
Kami katakan : Ya Allah betul-betul bathil keyakinan Kyai “ahli sufi” ini, Kyai sufi ini sangat menyanjung syetan yang selalu membisiki manusia kejahatan dan Kyai sufi ini bahkan sama sekali tidak menganggap Jin Qarin sebagai musuh.
Padahal Allah serta Rasul-Nya telah menyeru kita untuk menjauhi, mewaspadai tipu daya Jin Qarin atau syetan, dan senantiasa memohon perlindungan dari kejahatan mereka. Walau kenyataannya Kyai Luthfi malah berusaha untuk bekerja sama dengan syetan, berarti Kyai Luthfi telah menyalahi perintah Allah dan menerjang larangan-Nya. Bekerjasama dengan jin, lebih banyak bahayanya dari pada manfa’atnya. Kalaupun ada manfa’atnya hanya sesaat. Setelah itu kita akankeblangsat dan tersesat.
Maka dari itu Allah denga  tegas melarang hamba-hamba-Nya untuk bekerja sama dengan jin. Sebagaimana Firman-Nya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”(QS. Al-Jin :6)
Al-Qurthubi menegaskan: ”Tidak diragukan lagi bahwa meminta pertolongan kepada jin adalah kekafiran dan kemusyrikan”.[9]
Kalau pun pengakuan Kyai sufi ini benar, bahwa dia atau orang lain mampu untuk menundukkan Jin Qarin hingga dapat memiliki kelebihan-kelebihan dibanding manusia lain. Maka di sini perlu ketegasan, bahwa jin yang bersedia bekerja sama (kolaberasi) belum tentu Jin Qarin seseorang. Bisa saja Jin lain yangg hadir dalam kehidupannya, lalu bersedia untuk bekerja sama dengan manusia yang disusupinya dengan misi utama yaitu untuk menyesatkannya. Walau pun tidak diajak bekerja sama, syetan akan hadir dalam kehidupan manusia untuk menyesatkannya. Apalagi kalau manusianya sendiri yang mengajak kerjasama.
Jika Kyai Luthfi bisa begitu senangnya bekerja sama dengan Jin Qarin dengan begitu asyiknya [10], maka sangat mungkin dalam penulisan bukunya “Ruqyah dampak dan Bahayanya” (yang berisi celaan, fitnah dan bantahan atas maraknya Ruqyah Syar’iyyah) banyak  mendapatkan bantuan bisikan, ilham-ilham dari Jin Qarinnya sendiri sebab Kyai Luthfi sangat menyanjung Jin Qarin.
Keempat, Jin Qarin dalam tubuh yang dirasukinya jika ingin berkomunikasi dengan sesamanya melalui suara burung, belalang, cicak. Sebagaimana yang dikatakannya :“Disaat jin Qarin sudah terkurung rapat di wilayah dimensi jasad manusia, jin Qarin tidak dapat lagi berkomunikasi sepeti biasanya dengan teman-temannya sesama jin, kecuali dengan menggunakan media yang tersedia pada dimensi manusia. Komunikasi bisa dilakukan melalui suara burung, kadang dengan suara belalang dan kadang juga dengan suara cicak.”
Kami katakan : Keyakinan Kyai Luthfi bahwa Jin Qarin jika hendak berkomunikasi dengan sesamanya dengan menggunakan suara hewan benar-benar BATHIL, SESAT DAN MENYESATKAN! Dari mana Kyai sufi ini mendapatkan keyakinan bathil seperti itu? Tidak ada dalil satu pun baik dari al-Qur’an dan Sunnah yang mendukung keyakinan sesat Kyai Luthfi ini. Betapa hebatnya jin Qarin bisa berkomunikasi mendompleng lewat suara hewan! Kemampuan Jin Qarin berarti sama dengan kemampuan nabi Sulaiman yang mengerti bahasa hewan! Tentu tidak, sebab Mu’jizat mengetahui bahasa hewan adalah keutamaan Nabi bukan keutamaan syetan.
Jelaslah pengetahuan yang didapat Kyai Luthfi bahwa Jin Qarin jika hendak berkomunikasi dengan sesamanya dengan menggunakan suara hewan adalah bukan bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah melainkan dari bisikan, ilham syetan atau bahkan sangat mungkin Kyai Luthfi telah dipermainkan ketika berdialog dengan Jin Qarin dengan menyebarkan berita-berita bohong.
Kelima, Tanda pertama kali dirasuki jin Qarin adalah orang tersebut kelakuannya seperti bayi dan kehidupan manusia dan jin Qarinnya menjadi satu. Sebagaimana yang dikatakan Kyai Luthfi : “Ketika pertama kali jin Qarin itu masuk ke tubuh manusia, saat itu juga sudah dapat dibaca tanda-tandanya dengan jelas. Tanda-tanda itu diantaranya:
1. Keadaan orang yang baru dimasuki Jin Qarin menjadi seperti anak kecil lagi bahkan seperti bayi. Mereka membuang kotoran dan kencing disembarang tempat, tidak bisa makan sendiri, tidak bisa memakai pakaian sendiri, minta dimandikan kalau jinnya sudah jinak. Kalau belum jinak ia tidak mau mandi, minta disuapi, dan sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi manakala antara yang menangani dengan Jin Qarin itu sudah saling kenal dengan akrab. Artinya Jin Qarin itu sudah mempercayai orang yang menanganinya bahwa dia tidak membahayakan bagi manusia yang dijaganya.
Membaca pengalaman Kyai Luthfi ketika menghadapi Jin Qarin pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia sungguh-sungguh lucu, aneh dan sangat mengherankan? Setolol itukah Jin Qarin sehingga ketika menggunakan tubuh manusia yang disurupinya sama sekali tidak punya akal fikiran, seperti Jin gila dan idiot.  Sebab dengan  menggunakan sarana tubuh manusia, Jin tersebut membuang kotoran dan kencing disembarang tempat, tidak bisa makan sendiri, tidak bisa memakai pakaian sendiri, minta dimandikan kalau jinnya sudah jinak. Kalau belum jinak ia tidak mau mandi, minta disuapi, dan sebagainya.
Para pembaca yang masih mempunyai fikiran waras tentu akan tertawa terpingkal-pingkal. JIN QARIN TOLOL, BODOH DAN IDIOT inikah yang bisa dijadikan sahabat erat seseorang??? Yang bisa dimintai pertolongan, yang bertugas melindungi orang yang disurupinya dari gangguan jin lain, yang sangat mengasyikkan sebab akan dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia. Sekarang kami balik ceritanya, Jinnya yang bodoh atau Kyainya yang idiot?? Maaf,  Demi Allah kami sangat malu jika membantah keyakinan “tidak berakal” Kyai Luthfi dengan mengemukakan dalil dari al-Qur’an dan sunnah.[11]
2. Ketika jin qarin sudah memasuki jasad manusia, maka dua kehidupan itu menjadi satu. Masing-masing kehidupan dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna asal keamanan bagi kedua kehidupan itu sudah benar-benar terjamin. Pada suatu saat tinggal mana yang lebih dominan, ketika dimensi jin lebih dominan, maka karakter yang tampak dari kehidupan itu adalah karakter jin. Pada saat yang domonan adalah dimensi manusia, maka karakter yang muncul dari kehidupan itu adalah karakter manusia. Jika jin Qarin sudah merasa aman bahwa manusia yang dijaganya akan aman dan selamat, maka jin qarin lebih senang menyembunyikan diri ketika manusia yang dijaganya sedang bergaul dengan manusia umum,sehingga yang tampak dalam kehidupan itu adalah karakter manusianya. Sebaliknya ketika manusia itu sedang bertemu dengan orang yang telah dikenal oleh jin qarinnya, maka jin qarin suka menampakkan dirinya melakui karakter pembawaan aslinya sehingga ia dapat berbincang-bincang secara bebas dan akrab sebagai jin qarin dengan manusia yang dikenalnya, layaknya manusia biasa padahal sesungguhnya ia adalah jin yang sedang terkurung dalam wilayah jasad manusia.
Kyai Luthfi mengatakan :” Jika jin Qarin sudah merasa aman bahwa manusia yang dijaganya akan aman dan selamat, maka jin qarin lebih senang menyembunyikan diri ketika manusia yang dijaganya sedang bergaul dengan manusia umum”
Wahai Kyai Luthfi bagaimana Jin Qarin itu akan melindungi seseorang sedangkan jinnya ngurus diri sendiri aja ga becus! Apa ga malu Pak Kyai, meminta bantuan amajin bego! BERTOBATLAH Kyai Luthfi, anda sudah sangat banyak dipermainkan oleh syaitan sebab kejahilan anda dengan ilmu al-Qur’an dan sunnah.
Kami akan mengingatkan anda dengan perkataan anda sendiri agar anda berhati-hati dengan segala prilaku jahil anda. Ingatlah sebelum telunjuk anda menunjuk seseorang,  waspadai jari-jemari  akan berbalik empat jari menunjuk pada diri anda sendiri.
Wahai Kyai Luthfi, dengan kepercayaan anda bahwa dirasuki Jin Qarin tidak membahayakan, merupakan keutamaan, saling bertukar ilmu dan pengalaman, dapat menambah luasnya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi manusia, dapat memberikan kelebihan-kelebihan dibanding manusia pada umumnya, melindungi orang yang dari gangguan jin lain, akan terbantah dengan ucapan anda sendiri(anda telah menjilat kotoran ludah anda sendiri):
  1. ”Wilayah kesadaran manusia adalah bagian paling utama yang harus mendapatkan perhatian dan penjagaan dengan bersungguh-sungguh. Ia jangan dipertaruhkan dengan apapun, terlebih dengan alasan yang belum pasti masuk akal[12].
  2. “Sebenarnya saat itu manusia telah mengundang jin untuk menguasai kesadarannya sendiri. Berarti manusia tanpa sadar telah melukai alat atau sarana penunjang kehidupannya yang paling vital yaitu akal. Tanpa akal manusia menjadi gila. Akibatnya, Jin akan dapat dengan mudah menguasai kembali kesadaran manusia, terutama ketika pikirannya tidak mampu menanggung beban. Luka pada wilayah kesadaran manusia akibat kerasukan jin akan membekas selamanya.” [13]
  3. “Ketika tujuan amal bukan semata-mata melaksanakan bentuk pengabdian yang hakiki kepada Allah ta’ala, bahkan dengan sengaja dan persiapan secara rasional telah mengarah kepada dimensi jin (bertawajjuh kepada dimensi jin), maka sesungguhnya manusia telah terjebak oleh dominasi kemauan emosional (nafsu syahwat) dengan dimensi jin. Ketika batas-batas ruang wilayah rasional manusia semakin terdesak oleh dorongan emosionalnya, maka keadaan manusia menjadi antara sadar dan tidak sadar. Hal itu berarti manusia benar-benar telah mendekati dmensi jin. Artinya dengan kekuatan emosionalnya sendiri, manusia telah membuka benteng pertahanan rasionalnya dan mengundang jin untuk masuk dan menguasai kesadarannya. “ [14]
  4. “Lebih tegas lagi Allah ta’ala menyatakan dengan firman-Nya :“Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atau orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin (beryatawalla) dan orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS : 16/100). Penegasan Allah ta’ala itu artinya : bahwa setan jin dapat memperdayakan sekelompok orang yang telah mengambil setan jin sebagai wasilah atau jalan untuk mendekat (ber-yatawalla) dan orang-orang yang telah berbuat syirik saja sehingga kesadaran mereka dapat dikuasai walau hanya sebentar.” [15]

[1] Senada dikatakan Kyai Luthfi (pada halaman 263) :“Dengan sentuhan dan pijatan tersebut jin akan segera keluar, kecuali orang yang kesurupan jin pada sebab ketiga. Hendaknya manusia sangat berhati-hati dalam menganai orang kesurupan jin dengan sebab ketiga ini. Hal ini karena yang sedang di dalam tubuh manusia adalah jin qarin. Apabila jin ini sudah masuk secara sempurna di dalam jasab manusia, jin qarin tidak dapat keluar lagi. Apabila dipaksa kelua, jin qarin ini akan keluar bersama-sama dengan keluarnya kehidupan jasad tersebut (mati). “
[2] Kitab Syarhun Nawawi ‘ala Shahihi Muslim : 17/158.
[3] Dalam Kitabnya Wiqayatul Insan minal Jinni was Syaithan (hal. 39-40)
[4] HR. Tirmidzi, 2988, an-Nasa’I no. 11051, dan Ibnu Hibban, no. 998
[5] Kitab Fathul Qadir : 2/299
[6] Tafsir Ibu Katsir : 4/575
[7] Kitab al-Waqayah : 157
[8] HR. Al-Bukhri (4/203) dan Muslim (An-Nawawi:7/18-19)
[9] Al-Qurthubi”Tafsir Ahkamul Qur’an”Juz:19 hal:10
[10] Sebagaimana yang dikatakan Kyai Sufi ini : “…“Dalam keadaan seperti ini sungguh sangat asyik dan menyenangkan karananya antara dua makhluk yang berbeda dimensi dapat saling bertukar ilmu dan pengalaman”
[11] Terus terang saya (perdana Akhmad) ketika menulis tanggapan atas ketololan Jin Qarin fersi Kyai Luthfi sangat susah menahan tawa sebab sangat lucu dan menggemaskan kepercayaan “aneh” Kyai Luthfi terhadap Jin Qarin.
[12] Sebagaimana anda katakan sendiri pada halaman 6
[13] Sebagaimana anda katakan sendiri pada halaman 9
[14] Sebagaimana anda katakan sendiri pada halaman 10
[15] Sebagaimana anda katakan sendiri pada halaman 31

1 comment:

  1. Pendekatan lahir bathin KH Luthfi memaknai Ruqyah sudah sesuai dengan pendekatan Rasulullah dan itulah sesungguhnya ruqyah yang sebenarnya tanpa harus teriak riak melantunkan Ayat Suci Al Quran. Kasihan pasien yang diminta ruqyah justru merasa kesakitan. Pendekatan Ruqyah KH Muhsin Wahyudin tidak perlu dibaca dengan teriak riak (kencang) cukup) bathiniah dan pasien banyak yang sembuh. Sukses pak Kyai Luthfi

    ReplyDelete