Sunday, September 7, 2014

CIRI DUKUN

Menurut Ustadz Arifin Ilham

sedikitnya ada 9 ciri untuk mengetahui apakah
seseorang yang mengaku ustadz, habib, atau ulama,
merupakan dukun atau bukan. Dikutip dari facebook
Ustadz Arifin Ilham dan fimadani.com, berikut ciri-ciri
dukun yang mengaku ulama, kiai, atau ustadz, habib
tersebut.

Dukun akan menggunakan semua cara untuk
memperdaya pasiennya, terutama yang sangat awam
pengetahuan Syariat Islam, bahkan kalau perlu
mengunakan gelar kehormatan ulama, seperti Kiai,
Ustadz, Habib, dan sebagainya. Untuk itu kenalilah
dukun “berbaju mulia” ini, di antaranya:

1. Tidak mengunakan nama aslinya, tetapi nama yang
dikesankan ada “kedigjayaan”
Inilah ciri khas para dukun dan paranormal. Mereka
sangat suka menggelari diri mereka dengan sebutan-
sebutan aneh dan menyiratkan kesaktian. Para dukun
juga menggelari mereka sendiri dengan julukan ‘Ki’
contoh : Ki Gendeng Pamungkas, Ki Joko Bodo, dan
lain-lain. Yang bergelar ‘ustadz’ pun tidak sedikit,
padahal nama aslinya bisa jadi adalah ‘Muhammad
Susilo Wibowo’.

2. Hobi sekali memamerkan kesaktiaannya
Salah satu contoh yang sering muncul di TVRI dan
JakTV adalah ‘Ustadz Fulan’ yang suka memamerkan
kesaktiannya, yakni tidak mempan disayat dengan
pedang atau alat tajam lainnya. Juga para dukun dan
paranormal lainnya suka mendemonstrasikan kesaktian,
seperti atraksi kekebalan, debus, tenaga dalam, dan
lain-lain.

3. Ilmu Syariat Islamnya tidak mumpuni
Dukun yang berkedok ustadz selalu membawa ciri khas
dukun, yaitu sama sekali kurang dalam dalil baik dari
Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Dakwahnya mengajak
pada kesyirikan dan kesesatan.

4. Memanfaatkan para tokoh untuk melegalisir
praktiknya, yang sebenarnya tokoh tersebut belum tahu
persis praktik tersembunyinya karena sang dukun
menampilkan kesan seakan sesuai “syariat”
‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TVRI dan JakTV,
misalnya, sering mengundang ustadz-ustadz selebritis
untuk duduk bersama pada acara mengiklankan
pengobatan padepokannya.

5. Praktiknya ikhtilaath, menjamah yang bukan
mahramnya
Peruqyah syar’i sangat anti menyentuh secara
langsung pasiennya, jika pun (darurat) harus memakai
sarung tangan, itu pun untuk menjaga dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Sedangkan ‘Ustadz Fulan’ yang sering
muncul di TV, sangat suka menyentuh non mahram
hingga bersentuhan kulit. Dan di padepokannya terlihat
berikhtilat (bercampur baur antara laki-laki dan
perempuan), tidak dipisah sama sekali.

6. Berani bayar media untuk promosinya
Sebagian orang menyangka stasiun televisi yang
menanyangkan acara “ustadz-ustadz” dukun
tersebutlah yang mengundang sang ustadz. Jangan
dikira kemunculan itu gratis dan dibayar! Justru dukun
berbaju ustadz inilah yang membayar TV agar bisa
tampil untuk promosi pengobatan perdukunannya.

7. Dengan bahasa mahar, infak, namun jelas tarifnya
“wah”, disertai ancaman kalau tidak segera diobati
akan mati, kalau tidak segera ditransfer doanya tidak
sampai, penyakit tidak sembuh, dan sebagainya
Ciri khas dukun ialah sangat suka menakut-nakuti
pasiennya bahwa sakitnya berat, maka pengobatannya
lama dan harus bayar mahar yang tinggi sampai
puluhan juta mengalahkan pengobatan kedokteran.
‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV suka
mengancam pasiennya jika tidak melunasi hutangnya
maka penyakitnya tidak sembuh dan tidak akan
didoakan oleh dia.

8. Disertai aksi tipudaya menakuti seperti bekam
darahnya ada cacingnya, rumah ada hantunya, kena
santet, dan sebagainya
Dukun sangat suka menipu, setiap ada pasien yang
datang selalu dikatakan kena santet dan pasti akan
keluar benda-benda aneh dari dalam telur atau ketika
dibekam yang semuanya itu cuma trik sulap belaka.

9. Memberi azimat atau amalan yang tidak berdasar
Ciri khas dukun yaitu memberi azimat, termasuk dalam
hal ini ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV
memberi azimat pada pasiennya, atau menggunakan
media azimat ketika mengobati.
“Sungguh, wajib kusampaikan karena korban sudah
berjatuhan. Semoga sahabatku selamat dari tipu daya
menyesatkan ini,” pungkas Ustadz Arifin Ilham.

(salam-online/fimadani/ arrahmah.com )

0 comments:

Post a Comment